Chp.4 | Lambat

4.7K 603 15
                                    

Araya menatap keempat orang itu dengan tenang, lalu melompat turun dari tempatnya duduk. Gadis itu berjalan mendekati mereka dan berhenti di depan mayat yang masih mengeluarkan darah.

Kevin dan Alvry tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari sosok gadis kecil yang berdiri di hadapan mereka. Jika tubuhnya memang anak kecil, mereka percaya. Tapi melihat betapa mahirnya dia membunuh setiap orang dengan hitungan waktu yang cepat.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Jeno dengan raut wajah khawatir. Dia sudah memeriksa tubuh gadis kecil itu, takut jika dia menyembunyikan luka darinya.

{Siapapun pasti akan takut jika melihat pemandangan mengerikan seperti itu, Host.}

Mendengar perkataan sistem, gadis itu mengerutkan keningnya. Jika mereka takut hanya dengan ini, itu tandanya mereka lemah. Saat dia berpikir, sebuah telapak tangan hangat menyentuh wajahnya, melihat pemilik tangan itu adalah Jeson.

"Jangan melakukan hal berbahaya lagi," katanya dan berbalik pergi dari sana.

Kevin dan Alvry lebih dulu memeriksa para mayat dan tempat kejadian harus mereka bersihkan lebih dulu. Araya di gendong oleh Jeno pergi dari sana. Saat di perjalanan, pemuda berambut blonde ini mengajaknya berbicara lebih dulu.

"Kamu membunuh mereka semua?"

"Iya."

"Dengan apa?"

"Pisau."

"Tidak takut jika kamu gagal?"

"Tidak pernah gagal." Araya memang tidak pernah gagal dalam menyelesaikan misinya, dia punya perhitungan dan kepercayaan diri yang besar dengan itu. Gadis itu memiliki kemampuan dan akan terus meningkat.

"Kamu masih kecil, Araya. Jangan paksakan tubuhmu itu, pelan-pelan saja dan tetaplah untuk mengutamakan keselamatan mu dulu."

"Kenapa?" Dia bukan orang lemah dan bodoh, tidak mungkin dia melakukan sesuatu tanpa perhitungan matang.

"Jika kamu terlalu serius, akan menganggu kehidupan sehari-hari mu yang normal."

Araya tertegun dalam gendongan pemuda itu. Dia akhirnya mengangguk dan memilih menutup matanya, tidak ada salahnya beristirahat sejenak.

Jeno merasakan tubuh gadis itu mulai rileks dan tertidur dalam pelukannya, dia menghela nafas lega. Awalnya dia juga takut dan khawatir gadis itu dalam bahaya saat mereka di pencar, yang mengejutkan adalah dia berhasil menyelesaikan semua orang dalam waktu singkat. Pemuda itu berpikir bahwa kelas gadis ini akan tumbuh menjadi seorang pembunuh berdarah dingin dan kuat, saat dia melihat bagaimana sikap dan ekspresi gadis itu berada di sekeliling mayat dan darah.


****

Pukul 6: 30 Pagi

Araya membuka matanya dan melihat langit kamar pink familiar miliknya. Dia kembali ke kamarnya dan pastinya Jeno-lah yang mengirimnya kembali. Gadis bangun dan merenggangkan tubuhnya yang pegal. Ini tugas pertama yang mengeluarkan ekstra tenaga miliknya, tidak heran jika tubuh manusia biasa akan sakit.

{Apa anda perlu meminum obat dari sistem?}

"Tidak perlu."

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang