Chapter 24

1.9K 290 8
                                    

Alexi berlari dengan sekuat tenaga bahkan saat kakinya tertusuk oleh batang kayu, dia tetap berlari dan tidak sekalipun melihat ke belakang. Air matanya jatuh membasahi wajahnya, tetapi sepasang mata itu kini hanya di liput oleh kemarahan.

Dia bisa melihat kedua orang tuanya yang mencari-cari mereka dari depan Villa. Alexi semakin mempercepat larinya dan langsung membuat semua orang terkejut dengan kemunculan anak itu.

"Anakku!" Seru sang Ibu dan memeluk putranya yang sudah ngos-ngosan di pelukannya. "Ada apa denganmu?"

Tuan Aditya melihat putranya dan tidak menemukan keberadaan Araya di belakang. Pria itu langsung pergi ke arah para penjaga yang berkumpul.

"Segera kumpulkan semua orang untuk mencari keberadaan nona muda."

"Baik!!"

Alexi hampir kehilangan kesadarannya dia menarik lengan sang ibu dengan sisa tenaganya. "Ka..Kakak...bahaya...tolong...kak..kakak..."

•||•

Araya menyaksikan kepergian anak itu dan tersenyum melihatnya bisa dengan berani berlari melewati hutan seorang diri. Gadis itu berbalik ke arah semua orang dan salah satu tangannya terlentang ke samping. Sebuah lingkaran muncul dan Araya menarik sebuah pedang hitam dari dalam lingkaran hitam itu.

"Akan kuberikan kalian kematian yang sangat mengerikan." Ujarnya yang segera melesat dengan santa cepat menebas satu orang yang paling dekat dengannya.

Araya bergerak dengan cara membabi buta dan buas. Dia dengan kejam menarik kepala orang yang di penggalnya dan melemparkannya ke arah teman-temannya yang sudah mulai ketakutan.

"Ah..ah...IBLIS!!" teriak mereka yang satu per satu di bunuh oleh Araya dengan hitungan detik.

Araya menyisakan satu orang dan menariknya ke arah pohon. Gadis itu mengarahkan ujung pedangnya ke arah leher pria itu.
"Siapa yang menyuruh kalian?"

"Ugh..tidak akan ku katakan!" Pekik pria itu mencoba tetap menutup mulutnya.

"Hahah..." Tawa gadis itu seperti lonceng kematian yang sangat mengerikan. "Apa kamu tahu bagaimana caraku membuat semua musuhku mengatakan apapun yang ingin ku ketahui dari mulut merek?"

"Ugh...bunuh saja aku!"

"Tentu, tapi tidak sekarang." Araya mengambil sebuah botol yang berisi seekor serangga. Gadis itu dengan paksa memasukkan serangga itu ke dalam mulut orang itu.

"Um...um..." Orang yang di makan kan dengan paksa mencoba meloloskan dirinya. Sayangnya benda itu sudah bergerak masuk ke dalam tenggorokannya.

Araya mundur dan membiarkan pria itu menangis kesakitan di tanah. Hingga beberapa waktu berlalu, orang di tanah sudah pasrah dan hampir gila. Araya sekali lagi mendekatinya dan tersenyum puas dengan adegan di depannya.

"Akan ku ulangi lagi. Siapa yang menyuruh kalian menyerang anak itu?"

"Ugh..dia..adalah...tuan... Aditya... sendiri." Ucap pria itu dengan sisa tenaganya.

Araya mengerutkan keningnya dan pegangan di gagang pedang miliknya semakin kuat.
"Tujuannya apa membahayakan anak kandungnya?!"

"Dia..bilang..anak..itu..akan.. membangkitkan.. kekuatannya..jika..dalam..bahaya...."

"Bagaimana jika tidak? Dia akan tewas kapan saja!"

"Katanya..kami..hanya..perlu..membuat..dia..terluka.. hingga emosinya.. terguncang..."

"Sialan!!" Araya melepaskan pria itu dan membunuhnya dengan menusuk lehernya dengan kuat.

Gadis itu melihat beberapa orang membawa senter ke arahnya. Matanya seketika bertemu dengan mata tuan Aditya. Pria baya itu merasakan bahwa tatapan gadis di depannya terasa sangat berbeda.
"Bagaimana keadaanmu?"

"Saya tidak apa-apa." Jawab Araya dan kembali mengikuti mereka pulang ke villa.







Bersambung...

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang