MIRROR |18 SISWI BERMATA COKLAT

45 11 0
                                    

PART 18
SISWI BERMATA COKLAT

________________________________________

🎶NOAH-Semua Tentang Kita

Hujan bulan Juli menjadi kenangan buruk bagi Manda. Yang tak pernah bisa ia lupakan sampai sekarang, tapi mendengar Zidhan akan datang, Manda jauh lebih lega. Setidaknya, itu masa lalu dan sekarang Manda di masa ini. Hal buruk tak akan pernah kembali.

Manda melintasi lapangan sekolah, ia berhenti di depan tribun dan mencari sosok Rizza yang sedang bermain bola. Ia menemukannya, akan tetapi secepat kilat bayangan itu melintas. Tentang Zidhan yang dulu menatap Manda dari radius lima meter.

Hei, bukankah itu si minyak rambut!” seru Pian antusias. “Dia bersama Panda mu, Doggy.”

Jangan panggil aku Doggy, Piggy.” Zidhan mengeram, tangannya di kedua sisi tubuhnya mengepal.

Bagus, kau membuat dia marah, Piggy,” gumam Arya.

Aku tebak, akan ada perang lagi hari ini, Monkey,” balas Pian, bibirnya menyeringai.

Zidhan berjalan dengan cepat ketika Arya dan Pian membicarakannya di tengah-tengah lapangan. Kedua pemuda itu memilih melanjutkan main futsal ketimbang memikirkan kenapa kepala Zidhan seakan berasap.

Manda yang datang bersama teman pemudanya hendak memberikan botol minum untuk Zidhan, tertahan saat Zidhan memilih meraih kerah seragam pemuda wajah pucat di sampingnya.

Zidhan!” jerit Manda.

Kenapa kau ada di samping Manda?” raung Zidhan.

Semua kegiatan di lapangan terhenti dan semua orang telah memusatkan tatapan ke arah dua siswa saling melotot itu.

Lepaskan seragamku! Tangan mu kotor Zidhan.

Alih-alih melepaskan Zidhan malah semakin mengangkatnya tinggi, Manda melotot di tempat dan melepaskan tangan Zidhan cepat.

Zidhan, hentikan!” Manda menarik dengan tatapan sesekali ke penjuru tempat, ia malu. “Aku yang mengajaknya kemari.

Tapi kenapa kau mengajaknya?” Zidhan mendorong tubuh pemuda itu sampai nyaris terjatuh. Lalu tangan Zidhan beralih ke botol minuman Manda. Marah-marah membuatnya haus.

Dia sahabatku, kau lupa. Dan aku memintanya untuk menemaniku menunggumu.”

Sudah Manda. Biar aku pergi saja. Sudah kubilang sejak awal dia tidak akan suka melihat ada aku,” kata si pemuda pucat itu, melotot sebentar ke mata Zidhan.

Manda mendesah berat. “Zidhan tidak begitu. Dia hanya terkejut melihat mu. Sebenarnya Zidhan kagum setiap kali melihat mu ke lapangan, kau ini kan kutu buku.”

Zidhan hampir tersedak saat sedang minum. Kagum? Demi Tuhan Zidhan mual sekarang. “Tidak Manda. Dia benar. Aku tak suka melihat wajahnya apalagi rambut klimis berminyak itu. Oh, sangat menjijikan.

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang