MIRROR |36 APA ARTI MIMPI INI?

38 13 0
                                        

MIRROR 36
APA ARTI MIMPI INI?

________________________________________

“Besok lo gak usah jemput gue ya.”

Bersamaan dengan itu motor Ninja 2 tak milik Rizza berhenti. Tepat di depan pintu pagar. “Kenapa?” Rizza mengambil helm yang sebelumnya dipinjam Ghea.

“Soalnya gue mau dianter supir Nenek gue aja. Gue gak mau ngerepotin lo.” Ghea yang berdiri di sisi motor Rizza, tersenyum sambil menepuk pelan bahunya. Berusaha menunjukkan kalau semua akan baik-baik saja tanpanya.

Rizza sama sekali tidak berkomentar atau bertanya lagi. Dia mengangguk dan hanya bilang, “oke.” Mengaitkan helm tadi di setang motornya.

“Lo gak mau mampir dulu?” tawar Ghea.

Rizza melirik arlojinya sebentar di tangan. Waktu menunjukkan pukul empat sore.

“Lain kali aja. Salam buat bokap lo.”

Cowok itu pun melajukan motornya pergi dari halaman rumah keluarga Zidhan. Ghea termenung mengamati sikap Rizza yang mendadak aneh dan tak bergairah seperti ini. Biasanya dia akan mencela dan menyebut-nyebut Ghea dengan sebutan, ‘Kurcaci.’

“Rizza kenapa sih? Kayaknya dia ada masalah.”

Tapi detik berikutnya dia mencoba tak memikirkan itu. Ada atau tidak masalah yang menimpa Rizza. Cowok itu memang selalu bersikap dingin.

Ghea memasuki rumah keluarga barunya. Hal pertama yang didapati adalah kesunyian. Rumah itu tampak tak berpenghuni. Nenek juga tidak terlihat duduk di kursi rodanya. Zidhan sudah jelas sibuk dengan persiapan kelanjutan syutingnya setelah terkendala oleh foto itu. Fina, pelayan yang selalu menjaga Nenek pun tak ada. Hanya ada Susi pelayan satunya.

“Non Ghea, baru pulang?” sambut Susi.

“Iya Mba. Papa sama Nenek kemana? Kok sepi banget.” Ghea duduk di kursi makan.

“Tuan Zidhan sedang pergi keluar. Kalau Nyonya besar sedang pergi ke pemakaman almarhum Tuan besar.”

“Sama siapa?” tanya Ghea lagi.

“Sama Fina dan Nyonya Risa.”

Kerutan dalam tercipta di kening Ghea. “Nyonya Risa itu siapa?”

“Yang dijodohkan sama Tuan Muda Zidhan.” Susi menyiapkan makanan dengan berjalan mondar-mandir ke meja makan lalu ke lemari makan.

“Oh... Mba, temenin Ghea makan dong. Di sini.” Ghea menepuk kursi di sampingnya.

“Boleh.” Susi segera duduk.

“Mba Susi sama Mba Fina udah lama kerja di sini?” Ghea memasukan nasi ke dalam mulutnya setelah itu.

“Lama Non, empat tahun.”

“Emang, Kakek meninggal udah lama ya?”

“Udah lama Non, katanya sekitar sepuluh tahun yang lalu.”

“Meninggalnya karena apa?”

“Karena sakit jantung.”

Ghea manggut-manggut sambil memasukkan makanan lagi ke dalam mulutnya. Dia bicara lagi sembari mengunyah.

“Mba Susi. Kalau makanan yang disukai Papa sama Nenek itu apa?” ucapnya. Dia berganti mengambil gelas yang sudah Susi isi dengan air putih di samping piring-nya.

Susi terlihat berpikir keras untuk mengingat. “Um ... Tuan Zidhan itu suka sekali makan telur balado. Kalau Nyonya besar suka makan soto.”

“Kapan-kapan Mba mau gak ajarin Ghea bikin dua masakan itu? Ghea soalnya mau bikin.”

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang