Chapter 37 - OBAT BIUS

1.4K 205 17
                                    

Araya sedikit melirik ke arah pria di sampingnya dan baru sadar bahwa gaya penampilannya hari ini sangat berbeda jauh dari biasanya. Dengan pakaian kasual dan celaan panjang, tanpa jas yang selalu di pakainya, dia terlihat lebih tampan dari biasanya.

"Berhentilah menatapku atau aku akan mencium kamu sekarang."  Ujar Alexi blak-blakan.

"Mesum." Ucap Araya dan kembali menatap ke depan jalan raya yang lebih sibuk dari biasanya. Mungkin karena tahun baru akan datang dan semua orang mulai sibuk dengan pekerjaan mereka untuk mendapatkan waktu libur nantinya.

"Dimana kita akan makan?" Tanya Alexi sambil tersenyum manis padanya.

Araya memerah dan buru-buru mengalihkan pandangan matanya ke arah lain. Jantungnya mulai berdetak tidak karuan padahal dia hany di senyumi seperti biasanya.

"Kita pergi ke restoran favorit mu saja." Ucapnya.

"Oke!"

••

Di bagian pinggiran pantai putih yang terkenal dengan suasana yang menyenangkan dan tempat bagus untuk menciptakan momen indah dengan pasangan, begitulah yang selalu di katakan oleh semua orang yang pernah berkunjung di pantai tersebut. Alexi dan Araya turun dan berjalan ke arah rumah yang berada di pinggiran pantai, seseorang keluar untuk menyambut keduanya.

"Sudah lama anda tidak berkunjung, Tuan." Ujar pemilik rumah ramah dan sopan.

"Halo paman." Balas Alexi sopan.

Paman yang dipanggil Alexi adalah orang yang menjaganya sebelum Araya masuk ke dalam keluarga Aditya jadi Paman itu dan Araya tidak saling kenal satu sama lain.

"Dia perawatku saat masih kecil, aku sering memanggil beliau dengan sebutan Paman Gu karena beliau orang Cina."

"Halo Paman Gu. Saya Araya." Ujar gadis itu sopan.

"Oh, ternyata tuan kecil sudah punya kekasih rupanya. Saya sungguh senang melihat kalian berdua, sangat cocok." Ujar Paman Gu bersemangat.

"Terima kasih, Paman."

Pria tua itu lebih dulu masuk ke dalam rumah untuk memasak untuk keduanya. Rumah Paman Gu adalah sebuah Restoran sederhana di pinggir laut. Araya duduk disamping Alexi hingga tanpa mereka malah saling bersentuhan. Bukannya menghindar, Alexi malah bergerak dan menggenggam tangannya lebih erat.

"Anda sangat mirip dengan seseorang di masa lalu saya." Kata Alexi tiba-tiba.

Tubuh Araya kaku tetapi dia sudah mengharapkan hasil ini sejak awal. Matanya bergerak dan bertemu dengan wajah sendu pria itu.

Alexi tersenyum tipis. "Dia seperti bulan untukku, Sulit sekali untuk mengerti dirinya. Dia selalu menghilang dan muncul setiap kali aku dalam bahaya. Kupikir kami akan tumbuh dengan baik bersama, sampai di menghilang di suatu malam."

"Menghilang?" Tanya Araya pura-pura tidak tahu.

Alexi langsung menatap mata gadis di depannya seolah dia tahu rahasia yang sedang disembunyikan olehnya. "Entahlah."

Paman Gu datang dan menyajikan menu restoran terkenal yang di tahunya. Ketiganya duduk sambil bercengkerama dengan bersemangat. Araya hanya memperhatikan wajah pemuda di depannya yang terlihat tenang dan tidak dingin lagi, mungkin Paman Gu adalah salah satu orang yang paling dipercayai olehnya.

Ponsel Araya berbunyi dan sebuah pesan masuk dari nomor Alvry.
'Dia sepertinya sudah mulai mencari ku lagi." Batinnya sambil melirik ke arah ponselnya.

"Hubungan mu dan kakakmu sangat dekat rupanya. "Kata Alexi tiba-tiba.

"Um, begitulah." Balas Araya asal.

"Andaikan 'dia' juga bersikap baik padaku dengan tidak pergi begitu saja." Ujarnya lagi.

"Sepertinya orang itu sangat penting untukmu, sedari tadi kamu selalu menyebut dia."

"Ya..dia sangat penting. Bahkan anehnya nama kalian sama."

"Nama kami sama?" Tentu saja sama orangnya sama, pea!

"Iya. Bukan hanya nama, sifat dan tingkah kalian betul-betul mirip. Seakan kalian orang yang sama..."

Araya memegang erat sendok di tangannya. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat berat dan langsung jatuh ke meja dengan keras.

Bruk!

Sebelum dia benar-benar kehilangan kesadarannya, dia menatap ke arah dua sosok yang berdiri di depannya dengan lemah. Sayup-sayup dia bisa mendengar percakapan di antara keduanya.

"Tuan..kenapa anda harus menculiknya? Walau saya tidak tahu tujuan anda hingga menggunakan bius gajah pada seorang wanita, itu sangat berbahaya!"

Araya mengumpat dalam hati saat mendengar nama obat bius yang dikatakan oleh orang yang terdengar seperti paman Gu.

"Jika obat biusnya khusus manusia, ku yakin dia masih akan sadar. Obat bius tinggi lebih mampu membuatnya jatuh."

Telapak tangan hangat menyentuh pipinya lembut dan perlahan tubuhnya di gendong oleh Alexi dan itulah hal yang terakhir di lihat olehnya sebelum benar-benar pingsan.






Bersambung...

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang