Chapter 23

2.2K 313 29
                                    

Musim panas akhirnya tiba. Araya harus ikut ke acara liburan keluarga yang di adakan oleh tuan Aditya setelah beberapa Minggu berlalu sejak dia kembali. Walau Tuan Aditya bertanya dan curiga tentang misinya, dia tetap puas saat gadis itu menunjukkan bunga salju yang dia inginkan.

Mereka liburan di salah satu villa milik keluarga itu di sebuah bukit di Jepang. Araya harus memakai banyak jaket karena cuaca yang masih saja dingin padahal saat ini sudah musim panas.

Alexi tidak pernah melepaskan tangan Araya, dia semakin lengket sejak kejadian beberapa waktu itu. Kedekatan keduanya membuat kedua orang tua Alexi khawatir, mereka takut putra mereka akan menjadi terlalu menempel pada gadis itu.

Araya sendiri hanya merawat anak di sampingnya seperti adiknya. Entah tuan Aditya sudah memberikan ramuan dari bunga salju pada anaknya, dia selalu merasakan bahwa sikap Alexi semakin tertutup dari dunia luar dan orang lain.

Keduanya memilih bermain di bawah pohon dan memetik beberapa buah yang baru saja matang. Alexi merangkai beberapa bunga dan menjadi sebuah mahkota indah. Dia berlari ke sisi Araya dan menaruhnya di atas kepala gadis itu saat dia sedang duduk di tanah.

"Kakak sangat cantik!" Serunya bahagia.

Araya menyentuh karangan bunga itu dan tersenyum lembut. "Ini indah dan terima kasih."

Tanpa di sadari mereka bermain terlalu jauh hingga memasuki area hutan. Araya melihat ke atas langit yang berubah menjadi jingga.

"Alexi." Panggilnya.

"Kenapa kak?" Tanya anak laki-laki itu.

"Sudah hampir malam. Kita harus kembali, berbahaya saat di hutan jika sudah gelap."

"Ayo kak!" Alexi memegang tangan gadis yang lebih tinggi darinya dan pergi dari area itu.

Sayangnya mereka terlalu masuk ke dalam dan waktu sudga gelap. Tetapi villa sudah terlihat dari jauh. Alexi sudah terlihat kelelahan karena kakinya masih sangat pendek. Araya membungkuk di depannya.

"Ayo naik kakak akan menggendong kamu." Ujarnya.

Alexi memerah dan perlahan naik ke punggung gadis itu. Aroma susu dan mawar segera masuk dalam hidungnya. "Kakak sangat wangi."

"Um?"

"Tidak ada." Alexi membenamkan kepalanya di ceruk leher gadis itu.

Saat Araya melewati bebatuan yang dia ingat. Langkah kakinya terhenti karena beberapa orang berpakaian hitam dengan senjata tajam di tangan mereka menghalangi jalan keduanya.

"Serahkan anak itu!" Seru salah seorang di antara mereka.

Araya mundur dengan tetap menggendong bocah itu di punggungnya. Matanya perlahan berubah menjadi Semerah darah. Kelompok itu seketika terkejut dan mundur karena kaget.
Araya melihat bahwa mereka mundur, gadis itu segera melesat ke depan dan menendang sambil menghindari serangan mereka padanya.

Slash!

Dor!

Slash!

Dor!

Araya melompat ke batang pohon dan melihat kelompok yang masih mengejae mereka. Dia bisa saja membunuh mereka disini, tapi sangat sulit dengan Alexi di punggungnya.

Alexi memeluk erat leher gadis itu, matanya menatap orang-orang yang mencoba membunuhnya dengan niat membunuh. Dia ingin menghabisi orang-orang yang mencoba membunuhnya dengan tangannya sendiri, tetapi dia masih sangat lemah.

Araya mulai kelelahan apalagi dia membawa seorang anak di punggungnya. "Alexi."

"Kak."

"Apa kamu bisa membantuku?"

"Katakan saja kak!"

Araya menghindari serangan yang hampir mengenai lehernya itu. Dia melompat ke atas batu yang memberikan jarak padanya dan lawan. Gadis itu menurunkan Alexi dan memegang kedua bahu anak itu.

"Kakak hanya percaya padamu. Tolong kamu kembali ke Villa dan minta pertolongan."

"Tidak!" Alexi menggelengkan kepalanya dan memegang erat lengan Araya seraya menangis.

"Kakak hanya percaya padamu, Oke?" Araya tetap sabar menenangkan anak di pelukannya itu.

"Tapi..."

"Kakak akan menahan mereka sambil menunggu kamu membawa pertolongan. Kakak kuat kok, jadi Alexi tolong pergilah."

Alexi mengigit bibirnya. Araya tersenyum lemah dan mengambil liontin di lehernya yang selama ini dia sembunyikan di balik pakaiannya. Dia menaruh liontin kesayangannya itu ke leher Alexi.

"Kamu bisa kembalikan nanti saat kita menghajar orang-orang jahat ini, oke?"

"Um!"








Bersambung...

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang