Chapter 26 - Tikaman

1.7K 304 14
                                    

Araya dan prajurit bayaran milik tuan Aditya akhirnya bertarung dengan jumlah yang sangat jauh. Araya yang seorang diri mampu membunuh anggota kelompok itu dengan sangat cepat. Tetapi tubuhnya tidak bisa terlalu lama bertahan karena dia terluka cukup parah.

[NOTIFIKASI SISTEM!]
[KONDISI TUBUH TIDAK BISA BERTAHAN LAMA! SEGERA LAKUKAN EVAKUASI!]

Araya mengangkat kepalanya hanya untuk melihat cahaya bulan yang bersinar indah di malam hari ini. Matanya melirik ke arah puncak gunung yang sudah sangat jauh dari lokasinya.

'Tentu saja dia mencoba menghilangkan nyawaku tanpa diketahui oleh putranya.'

Tubuh Araya tersungkur karena tendangan dari seseorang. Saat dia mengangkat kepalanya hanya untuk melihat bahwa Kevin yang mengangkat kakinya.

"Ka-Kapten..tentu saja kau ikut," ucapnya sambil tersenyum miris ke arah pemuda itu.

Araya bangkit dan tubuhnya mulai di selimuti oleh asap merah yang amat tebal. Mata gadis itu perlahan berubah menjadi merah darah, sepasang taring runcing keluar dari mulutnya. Rambut hitamnya berubah menjadi putih pucat, kukunya juga memanjang dengan sangat cepat.

"Dia Vampir!" Seru Kevin tidak percaya.

Araya tersenyum licik dengan wajah ketakutan dari para manusia di depannya.
"Pada akhirnya aku harus kembali ke wujud asliku..."

Srek!

Araya muncul di belakang pria yang memegang senjata dan langsung menarik jantung orang itu keluar. Jantung di tangannya masih berdetak sedangkan orang itu seketika ambruk ke tanah dan tewas dengan cepat.

Tuan Aditya tidak menyangka bahwa anak dari kedua peneliti itu adalah seorang Vampir.
"Kau bukan Putri kedua orang tua mu kan." Ujar Pria itu.

Araya tertawa keras bahkan darah di tangannya menetes membasahi tanah di bawahnya. "Kenapa anda baru bertanya? Anda tidak menemukan informasi bahwa Kedua orang tuaku itu tidak bisa memiliki anak karena mereka terkena racun."

"Jadi kamu itu siapa?!"

Araya menunjuk dirinya dengan senyum mengejek. "Aku? Betul juga..siapa aku? Pertanyaan yang bagus."

"Jangan bermain-main denganku! Katakan siapa kamu sebenarnya?!"

Araya terkekeh dan segera dia melesat ke depan pria itu. Tangannya lebih cepat bergerak dan mencekik lehernya dengan kuku-kuku tajam miliknya yang menancap di leher orang itu.
"Bukankah kau suka meneliti hal aneh, tuan? Anda tentu saja tahu bahwa aku bukanlah manusia biasa hanya dari kemampuan ku yang sangat hebat."

Bugh!

Gadis itu melempar tubuh pria itu hingga menabrak batu besar yang ada di sana. Kevin berlari dan menembak ke arah gadis itu dengan akurat. Sayangnya, Araya terlalu fokus pada pria di depannya hingga bahunya tertembak hingga tembus.

"Pfft-!!" Araya batuk dan memuntahkan seteguk darah. Tubuhnya oleng dan jatuh ke tanah. Gadis itu mengulurkan tangannya ke arah Kevin.

Kevin seketika merasakan seseorang sedang mencekik lehernya dengan kekuatan yang besar.
"Ugh...ugh..."

Krak!

Araya mematahkan lehernya dengan kekuatan miliknya. Dia perlahan bangkit dan berjalan ke arah pria baya yang kesakitan itu dan menarik kerah bajunya. Gadis itu menyeret tubuh tuan Aditya ke arah jurang. Dia melemparkan tubuhnya dengan santai ke ujung jurang, hingga pria itu hanya bisa bergelantungan di sana.

"Tolong ..tolong selamatkan aku! Aku mohon maafkan aku!" Teriaknya putus asa.

Araya tertawa lepas dan wajahnya sudah banyak terkena cipratan darah. Hal itu membuat dia terlihat mengerikan dan menakutkan.
"Bukankah saatnya anda untuk menyapa kedua orang tua saya. Mereka pasti akan sangat senang melakukan reuni di alam sana."

Araya mengangkat tangannya dan akan menjatuhkan pria baya di depannya.
"Matilah-!!"

Dor!

Araya menunduk ke bawah untuk melihat bagian dada kanannya telah di tembus oleh timah panas khusus. Gadis itu berbalik hanya untuk melihat dua orang yang berdiri tidak jauh darinya.

Orang yang menembakkan peluru adalah istri tuan Aditya. Tatapan wanita itu di penuhi oleh kebencian. Di sampingnya ada Alexi yang menatap ke arah gadis itu dengan syok dan tidak percaya.

"Iblis! Kamu iblis jahat! Jangan sentuh suamiku!" Teriak wanita itu sambil menembak ke arahnya.

Araya menunduk ke bawah pada pria di sana dan senyumnya berubah menjadi lebih lebar.
"Mari mati bersama."

Gadis itu memejamkan matanya dan melebarkan kedua tangannya. Hanya dalam sedetik kemudian dia sudah jatuh dari atas sana ke arah jurang, sambil menarik pria baya yang berteriak di tangannya.

"TIDAK!!"

Alexi berlari ke arah ujung jurang dan hanya bisa melihat seringai di bibir gadis itu sebelum lenyap di balik kegelapan disana. Ibunya segera berlari menghampiri anaknya dan melihat ke arah jurang.




Bersambung...

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang