Chpt 9 - Ajakan

3.7K 484 16
                                        

[Sistem menyarankan agar anda segera bangun, Host!]

Suara peringatan muncul di kepalanya. Araya membuka matanya dengan berat. Lehernya berdenyut sakit, dia bangun dan melihat sekitarnya.

"Bagaimana aku kembali?"

[Mohon maaf sistem tidak bisa menjawabnya karena saat itu Sistem secara otomatis di non-aktifkan!]

Araya menatap dirinya di jendela. Bibirnya bengkak dan merah, sepertinya dia lupa mencuci wajahnya dan membuatnya alergi. Bangkit dari kasurnya dia berjalan ke kamar mandi dan melepaskan pakaiannya. Matanya melebar terkejut saat menemukan beberapa memar aneh di tangannya.

"Apa ada nyamuk di kamarku?"

{Mungkin.}

Tanda-tanda di kedua tangannya sangat jelas. Dia harus menutupinya dengan sweater, beruntung hari ini hujan dan dia tidak akan terlalu mencolok. Setelah dia mandi dan memakai seragam sekolahnya.

Gadis itu berjalan turun dari tangga. Melihat bahwa semua orang sudah ada di sana. Sangat jarang melihat ketiga keluarga itu berkumpul untuk makan bersama.  Araya berjalan ke meja makan dan duduk di sisi kiri Tuan Aditya. Pelayan menyajikan makanan untuknya.

Ibu Alexi tersenyum lembut melihat gadis itu. "Bagaimana dengan sekolah mu? Maafkan Ibu angkat tidak menemanimu karena ada masalah di butik saat itu."

"Tidak apa. Ibu bisa bekerja dengan tenang, aku baik-baik saja di sekolah."

"Ibu dengar kamu membawa Alexi pulang? Ada apa?"

"Bukan apa-apa. Kemarin ada masalah kecil dan Alexi di suruh pulang."

"Apakah semua baik-baik saja?" Tanya wanita baya itu khawatir.

"Iya." Araya menjawab dengan senyum lembut di bibirnya.

Setelah makan bersama. Semua orang mulai kembali mengerjakan aktivitas mereka sendiri. Alexi dan Araya bersiap untuk berangkat ke sekolah. Di dalam mobil, gadis itu menatap pesan masuk di ponselnya.

(Bagus!)

Tuan Aditya sepertinya sangat puas dengan kerja gadis itu. Araya menyimpan ponselnya dan memejamkan matanya lelah. Tubuhnya sakit apalagi di bagian leher belakang dan tangannya.Suara rintikan hujan yang jatuh menjadi melodi yang menenangkan.

"Kakak semalam begadang?" Suara bocah di samping menganggu tidur gadis itu.

Araya membuka matanya sebelah dan meliriknya. "Kamu...kenapa tahu aku begadang?"

Alexi tidak terganggu dengan mata penuh curiga gadis itu, dia malah tersenyum lebih lebar.
"Aku hanya menebaknya."

"Begitulah?" Gadis itu tidak mudah percaya dengan ucapan bocah itu. Dia ingat setelah menyelesaikan tugasnya dan kembali ke kamarnya, ada ingatan bahwa dia bertemu bocah ini, tetapi tidak jelas adegan selanjutnya.

Araya tidak lagi bertanya. Dia tidak mungkin menanyai seorang anak kecil yang terlihat baik karena kecurigaan yang tidak berdasar.

Alexi yang tidak di pandang lagi, menaikkan bibirnya membentuk smirk.
"Sangat menyenangkan."

***

Di Sekolah Dasar. Araya berjalan masuk ke kelasnya. Gadis itu langsung duduk di tempatnya, hanya sedetik kemudian dua orang berjalan dan berdiri di depannya.

Seorang gadis dengan rambut coklat lurus sepinggang dengan wajah cantik. Di sebelahnya adalah seorang anak laki-laki dengan rambut hitam dan mata sipit yang mempesona.

"Araya... perkenalkan aku adalah Viona dan di sebelah ku ini Sam."

Viona menarik lengan pakaian Sam untuk menarik fokus bocah itu. Sam mengangguk ke arah Araya, tetapi tidak berbicara sedikitpun, hanya menatap wajah gadis itu.

Gadis di depannya memiliki aura yang kuat dan berbeda daripada orang lain. Apalagi mata itu, seperti jurang tidak berujung jika menatapnya.

Araya mengangguk ke arah keduanya. "Salam kenal."

"Kamu mau ke kantin bersama?"

"Dengan kalian berdua?" Tanya Araya sambil melirik ke arah Sam.

Viona mengangguk. "Bukankah bagus jika kita memupuk pertemanan yang baik."

Araya mengangguk.
"Baik."

Dia ingin melihat apakah kedua orang ini tulus mengajaknya makan bersama. Tidak baik juga jika dia tidak melakukan sosialisasi dengan siswa lain, dia akan kesulitan nantinya. Gadis itu membuka buku pelajaran dan membacanya.
Viona dan Sam berbalik pergi dari sana dan kembali ke meja mereka.

Sam menahan tangan Viona. Dia menatap gadis itu dengan dingin. "Kamu jangan melakukan hal yang aneh. Gadis baru itu bukan anak biasa."

Ekspresi Viona langsung berubah dengan sangat cepat. Senyum sinis muncul di bibirnya.

"Dia murid baru, ini hal yang biasa untuk di lakukan. Kita kan mau jadi teman baik."

"Vio...aku ingatkan sama kamu, dia bukan gadis biasa!"

"Jangan asal ngomong deh Sam!"

"Aku udah kasih tau, terserah kamu mau dengar atau kagak."

"Ya...ya...ya...."



Bersambung....

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang