MIRROR 43
PELAKU YANG SESUNGGUHNYA________________________________________
Bough!
“BERANINYA KAU! BERANINYA KAU MEMEGANGNYA SEPERTI ITU?”
“Faisal?”
“JANGAN SEBUT AKU DENGAN MULUT KOTOR MU. DAN JANGAN SENTUH DIA DENGAN TANGAN KOTOR MU ITU, PIAN!”
“Arya, apa dia masih dendam pada kita?” kata Pian sungguh-sungguh.
Arya membuka mulut hendak bicara tapi Faisal seolah tidak memberinya kesempatan. Tangan Faisal teracung. “Jangan,” bisik-nya. “Jangan sela ucapan ku!”
Tatapannya yang buas dipenuhi rasa benci terhadap wajah Pian. Ia bahkan merenggut kerah baju Pian, menarik secara kasar supaya ia bisa melihat tampang Pian yang penuh kepalsuan.
“Tujuh belas tahun aku menunggu mu, Pian,” dia berdesis. “Tujuh belas tahun aku menunggu mu di sini ... Sebagai alasan aku kembali ke tempat ini.”
Faisal semakin terlihat seperti ingin menelan Pian bulat-bulat. Arya kali ini tak memisahkan. Dia hanya satu langkah mendekat lalu mundur lagi. Ghea apalagi. Sudah tak ada nyali. Tak seperti ketika dia ingin meninju wajah Faisal. Justru gadis itu memilih mematung dengan mulut agak terbuka.
Menurutnya, kali ini Faisal benar-benar sedang marah besar dan tak terkendali. Tetapi kenapa semarah itu hanya karena masa lalunya yang dikerjai oleh Pian.
“Dia sudah gila.” Pian mendorong Faisal menjauh.
“Ya. Aku memang gila. tapi lebih gila lagi kau!” balas Faisal sengit. “Kau yang mengkhianati sahabat mu sendiri!”
Apa?
“Tujuh belas tahun. Selama ini semua orang mengira orang yang tidak bersalah, lah pelakunya.”
Suara Faisal begitu menggema di lorong koridor. Mengisi kekosongan area sekolah di malam hari.
“Apa maksud Anda, Pak?” ratap Ghea tak mengerti.
Arya menolehkan wajahnya. “Ghea, tidakkah kamu paham?” dia baru bersuara setelah hanya menunggu sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Dia sangat berharap Ghea memahami setiap kalimat Faisal. Tapi rupanya ia keliru, Ghea sama sekali tidak sadar.
Dia angkat bicara lagi. “Selama ini kita semua mengira Zidhan, lah yang menghamili ibu kamu. Dan Zidhan mengira Faisal orang itu, sementara aku. Aku mengira diri ku, lah karena aku ada di tempat kejadian. Dan tak ingat apa-apa.”
“Tapi Pak Faisal juga ada di tempat kejadian. Ghea bermimpi Pak Faisal yang membekap mama.”
“Nah, itu benar!” seru Pian melakukan pembelaan. “Berarti bukan aku karena aku tak tahu apapun.”
“Awalnya aku juga berpikiran seperti itu, Piggy,” kata Arya, dingin. “Tapi saat Zidhan mengatakan orang yang memiliki bekas luka jahitlah pelakunya aku langsung ingat akan sahabat ku yang pernah terluka oleh ku karena aku kambuh.”
“Tapi Pak Faisal juga memiliki bekas luka yang selalu disembunyikannya.”
“Nah, Ghea juga tahu siapa pelakunya Arya.” Pian lagi-lagi menyahut dengan semangat.
Faisal mendengus kasar. Mengangkat tangannya. Pian sempat menghindar karena mengira akan dipukul. Tapi rupanya Faisal hanya ingin menarik lengan bajunya sampai ke siku. Lalu pria itu melepaskan kain putih yang menutupi dan terikat di pergelangan tangannya. “Maksudnya ini?” Semua pasang mata melihat bahwa tidak ada luka jahit di sana. Tapi ada luka sayat yang sudah mengering. “Selama tujuh belas tahun aku melukai diri sendiri untuk menenangkan pikiran ku saat aku merasa sakit dan bersalah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR
Teen FictionCerita ini tentang Regina Abighea. Gadis yang harus hidup ditengah-tengah kisah perpisahan antara Manda dan juga Zidhan (Sepasang kekasih dimasa lalu). Akankah Ghea dapat membuat keduanya bertemu lagi? Baca selanjutnya disini, -MIRROR "Kelahiran mu...