MIRROR 35
TUDUHAN________________________________________
Itu adalah pagi di hari esoknya menyambut keluarga Zidhan. Di meja makan, sarapan sudah tersaji dan berlangsung hening. Ghea bingung harus memulai percakapan apa diantara Papanya dan juga Neneknya yang terlihat tidak akur tidak seperti kebanyakan keluarga. Jauh lebih dingin dari suasana di rumah dulunya.
“Pa, ini waktunya Ghea berangkat ke sekolah. Ghea udah telepon Rizza buat jemput. Ghea berangkat sekarang ya.”
Zidhan menyulam senyuman hangat. Lalu mengangguk.
“Nek, Ghea pamit berangkat,” kata Ghea lagi.
Ibunya Zidhan hanya bergumam tak jelas. Ghea pun mengucapkan salam dan beranjak. Tetapi Ibunya Zidhan tiba-tiba saja bersuara.
“Tunggu!”
Zidhan ikut menoleh, bingung. “Ada apa?” Dia berkomentar.
“Bi, tolong bawa bekal tadi yang saya suruh buatkan untuk Ghea!” teriak Ibunya Zidhan pada pelayan di rumah.
Zidhan hampir tersedak mendengar itu.
Bekal?
Tumben sekali.
Pelayan itu cepat sekali datang. Sesuai perintah Puan-nya. Membawa kotak bekal beserta tempat minumnya. “Nah, Ghea,” kata Ibunya Zidhan. “Nenek tahu kalau kamu akan membutuhkan ini. Nenek dengar hari ini kamu mulai ulangan semester. Sarapan mu belum habis. Jadi lanjutkan makan di sekolah. Kalau sampai kamu kelaparan, dan kamu tidak fokus mengerjakan ulangan. Itu akan mempengaruhi nilai kamu.”
Ghea agak bimbang. Namun dia sadar kalau tidak baik jika menolak. Maka dia mengambil bekal itu.
“Terima kasih, Nek.”
“Kalau sekolah kamu sudah selesai. Kamu bisa telepon Nenek. Biar nanti Nenek suruh supir Nenek untuk jemput kamu.”
Ghea mengangguk patuh. Tidak pernah merasa sebahagia ini mendapat perhatian dari Neneknya. Padahal semalam Nenek begitu marah kepada Zidhan. Tapi ternyata Nenek aslinya begitu baik pun perhatian.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Berbeda dengan respon Ghea, Zidhan justru menaruh syak kepada sikap ibunya sendiri. “Tumben Mama perhatian sama Ghea?” dia bertanya tanpa basa-basi.
Helaan nafas terdengar bersamaan dengan ditaruhnya garpu dan sendok di atas piring. “Mama mulai sadar Zidhan. Mama ini sudah tua.” Ibunya Zidhan termenung. “Apa yang bisa Mama harapkan? Selain seorang Cucu. Mama menjodohkan kamu dengan Risa selama ini. Karena Mama sangat ingin memiliki Cucu. Ingin ada yang mengisi rumah ini dengan kehadiran seorang anak. Ya. Keinginan Mama tidak pernah muluk-muluk, Zidhan. Dan perkataan mu semalam itu benar. Kesalahan di masa lalu itu tetaplah masa lalu yang tidak semestinya dibahas lagi.”
“Zidhan.” Wanita itu memegang tangan Zidhan di atas meja. “Mama hanya punya kamu satu-satunya di keluarga ini. Mungkin dengan kehadiran Ghea Mama tidak akan merasa kesepian lagi.”
🥀🥀🥀
“Gue heran sama Bokap lo.”
Setelah sebelumnya tidak banyak bicara ketika di perjalanan. Ketika sudah sampai di parkiran Rizza baru angkat suara.
Kebingungan menguasai pikirannya. Tapi baru dia utarakan saat ini.
“Heran kenapa?” tanya Ghea acuh tak acuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR
Roman pour AdolescentsCerita ini tentang Regina Abighea. Gadis yang harus hidup ditengah-tengah kisah perpisahan antara Manda dan juga Zidhan (Sepasang kekasih dimasa lalu). Akankah Ghea dapat membuat keduanya bertemu lagi? Baca selanjutnya disini, -MIRROR "Kelahiran mu...