Kantor Wakil Direktur
Di hadapkan dengan tatapan yang curiga dan mengintrogasi, Araya hanya bisa menahan rasa malunya. Andaikan dia tidak lupa bahwa hari ini ada rapat penting dan harus berhadapan dengan para dewan direksi penting, rasanya dia benar-benar malu sekarang.
"Wakil direktur." Panggil Asisten di belakang gadis itu.
"Oke, hari ini kita akan mendistribusikan tentang lahan luas yang berada di bawah kaki gunung samping perkotaan." Ujar Araya dan layar monitor segera menampilkan hasil pemeriksaan yang telah di lakukan oleh orangnya.
"Apa anda ingin mengambil tanah itu dan membangun cabang lain?" Tanya salah satu dewan direksi.
"Um, lebih tepatnya aku ingin membuat sebuah lapangan kerja untuk penduduk yang hidup di pinggiran sana. Mereka memiliki kemampuan menghasilkan banyak panen yang begitu segar setiap bulannya dan itu sangat bagus dalam pengembangan perusahaan kita di bagian Makanan." Jelas Araya pada mereka semua.
"Lalu langkah apa yang anda akan ambil?"
••
Sejam kemudian, rapat berakhir dengan baik dan para dewan setuju dengan rencananya. Araya keluar dari lift dengan asisten di belakangnya dan di meja resepsionis yang tanpa sengaja dia lihat ada dua orang yang dia kenali.
"Aldo dan Kai." Gumam gadis itu sambil berjalan mendekati keduanya.
Semakin dekat dia dan bisa mendengar obrolan diantara keduanya dengan bagian resepsionis.
"Tolong tunjukkan bukti bahwa anda sudah memiliki janji, Tuan." Ujar Resepsionis sopan."Kami benar-benar sudah memiliki janji dengan Nona Araya. Sayangnya kartunya rusak karena masuk ke dalam mesin cuci tadi pagi, Nona." Ujar Kai panik.
Aldo hanya bisa diam karena dirinya tidak tahu harus berkata apa. Kartu nama itu di pegang oleh si Kai dan bocah itu malah tidak menyimpan benda itu dengan baik hingga pelayan di rumahnya mencuci baju yang menyimpan kartu tersebut.
"Mohon maafkan kami, Tuan. Itu sudah menjadi prosedur perusahaan kami untuk selalu memeriksa identitas setiap pengunjung."
Aldo menarik bahu temannya itu dan bersiap mengajaknya pergi saja, mungkin mereka tidak beruntung hari ini. Padahal Aldo sudah berpakaian rapi agar mendapatkan kesan yang baik di hari pertama kerjanya.
"Ayo pergi.." Aldo menarik temannya dan berbalik pergi.
"Kalian mau pergi kemana?" Sebuah suara muncul dan sosok ramping yang akrab mendekati keduanya.
Resepsionis membungkuk hormat kepadanya dan kembali duduk ke kursinya. Araya mengangguk sebagai balasan padanya dan berbalik memandang keduanya.
"Kehilangan kartu nama? Kalian tidak sebodoh itu untuk tidak menelpon ku, kan?"
Kai dan Aldo memerah karena mereka benar-benar tidak memikirkan hal itu sama sekali. Araya tertawa dan mengajak keduanya untuk naik ke ruang kerjanya dan tidak jadi pergi memeriksa beberapa cabang perusahaannya.
Di dalam Lift mata kedua remaja itu bersinar karena ini pertama kalinya mereka melihat pemandangan kota dari lift yang Transparan. Saat lift sampai ke lantai yang di tuju, mereka keluar dan berjalan ke ruangan paling ujung. Araya duduk di sofa dan diikuti oleh keduanya. Asisten pergi menyiapkan minuman untuk ketiga orang itu.
"Kalian cukup rapi dan memberikan nuasa segar di hari pertama kalian, walau ada masalah kecil tadi." Ujar Araya sambil tersenyum tipis.
Asisten datang dan menyajikan gelas minuman untuk ketiganya dan berjalan ke belakang Araya dan berdiri tanpa berbicara disana. Araya menyesap teh dingin yang disajikan untuknya dan tersenyum puas dengan takarannya yang pas.
"Kamu semakin pintar, Zen." Puji gadis itu pada Asistennya di belakang.
Zen tersenyum tipis dengan pujiannya bosnya itu. "Saya senang jika anda puas dengan Layanan saya, Nona."
Araya memperhatikan kedua remaja di depannya dan dia bisa melihat tingkat rasa suka yang sistem tunjukkan padanya.
"Hari ini kalian cukup melakukan tur dengan di dampingi oleh Asisten-ku. Besoknya kalian akan menerima arahan darinya tentang sistematika dan bagian-bagian di tempat ini, lalu setelah kalian sudah cukup mahir, bisa mengajukan posisi yang kalian inginkan padaku."Aldo mengepalkan tangannya. "Bagaimana jika kami tidak bisa meningkatkan kemampuan kami nantinya?
Araya terkekeh dan hal itu membuat dia terlihat semakin manis di mata kedua remaja di depannya. Hanya Zen yang tahu bahwa Nona-nya lebih menakutkan daripada Iblis.
"Tidak perlu tegang dan memaksakan diri. Dari awal aku yang mengajak kalian, ku pastikan kalian menjadi Pengusaha terbaik nantinya."
Zen memberikan beberapa permen yang sudah dibuka dari pembungkus kepada gadis itu. Araya langsung memakannya tanpa memeriksa permen yang diberikan padanya.
Kai yang melihat pembunkus permen tersebut lantas memperhatikan dengan teliti tulisan yang terlihat oleh matanya.
'Orion?'"Kak Araya suka makan permen rupanya." Kata Kai basa-basi.
"Ah, aku hanya memakan permen yang khusus dibuat oleh koki dirumahku saja." Balas Araya sambil tetap mengunyah permen di mulutnya.
"Aldo itu juga sangat pintar membuat coklat loh.." Ucap Kai tiba-tiba yang membuat Aldo di sampingnya melirik ke arahnya tajam walau pipinya sudah memerah karena malu.
"Benarkah? Mungkin Aldo punya bakat menjadi suami idaman nantinya."
"Tipe pria yang kakak suka yang bisa masak yah?" Tanya Aldo yang sedaritadi diam.
Araya memegang dagunya. "Aku suka semua pria tampan."
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine
FantasyPria itu Terlalu Gila! Alexi Aditya, seorang bos berat atau tiran menakutkan yang mengikatnya. Alexi selalu berpikir bahwa Ara akan menghilang dan meninggalkannya, jika dia sedikit saja melepaskan ikatannya. **** Ara. Hanya Ara saja. Gadis yang dite...