Chapter 12

3.2K 429 2
                                    

Araya dan Alexi memutuskan untuk berkeliling kota sebelum mereka pulang. Bocah lelaki itu sibuk memainkan telapak tangan Araya, sedangkan pemiliknya sedang memejamkan matanya untuk beristirahat.

"Kak...kenapa tanganmu terluka seperti bekas goresan benda tajam? Kakak main pisau?" Tanya Alexi dalam keheningan dalam mobil itu.

Araya segera menyembunyikan bekas lukanya dan menunjukkan senyum pada bocah didekatnya itu.
"Bukan luka yang dalam kok hanya saja tadi tidak sengaja tergores besi pagar karena buru-buru berjalan."

"Sekolah Kakak punya besi di bagian pagar sekolah? Bukankah itu bahaya!"

"Tidak berbahaya kok. Tadi ceroboh hingga terluka dan nantinya juga akan sembuh dengan cepat, tenang saja."

"Tidak perlu ke dokter?"

"Um, tidak perlu."

Alexi hanya bisa patuh diam dan melihat ke arah tangan Araya yang terluka, matanya sedikit gelap tanpa ada yang menyadarinya. Tidak butuh lama untuk mobil mereka sampai ke halaman Kediaman. Saat mobil berhenti didepan pintu, keduanya keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam mobil.

Di ruang tamu sudah ada Nyonya Aditya yang duduk dan seorang wanita yang memunggungi keduanya sepertinya kedua orang itu membicarakan sesuatu yang menarik.

"Alexi! Araya! Selamat datang kembali." Nyonya Aditya bangkit saat menyapa kedua anak itu.

Wanita yang tadinya memunggungi mereka juga berbalik untuk melihat ke arah pintu. Saat dia melihat kedua anak yang berjalan masuk ke dalam, matanya tidak bisa pindah dari wajah tampan Alexi dan Kecantikan Araya.

Nyonya Aditya membawa keduanya ke depan wanita itu dan berkata, "Perkenalkan teman baikku, Bibi Anni. Dia seorang desainer pakaian dan model juga."

"Ah! Jangan berkata seperti itu, aku bukan model lagi sekarang."

"Kamu tetap saja mengagumkan, Anni."

"Terima kasih!"

Nyonya Aditya mendorong Araya untuk maju lebih ke depan sedikit. "Ini putri angkatku, Araya."

Anni tersenyum bersemangat saat melihat kecantikan muda didepannya. "Dia sangat cantik dan anggun bahkan di usia yang masih muda."

"Tentu saja. Araya adalah anak perempuan paling manis yang pernah ku temui."

"Um, Alexi juga semakin besar rupanya." Anni memandang bocah tampan di samping ibunya itu. "Aku menunggu saat dia tumbuh dewasa nanti, entah berapa banyak gadis yang akan dia luluhkan."

Alexi yang mendengar ucapan wanita didepannya yang terakhir itu langsung mengerutkan keningnya tidak suka. "Aku tidak suka wanita lain, hanya Kak Araya yang aku suka!"

Araya yang mendengarkan ucapan absurb bocah itu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Kedua wanita yang mendengarnya hanya tertawa karena siapa yang akan menganggap serius ucapan anak kecil seperti Alexi.

Keduanya kembali ke kamar untuk mengganti pakaian mereka, sedangkan kedua wanita dewasa kembali melanjutkan obrolan mereka tentang belanja. Araya naik ke lantai atas dan saat dia hampir sampai ke pintu kamarnya, ujung roknya di tarik oleh seseorang.

Araya menunduk dan melihat wajah tampan imut yang sedang menahan pakaiannya itu. "Ada apa?"

Alexi mengembungkan pipinya terlihat sangat sedih. "Kakak...Apa aku tidak bisa bersama denganmu saat dewasa nanti? Aku tidak menyukai perempuan lain selain kamu."

Araya membungkuk didepan bocah itu dan mengusap kepalanya. "Kenapa kamu yang kecil begitu malah memikirkan hal konyol semacam itu. Masih sangat jauh beberapa tahun untuk memikirkan hal sepeti itu, Alexi."

"Tapi...bisakah kakak berjanji hanya akan menikah denganku saat dewasa nanti?" Tanya bocah itu sambil menjulurkan jari kelilingking miliknya.

Araya mengangguk dan melakukan janji dengan jari anak itu. "Iya, dewasa nanti kamu bisa menikah denganku."

Tidak ada yang tahu bahwa ucapan gadis itu akan membawa dampak yang sangat besar di masa depannya.

•••

Amerika, pukul 10.00 malam.

Araya dengan pakaian setelan hitam dan senjata di punggungnya berdiri di atas gedung tinggi. Matanya memandang pemandangan malam kota paling terkenal dan maju di dunia ini.

"Apa yang sedang kamu lihat?" Tanya Tuan Aditya yang berada di belakang punggung gadis itu.

"Saya hanya memandangi pemandangan di depan saja, Master." Jawab gadis itu dengan suara datar.

"Lakukan misi ini dengan baik." Perintah Tuan Aditya dan berbalik pergi dari sana.

Araya mengangguk tanpa berbalik , dia merentangkan kedua tangannya menikmati hembusan angin dari gedung 30 lantai tersebut. Tanpa pengaman dia membuang dirinya ke bawah, kecepatan tubuhnya jatuh semakin cepat.

[TELEKTEKNESIS AKTIF!]

Tubuhnya perlahan melayang dan kecepatan jatuhnya semakin lambat. Araya melompat dari satu gedung ke gedung yang lain. Tidak ada yang sadar dengan hal apa yang akan terjadi pada malam ini.

[Target telah ditemukan!]

[Lokasi!]

Araya pergi ke arah titik merah berada dengan kecepatan tinggi. Sesaat kemudian dia melihat sebuah bangunan tua khas zaman Eropa kuno.

"Kenapa orang itu malah bersembunyi di tempat yang terlalu mencolok," gumam gadis itu. Tidak ada penjagaan apapun di sekitar area itu.

Ding!

Sebuah pesan muncul dan saat dia membukanya hanya berisi pertanyaan tentang waktu kumpul di kerja kelompok sekolah oleh Viona dan Alvin.

[Anda punya teman baik rupanya, Host]

"Mereka anak-anak yang baik...jika saja ibu dan ayah masih ada, mereka pasti akan suka melihat anak-anak baik seperti mereka."

[Anda juga anak baik, Host. Profesor James memberikan sistem ke dalam diri anda agar bisa mendapatkan kehidupan yang baik]

"Kehidupan yang baik?" Araya tersenyum mengejek saat mendengarkan.









Bersambung....

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang