Chpt. 5 - Musuh

4.7K 569 8
                                        

Di sekolah dasar yang baru. Araya mengikuti kepala pelayan menuju ruangan kepala sekolah untuk mendaftar. Di dalam ruang kepala sekolah, kedua orang itu mengobrol. Kepala sekolah mengalihkan pandangannya pada gadis yang duduk dengan patuh di sofa.

"Araya William?"

"Saya." Gadis itu sedikit bingung dengan nama marga baru yang diberikan padanya.

{Data diri telah di perbarui. Mohon untuk memeriksanya!}

Mendengarkan notifikasi dari sistem. Araya paham.  Gadis itu perlahan bangkit dan mengikuti kepala sekolah mengantarnya ke kelas 4 B.

Di dalam kelas 4 B sedang berlangsung pelajaran matematika yang dibawakan oleh seorang guru wanita berusia 38 tahun. Melihat kedatangan kepala sekolah, semua orang di sana langsung duduk tegak dan guru pergi menghampirinya.

"Kepala sekolah."

"Bu Margeta. Maaf jika saya menganggu, hari ini kita kedatangan murid baru. Namanya Araya William."

Ibu guru menatap gadis cantik di samping kepala sekolah. Melihat sekilas saja dia langsung tahu bahwa gadis ini anak orang kaya.

"Araya, masuk dan perkenalan diri dengan teman-teman barumu dulu nak."

Araya masuk ke dalam kelas. Semua mata kompak melihat ke arahnya. Araya mengenakan seragam putih dengan rok lipat.

"Halo semuanya! Namaku Araya William dari Indonesia."

"Ah? Orang dari timur tenggara!"

"Dia sangat fasih berbicara bahasa kita!"

Bu Margeta memilihkan tempat duduk untuk gadis itu di dekat jendela dua bari dari depan. Araya duduk dan menaruh tas miliknya di samping meja. Guru kembali menjelaskan pertanyaan di papan tulis, kelas berlangsung selama sejam dan akhirnya istirahat.

Para murid mulai mengerumuni meja Araya saat guru keluar dari kelas mereka.

"Hei Araya, kamu kok bisa sampai ke sini? Orang tuamu kerja di kota ini?"

"Tidak. Saya anak adopsi."

"Adopsi? Yatim piatu yah? kalau begitu kamu bisa menganggap kami semua keluarga. Bukankah begitu teman-teman?"

"Iya! Kamu bisa tenang saja. Kami akan menjadi teman terbaikmu!"

"Aku juga!"

"Jangan lupakan aku!"

Araya tertegun dengan betapa mudahnya anak-anak ini menerima identitas dirinya. Padahal dia pikir akan melihat ejekan atau hinaan nantinya, tetapi malah di sambut ramah. Dia berpikir menjadi anak kecil kembali itu tidak buruk juga.

"Terima kasih." Ucap gadis itu dengan tulus.

Kerumunan murid mulai bubar karena beberapa anak pergi ke kantin. Araya mengeluarkan bekal yang di berikan Alexi padanya. Bocah itu memberikan banyak makanan untuk dia di sekolah.

"Wah...makanan mu sangat banyak. Keluarga angkat mu  pasti sangat perhatian."

"Benar sekali, makanan milikmu di penuhi cinta dan perhatian!"

"Ibu ku saja malas membuatkan bekal untukku, katanya belanja saja di kantin."

"Aku juga."

Araya ingin sekali bilang bahwa bekal ini dari bocah berusia 6 tahun. Saat melihat anak lain juga mulai makan, dia tidak jadi mengatakannya.

Berbeda dengan kedamaian yang di rasakan Araya. Di TK saat ini, Alexi menatap bocah laki-laki yang lebih tinggi darinya jatuh bersimpuh di tanah. Dia memukul anak lain karena orang itu menyentuh gantungan yang diberikan Araya padanya minggu lalu.

Dia memiliki gangguan obsesi kebersihan pada benda di di sekitarnya. Tidak suka jika miliknya di sentuh oleh siapapun. Perkelahian keduanya berakhir saat Guru datang.

Alexi dan bocah laki-laki itu di bawa ke UKS untuk mengobati luka memar mereka. Alexi akhirnya di suruh memanggil orang tuanya, tetapi keduanya Tidak menjawab panggilannya.

Wajah anak itu langsung muram dan berkata pad guru. "Hukum saja aku. Orang tuaku sibuk , tidak akan datang.'

Guru hampir marah, tetapi saat dia melihat ponsel Alexi yang dititipkan dan ada nama kontak 'Kak Ara Milikku' tertera disana. Guru langsung menekan tombol panggilan.

"Halo?"

"Permisi, apa ini Ara?"

"Benar."

"Begini..adik laki-laki mu berkelahi dan kedua orang tuamu sibuk tidak mengangkat panggilan telepon, jadi saya memanggil kamu."

Di ujung sana Araya menatap ponselnya bingung. "Maksud anda Alexi? Ada apa dengannya?"

Guru berdeham dan berkata dengan suara pelan. " Dia berkelahi dengan teman sekelasnya. Bisakah kamu datang kemari dulu?"

"Baik."

Araya bangkit dari kursinya dan berjalan ke depan meja guru. "Bu, bisakah saya izin pergi menjenguk adik saya? Dia sakit."

"Sakit? Bagaimana dengan orang tua?"

"Mereka sibuk dan tidak ada waktu."

"Baik, tetapi hati-hati yah."

"Iya."

Araya keluar dari sekolah dan melihat sekitarnya yang sepi. Dia berjalan ke sudut gelap. Saat dirasa sudah aman dan tidak ada satupun orang disini, gadis itu menekan anting-anting di telinganya.

{Perintah anda!}

"Aktifkan teleportasi, lokasi TK Bintang!"

{Perintah di terima! Teleportasi di aktifkan!}

Tubuh Araya mulai di kelilingi lingkaran biru dan sosoknya menghilang dari sana dengan sangat cepat.








Bersambung....

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang