Chapter 10

3.8K 504 19
                                    

Jam istirahat tiba. Seperti yang dikatakan Viona tadi, dia mengajak Araya untuk ke kantin bersama. Sam juga ikut bersama dengan kedua gadis itu. Sesampainya di kantin mereka melihat banyak sekali siswa yang mengantri.

Viona mendengus terlihat kesal dan berbalik menatap keduanya. "Kita makan diluar sekolah saja. Ada cafe di dekat sini."

Sam hanya mengangguk. Remaja itu melirik ke arah gadis disampingnya yang masih terlihat tenang. Viona menarik tangan Araya keluar dari gerbang sekolah. Penjaga gerbang tidak berada di posisinya karena sedang jam istirahat.

Mereka bertiga berjalan bersama dan akhirnya sampai di gang sempit yang sedikit gelap. Viona masuk ke sana diikuti oleh Araya dan Sam. Beberapa menit mereka berjalan memasuki lorong ini dan panjang lorong cukup jauh.

Beberapa saat kemudian mereka dihalangi oleh sekumpulan pria besar. Viona langsung mundur dan bersembunyi di belakang Sam.

"Adik-adik manis ingin kemana? Mau kakak antar kalian?"

"Hahaha...bos mereka sepertinya dari sekolah elite di seberang sana."

"Benar, lihat di seragam mereka ada lambang sekolah itu!"

"Kita bawa saja mereka dan minta uang tebus pada orang tua mereka."

Sekumpulan pria ini benar-benar berniat menangkap anak-anak itu untuk mereka jadikan sandera dan mintaki tembusan nantinya.

Viona yang hanya seorang gadis kecil yang dimanja oleh kedua orang tuanya, jelas tahu bahwa orang-orang ini berniat jahat dan dia akan dalam bahaya.

"Hiks...jangan bawa aku...hiks...." Viona semakin bersembunyi di tubuh Sam.

Remaja itu juga ketakutan tetapi dia masih harus Melindungi teman-temannya. "Kalian jangan macam-macam! Menyentuh kami sama saja dengan masuk penjara!"

Orang-orang itu bukannya takut, malah menganggap Sam sebagai anak manja yang terlalu banyak menonton televisi.

"Bocah nakal...apa kamu sedang ingin menjadi pahlawan disiang bolong?"

"Hahaha...sangat menggelikan!"

"Pahlawan disiang bolong!"

Tidak ada yang menyadari bahwa Araya yang sedari tadi di abaikan oleh mereka, sudah muncul di belakang pemimpin kelompok itu.

BUGH!

Tubuh ketua kelompok itu jatuh dengan keras di tanah. Debu menutupi tubuhnya. Yang lain akhirnya sadar dan berbalik melihat sosok mungil di belakang mereka. Sam dan Viona juga melihat keberadaan Araya yang anehnya sudah berada di depan sana.

"Araya!" Pekik Kedua anak itu kaget.

Gadis itu menyipitkan matanya dingin. Dia menginjak tubuh ketua kelompok penjahat itu dengan sepatunya dan menggeseknya untuk membersihkan lumpur yang menempel. Sambil bergerak mendekati orang-oranh itu, dia juga sempat mengambil batok kayu yang tergeletak disana.

"Kalian yang maju atau aku yang maju?" Sambil mengayunkan benda ditangannya.

"Sial! Tangkap gadis itu dan jual dia!" Seru salah seorang disana.

Selusin orang langsung bergerak ke arahnya. Sam dan Viona langsung menutup mata mereka, takut melihat adegan penuh darah nantinya.

BUGH!

Araya memukul wajah orang yang mengulurkan tangannya kepadanya. Dia juga menarik kerah orang yang lebih tinggi darinya itu dan melemparnya ke dinding.

BUGH!

Pukulan berikutnya langsung menghantam leher dan perut beberapa orang yang mencoba mengepungnya. Dia juga menarik dua kepala orang dan memukul keduanya diwaktu bersamaan.

BUGH!

Orang terakhir dibuat tidak berdaya. Araya langsung menendang bagian bawah perutnya atau masa depan keturunan pria itu sudah dibuat tidak berfungsi lagi olehnya.

Sam yang tadinya mendengar suara berkelahi yang berisik langsung berubah menjadi tenang. Dia perlahan membuka matanya dan melihat adegan mengerikan di depannya. Sosok kecil yang berdiri ditengah-tengah selusin pria yang terkapar di tanah.

Araya tidak mengalami luka sedikitpun. Sam terkejut saat melihat hal itu, dia juga menghela nafas lega.

"Kamu tidak apa-apa?"

Saat Araya mendekati keduanya, remaja itu langsung bertanya padanya. Gadis kecil itu melihatnya dan tidak menjawab. Sam malu karena dia seperti bersembunyi di belakang gadis itu dan membiarkan seorang gadis yang lebih pendek darinya menghadapi orang-orang jahat itu.

Viona membuka matanya juga. Gadis itu langsung merinding karena pemandangan didepannya. "Ini...benar-benaran ulah Araya?"

Viona tidak percaya bahwa seorang gadis seusianya memiliki kemampuan sekuat ini. Araya tidak peduli dengan mental mereka. Dia sudah melangkah pergi dari sana meninggalkan keduanya.

"Tunggu kami!"

Keduanya buru-buru bangkit dan berlari menyusul gadis itu. Mereka tidak ingin disini lebih lama, takut jika orang jahat itu bangun dan malah menangkap mereka.





















Bersambung....

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang