MIRROR |13 KEMBALI

47 9 1
                                    

PART 13
KEMBALI

________________________________________

🎶Blackout-Selalu Ada

Seorang pria mengenakan kemeja dengan ujung lengan dilipat ke siku, keluar dari dalam mobil. Ia berdiri tepat di sebuah pagar besi setinggi 1,5 meter dan menurunkan kacamata hitamnya di tengah kerah kemeja.

Tatapannya tertuju pada satu titik. Lubang kecil di bawah pintu. Biasanya, kalau Zidhan pulang ke rumah ia akan langsung disambut Boppy anjing kesayangannya. Namun lain halnya untuk hari ini. Boppy tak nampak dan berlari kecil mengelilingi kakinya.

Saat seperti itu, bayangan Boppy keluar. Berlari kencang ke arah Zidhan. Ekornya mengibas-ngibas. Berpilin. Mencoba untuk menyentuh kaki Zidhan dengan kepalanya. Tapi tak dapat. Betapa sedih hati Boppy karena Zidhan kini tak dapat melihatnya.

Ukkk....

Selama Zidhan dan Manda berpisah 16 tahun yang lalu. Zidhan sengaja dipindahkan orang tuanya ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya. Selama itu pula ia tak pernah pulang ke rumah ini. Karena di hari kelulusannya, orang tua Zidhan membeli rumah baru di Jakarta. Dan menetap meninggalkan rumah lama mereka.

Zidhan melangkahkan kaki memasuki halaman rumah lamanya. Memutar kunci dan membuka pintu. Betapa terkejut ia saat melihat rumahnya bersih sekali. Selimut-selimut pembungkus juga telah menghilang.

“Apa Mama pernah ke sini?”

Dulu, Zidhan tinggal bersama kedua orang tuanya. Sebagai anak tunggal tentu Zidhan sangat di sayang orang tuanya. Terlebih Zidhan itu punya banyak kehebatan. Lemarinya selalu dipenuhi piala kejuaraan. Dan kamarnya pun banyak dipenuhi medali emas serta perak. Zidhan sangat pandai di kelas sekaligus juga memiliki skill sepak bola. Tapi, tak ada yang tahu anak itu pernah hampir memutus urat nadi-nya hanya karena kehilangan seseorang yang ia cintai.

Zidhan duduk di sofa. Tangannya bergerak ke laci yang masih terjangkau. Menarik perlahan sebuah pigura dari dalam sana. Ada penampakan foto Zidhan dan Manda.

Kenangan itupun kembali terputar di benak Zidhan.

Beberapa tahun yang lalu. Ketika Zidhan baru saja selesai latihan futsal. Zidhan mengajak Manda pergi ke tepi danau. Mereka menatap senja sambil duduk di atas rerumputan. Bahkan Zidhan juga menidurkan kepalanya di atas pangkuan Manda. Manda terus mengelus-elus rambut Zidhan yang basah akan keringat. Gadis itu sama sekali tidak merasa jijik oleh bau yang lengket keringat cowok itu. Justru sebaliknya, Manda merasa senang bisa menghabiskan waktu lagi bersama Zidhan setelah satu minggu ini mereka jarang bertemu. Zidhan terlalu sibuk dengan tim sepak bolanya.

Manda melepaskan sebelah earphone yang menyumbat telinganya.

“Zidhan, kapan kau mau ke rumah ku? Katanya ingin berkenalan dengan orang tua ku?” ucapnya.

Ayah mu galak,” komentar Zidhan.

Tapi Ayah ku sedang ada tugas di luar kota sekarang, cuma ada Mama di rumah.”

“Lalu aku harus membawa apa yang disukai Mama mu?”

Zidhan berkata dengan mata masih terpejam.

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang