PART 5
PERTEMUAN________________________________________
Seorang pria dengan kemeja lengan panjang yang dilipat sampai ke siku itu berjalan di bandara, membawa sebuah koper yang sepasang dengan warna kacamatanya. Gelap.Namanya Zidhan Aldebaran. Pria berusia 34 tahun yang penuh karisma dan mempesona. Dan dia baru saja sampai di bandara Italia setelah dari apartemennya. Samar-samar Zidhan mendengar suara seseorang memakai bahasa khas negara aslinya.
“Anda tidak mengerti, Nona. Saya harus pulang sekarang!”
“Mi dispiace, il volo è pieno da ieri. Stasera la Champions League. L'intero volo è pieno —Maaf, penerbangan sudah penuh sejak kemarin. Malam ini Liga Champion. Seluruh penerbangan sudah penuh.”
Wanita di meja Resepsionis itu hanya menggelengkan kepala pelan. Sambil menempelkan kedua telapak tangan sebagai tanda permintaan maaf, di depan dadanya.
“Sepak bola sialan! Kenapa juga aku harus terjebak oleh kesukaan ku sendiri?!”
“Kalau aku ada di lapangan, akan ku beri mereka dua puluh dua bola agar tidak berebut satu bola?! Dasar anak-anak!”
Pria yang mengoceh di bandara sambil memegang sebatang coklat itu juga berumur 34 tahun. Kini ia hanya meremas rambutnya selepas memaki. Saat seperti itu, tiba-tiba ponselnya dalam saku berbunyi, seakan-akan mengompori kepanikannya hari ini. Buru-buru pria itu mengangkatnya dan mengucapkan. “Halo,” kepada penelepon.
“Halo, Fei. Baik. TUAN BIOLA. Aku masih terjebak di bandara. Aku tidak bisa pulang cepat. Maukah kau membantu ku. Iya. Tentu saja. Iya pertemuan itu batal— Fei? Fei, kau mendengar ku? Apa sinyal mu buruk?”
“Ya aku tahu, Tuan Biola. Tidak. Aku akan membujuk gadis itu jadi kau berhenti menelepon ku!”
Belepotan pria itu menjelaskan lewat telepon genggamnya sembari terus mengunyah coklatnya. Lantas, ia menaruhnya kembali di saku celana setelah menutup telepon sepihak. Kini ia kembali mendongakkan wajah untuk membujuk gadis penjaga tadi.
“Ayolah! Bagaimana mungkin Anda tidak punya tiket satu kursi untuk saya? Saya sangat membutuhkannya. Ini penting sekali. Satu tiket saja. Atau begini saja, tak dapat kursi pun saya tak apa. Yang penting saya bisa pulang sekarang juga.”
Zidhan yang mendengar itu menurunkan kacamatanya dan menaruhnya di kerah bagian depan. Ia mengukir senyuman mendengar ucapan orang itu yang memohon-mohon dengan bahasa Indonesia. Apalagi, dia berkata seolah-olah sedang membujuk kenek bus umum.
“Ada yang bisa aku bantu?” ucap Zidhan setelah menghampiri pria itu.
“Bagaimana bisa membantu? Anda saja pasti tidak bisa pergi sekarang!” Pria itu masih tersulut emosi. Dan ketika ia menolehkan wajahnya, baru ia terkejut setengah mati.
“Zidhan?”
Zidhan melebarkan senyuman. Kedua pipinya sampai mengkerut.
“Kau Zidhan Aldebaran bukan?”
Zidhan kini melebarkan tangannya.
“Akhirnya Tuhan mengabulkan doa ku!”
Pria itu langsung memeluk Zidhan sambil berteriak jingkrak-jingkrak. Ternyata, mereka saling mengenal. Terutama bagi Zidhan, dulu pria di hadapannya ini adalah sahabat satu tim futsal di sekolah semasa SMP sampai SMA-nya. Namanya pria itu Arya Bagaskara. Pria yang menjabat sebagai guru honorer, namun ia mendapatkan tiket liburan gratis selama satu minggu di Italia dan sekarang Arya harus segera pulang karena istrinya akan melahirkan anak kedua mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/179858960-288-k659269.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR
Teen FictionCerita ini tentang Regina Abighea. Gadis yang harus hidup ditengah-tengah kisah perpisahan antara Manda dan juga Zidhan (Sepasang kekasih dimasa lalu). Akankah Ghea dapat membuat keduanya bertemu lagi? Baca selanjutnya disini, -MIRROR "Kelahiran mu...