MIRROR |9 PENGHUNI KAMAR ATAS

49 10 0
                                    

PART 9
PENGHUNI KAMAR ATAS

________________________________________

Ghea menutup pintu kamarnya setelah membereskan pakaian dibantu Mama. Gadis itu kemudian berjalan menuju ranjang, lantas duduk di tepi untuk memerhatikan kamar kakaknya itu. Nuansa kamar Manda sangat elegan, meski ruangannya terbilang kecil, tapi tidak terlihat sempit karena barang-barang di situ tidak banyak menguasai ruang. Ada ranjang, nakas, lemari kayu dan meja rias. Seluruhnya warna putih. Di bagian dinding terdapat lukisan, medali, sertifikat lomba menyanyi dan beberapa foto Manda bersama teman-teman sekolahnya. Di bagian meja rias juga ada frame Manda dan Mama yang—ya ampun itu pasti Ghea saat masih di dalam kandungan. Ghea melebarkan mata bulat-bulat sembari bangkit mendekat ke meja rias.

Diraihnya frame bergambar Mama yang masih mengandungnya serta Manda yang terlihat cantik sekali dengan rambut di kepang dua. Ghea tersenyum hangat.

Andai saja, Kakaknya masih hidup. Mungkin sekarang Ghea tidak akan merasa kesepian lagi.

"Kak Manda, kalau aja Kakak masih hidup. Ghea pasti gak akan merasa kesepian seperti sekarang ini" ucap Ghea dengan raut wajah sendu menatap frame itu. Ia berbicara seolah benda yang dipegangnya dapat mendengar semua ucapannya.

"Vero juga punya Kakak cewek. Kalau Kak Manda ada, malam minggu kita bisa nonton drakor bareng, kayak Kakaknya Vero. Paginya kita nyiram bunga sambil main air atau kita bisa pergi ke pameran buat naik wahana seru"

"Kak," panggilnya.

"Ghea sayang Kakak meski kita belum pernah ketemu”

Ghea tersenyum di akhir kalimatnya disusul memeluk frame di dadanya.

Jam di nakas sudah menunjukkan waktu delapan malam. Ghea berniat untuk mandi, ia menaruh frame itu kembali dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di sana. Terdengar suara wanita memanggil namanya sambil masuk ke dalam kamar dan mengetuk pintu kamar mandi.

Tuk... Tuk... Tuk...

Suara ketukannya terdengar lambat.

"Bentar Ma, Ghea lagi mandi" sahut Ghea dari dalam asal menjawab. Suara ketukan pintu pun menghilang.

Begitu selesai mandi, barulah Ghea keluar kamar dan menuruni tangga untuk menemui orang tuanya yang sudah berkumpul di meja makan.

"Malam Yah, Ma"

"Eh, Ghea udah turun. Baru aja Mama mau panggil kamu"

Mama terlihat sedikit terkejut melihat Ghea sudah duduk di kursi makan.

Lho, bukannya Mama tadi memang sudah memanggil?

Ghea berpikir sejenak. Detik berikutnya, ia tidak ingin ambil pusing soal itu, dengan pelan Ghea menangkupkan tangan di atas meja. Menunggu sang Mama menyiapkan hidangan.

"Ayo kita makan!"

Mama meraih piring dan mulai menuangkan nasi untuk Ghea dan Ayah.

Ada perasaan senang ketika Ghea melihat keluarganya kali ini terasa lebih hidup. Ayah nampak makan dengan lahap tanpa koran disampingnya lagi dan Mama senang melihat perubahan Ayah.

Sekarang Ghea tahu. Isi koran itu pasti berita tentang Manda (Kakaknya) dan Ghea tidak mau mencari tahu lagi tentang hal itu karena mereka pasti akan menjelaskan padanya tanpa perlu membaca diam-diam.

Saat Ghea tengah asik mengunyah. Tiba-tiba hatinya seperti terketuk Ekor matanya bergerak ke arah tangga, ada perasaan aneh saat menatap tempat itu dari jauh. Seperti ada yang memerhatikan tapi entah apa?

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang