MIRROR |17 SEORANG AKTOR

43 11 1
                                    

PART 17
SEORANG AKTOR

________________________________________

Langit jingga di barat kian meredup setiap waktu berputar. Di cafe. Suara denting lonceng pintu menandakan seseorang datang. Dia Zidhan. Dia datang untuk menemui sahabat lamanya dan sudah janjian sebelumnya di meja nomor 12.

Arya bangkit dari duduk begitu menyadari kedatangan Zidhan. Mereka bersalaman dan duduk di kursi yang saling berhadapan.

“Sudah menunggu lama?” ucap Zidhan mengawali obrolan mereka.

“Ah, tidak kok Zidhan. Aku juga baru saja datang.”

Seorang waiters datang menghampiri mereka dan menaruh dua kopi hitam yang masih mengepulkan asap harum.

“Ini pesanan Anda, Pak.”

“Terima kasih.”

“Kau masih ingat dengan minuman kesukaan ku?”

Mata Zidhan nampak kagum melihat warna pekat kopi dalam gelas putih.

“Tentu saja, Zidhan. Aku masih ingat semuanya.” Arya mengangkat dagu. “Ayo diminum!”

Zidhan menganggukkan kepala pelan. Lalu keduanya mengangkat gelas dan mulai meneguk seperempat dari gelas itu.

“Zidhan, aku berniat mentraktir mu hari ini, jadi kau tidak perlu bayar.”

“Mengapa begitu?”

“Anggap saja ini sebagai ucapan terimakasih waktu di bandara itu. Aku benar-benar bingung harus pulang bagaimana. Kalau aku tidak pulang, entahlah akan seperti apa nanti istriku melahirkan tanpa kehadiranku.”

“Tidak usah merasa begitu. Kau lupa dulu kau juga suka membantu ku?”

Arya terkekeh ringan mendengar itu. “Kau memang masih seperti dulu. Tidak ada yang berubah. Selalu setia kawan.”

“Omong-omong bagaimana. Anak mu laki-laki atau perempuan?”

“Anak kedua ku ini perempuan.”

Mendadak tatapan Zidhan berubah sayu. Membicarakan soal anak, Zidhan tak akan pernah bisa lupa bagaimana Manda dan anak dikandungan-nya itu pergi dari dunia. Zidhan tidak akan pernah tega melihat mereka... Zidhan lagi dan lagi harus terpuruk akan hal ini.

“Tidak menyangka kita akan bertemu lagi.” Arya lagi-lagi bersuara sehingga Zidhan kembali fokus mendengarkan sahabatnya.

“Aku minta maaf ya Zidhan, karena kemarin tidak jadi menemui mu, kemarin aku mendadak tidak enak badan.”

“Tidak masalah. Jadwal ku sekarang tidak terlalu padat, jadi aku bisa kapan saja bertemu dengan mu.”

“Bagaimana pekerjaan mu sekarang? Apa kau masih berprofesi sebagai aktor terkenal?”

“Tidak juga. Aku memang masih tetap membintangi beberapa film. Dan aku berniat untuk berhenti saja dari layar kaca karena ingin fokus jadi sutradara. Lagipula kebanyakan film sekarang juga selalu mengangkat tema remaja.” Zidhan menghela nafas sebentar. “Jadi, ku pikir lebih baik aku yang berhenti dan membuka peluang bagi anak-anak muda untuk terjun ke dunia hiburan.”

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang