PART 20
ULANG TAHUN MANDA________________________________________
Tengah malam Ghea terjaga di atas kasurnya. Kerongkongannya agak sedikit kering. Maka dengan perlahan menyibakkan selimut yang membungkus separuh tubuhnya, Ghea bangun dari ranjang.Tak melihat Manda, ia merasa agak sedikit kesepian malam ini. Karena biasanya Manda akan bercerita tentang masa lalunya yang menurut Ghea sangat membosankan. Tapi...
Apa malam ini Manda benar-benar akan meninggalkan Ghea dan menjadi pengikut Zidhan?
Ghea menuruni tangga menuju ke dapur. Tetapi di tangga ke lima ia berhenti. Ada Ayahnya yang duduk di meja makan dengan kue ulang tahun.
Dahi Ghea berkedut. Sejak kapan Ayahnya merayakan ulang tahun?
Dan kenapa ketika Ghea ulang tahun tidak pernah dibelikan kue begitu.
Samar-samar Ghea mendengar suara Ayahnya berbicara seolah ada orang di seberang kursinya.
Tidak. Ayah tidak sedang bicara pada angin. Melainkan pada sebuah pigura.
“Selamat ulang tahun Manda.”
Ghea tertegun mendengarnya. Jadi, yang dilakukan Ayahnya adalah merayakan ulang tahun Manda?
Orang yang sebenarnya sudah mati. Sementara Ghea. Apa Ghea harus mati juga agar bisa mendapat perhatian Ayah?
Ini tidak adil.
Ghea menipiskan bibirnya dengan tangan terkepal di samping tubuhnya.
“Manda, Ayah minta maaf pernah mengusir kamu. Ayah menyesalinya... Maafkan Ayah, Nak.”
Minta maaf?
Untuk orang yang mati. Ghea merasa tertohok mendengarnya.
“Ini ... Ayah membelikan kamu gaun. Dan Ayah bungkuskan kamu kado juga. Ayah cuma berharap kamu tenang di alam sana, Nak.”
“Dia tidak tenang Ayah.”
Pria itu menoleh ketika suara Ghea menyela ucapannya. Raut kesedihan Wira berubah menjadi dingin dengan mata tajam.
“Tapi asal Ayah tahu. Yang dia cari saat pertama kali kembali bukan Ayah ....”
Kali ini Ghea tidak merasa takut lagi. Entah mengapa? Ia merasa benar untuk menyampaikan ini pada Ayahnya.
“... Melainkan Zidhan,” sambungnya.
Wira tersentak oleh nama itu. Dadanya berjengit. Tapi bingung darimana Ghea bisa tahu tentang Zidhan. Pria itu bangkit dengan mata galak dan rahang mengeras. Bibirnya menipis disertai tangan yang mengepal sampai buku jarinya memutih.
“Ayah terkejut kalau Ghea tahu? Ghea tahu Ayah. Semuanya. Manda mati bukan karena kecelakaan. Tapi bunuh diri,” kata Ghea, tak sedikitpun ia menutupinya.
“Jaga ucapan mu!” desis Wira, dia berjalan ke hadapan Ghea dengan sorot tidak baik. “Manda sudah tidak ada dan dia tidak bunuh diri,” gertaknya kasar. Matanya menyalak. Dan suaranya menggema, mengisi rumahnya yang membuat Wati di kamar cepat-cepat bergegas keluar.
Ghea sempat memejamkan mata efek dari gertakan keras itu. Wati sudah biasa jika melihat pertengkaran dua orang itu, tetapi dia tidak mengerti kenapa mereka harus meributkan sesuatu di tengah malam.
“Ghea gak pernah bohong! Ghea udah pernah bilang sama Ayah. Kalau Manda ada di sini. Bersama kita.”
Plakkk!
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR
Fiksi RemajaCerita ini tentang Regina Abighea. Gadis yang harus hidup ditengah-tengah kisah perpisahan antara Manda dan juga Zidhan (Sepasang kekasih dimasa lalu). Akankah Ghea dapat membuat keduanya bertemu lagi? Baca selanjutnya disini, -MIRROR "Kelahiran mu...