MIRROR |22 BUNUH DIRI

37 9 0
                                    

MIRROR 22
BUNUH DIRI

________________________________________

🎶Drive-Bersama Bintang

“Ghea bangun Ghea! Ghea tolong aku!” teriak Manda.

Ghea bergumam. “Hm .... Apa?” Antara sadar dan tidak. Dia memeluk guling di ranjangnya.

“Ghea, bangun! Zidhan. Zidhan bunuh diri. Aku mohon tolong aku!” desak Manda lagi.

“Bunuh diri ... Bagus dong.” Ghea menutup matanya kembali. Sekejap gadis itu belum sadar apa yang dikatakan Manda. Sampai akhirnya, Ghea membelalakkan mata lebar sekali. “BUNUH DIRI?!” Tubuhnya bak disengat tawon super besar, terlonjak dari ranjang, ia menatap Manda yang mengangguk cepat.

Tergesa-gesa mereka menuruni tangga lantai kedua. Menghambur keluar lewat pintu di belakang rumah. Penerangan yang minim di malam itu, membuat Ghea tak perduli menabrak apapun di jalan. Dia lari menuju ke rumah Zidhan secepat mungkin. Menabrak gerbang yang terkunci.

“Lewat sini!” ajak Manda ke belakang rumah Zidhan. Pintu tersembunyi yang pernah dia tunjukkan pada Ghea.

Ghea cepat-cepat membuka pintu itu. Berlari masuk ke rumah Zidhan dan lari menaiki tangga lantai kedua. Pintu kamarnya lagi-lagi terkunci.

Manda gigit bibir dengan perasaan campur aduk melihat Ghea tidak kunjung dapat membuka pintu.

“Bagaimana ini, Ghea?”

“Gue bakal dobrak,” ucap Ghea sambil mulai melangkah mundur memberi jarak untuk aba-aba mendobrak pintu.

Satu! Dua! Tiga!

Ghea menabrakkan diri ke pintu. Tapi tak berhasil. Dia menarik nafas serta kembali mundur. Menubruk kembali pintu. Hasilnya nihil. Manda sudah menangis melihat itu. Dan ketiga kalinya Ghea melakukannya, dia akhirnya berhasil membuat engsel pintu terlepas.

Mereka menemukannya. Menemukan Zidhan dengan wajah yang pucat dan menegang terjerat tali di atas langit-langit kamarnya.

Tanpa ba-bi-bu Ghea naik ke ranjang. Melepaskan tali itu dengan pisau buah yang sebelumnya dia raih dari atas nakas.

Bruk!

Zidhan jatuh seperti benda berat yang terlepas dari pegangan tangan. Tubuhnya lemas tak berdaya. Manda dan Ghea berjongkok di sampingnya mencoba membuatnya sadar. Berharap kalau pria itu masih bernafas.

“Pak Zidhan! Bangun Pak!” Ghea terus menepuk-nepuk pipinya, dan sesekali menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Bersamaan dari itu, Manda juga ikut teriak meski sama sekali tak akan berpengaruh apa-apa.

“Zidhan bertahanlah aku mohon, hiks ....”

“Pak Zidhan, Manda masih di sini. Anda tidak boleh mati dulu.”

“Zidhan, jangan tinggalkan aku, aku masih di sini, Zidhan ...."

“Pak Zidhan! Pak Zidhan, bangun!”

“Zidhan, bangun, Zidhan, aku mohon, Zidhan ...."

Mata itu perlahan membuka separuh. Samar-samar Zidhan melihat dua tubuh yang berteriak entah menyebut apa. Namun, dari kekaburan tatapan itu, dia melihat bentuk wajah Manda yang buram di belakang tubuh satunya.

“Pak Zidhan, ada Manda di sini. Anda harus bangun. Dia tidak ingin Anda mati.”

“Zidhan bangun ....”

Pandangan itu kian meredup dan kini hanya ada kegelapan tanpa suara apa-apa. Zidhan nyenyak dalam kehangatan.

“Biar aku saja Ghea! Kamu minggir, lah!”

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang