Chapter 39 - Bibir Bengkak

1.7K 192 6
                                    

Keesokan harinya di pagi hari yang cerah. Cahaya matahari masuk ke dalam sebuah kamar yang berisi sepasang wanita dan pria yang saling berpelukan dengan tubuh hanya di tutupi oleh sehelai selimut saja. Kulit di tubuh mereka masing-masing memiliki bekas kiss mark yang begitu mencolok.

Araya terbangun dengan tubuh seperti sudah di hantam oleh truk raksasa. Bagian bawahnya adalah yang paling terasa sakit baginya. Matanya masih sedikit berat tetapi dia memaksakan dirinya untuk bangun. Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya terasa pegal dimana.

'Bajingan sialan ini tidak melepaskan ku bahkan setelah bermain 10 ronde hingga subuh menjelang!' Umpatnya dalam hati.

Ia perlahan melepaskan pelukan di pinggangnya dan berjalan turun dari kasur. Dia hanya mengambil kemeja putih dan pakaian dalamnya lalu memakainya. Setelah itu dia berjalan ke arah pintu dan turun ke lantai bawah. Seluruh mansion sangat sepi dan tenang, seakan semua orang telah di suruh pergi.

Araya dengan mahir berjalan ke arah dapur dan mengambil beberapa cemilan dan susu untuk dirinya. Setelah mengambil semua yang dia inginkan, dia berjalan ke arah ruang tamu dan duduk di sofa sambil menyalakan televisi dan menonton kartun animasi.

[Misi Selesai!]
[Hadiah telah di terima]
[Tingkat rasa suka : 95%]

Araya melihat pergelangan tangannya telah muncul sebuah gelang hitam polos. Senyumnya langsung naik dengan puas memandangi hadiah dari sistem. Benda ini bukan sekedar gelang hiasan biasa, dia memiliki fungsi untuk melakukan teleportasi dari satu negara ke negara lain dengan aman.

"Tidur bersama bisa meningkatkan rasa sukanya cukup tinggi." Gumamnya saat melihat jendela sistem di depannya.

Sebuah tangan muncul dari belakang dan memeluk lehernya, dia tidak bergerak karena aroma familiar yang tercium dari sosok di belakangnya.

"Kenapa tidak membangunkan ku, hm?" Alexi menyandarkan kepalanya yang masih mengantuk ke pundak Araya.

Gadis itu hanya diam dan makan sambil tetap menonton televisi. Alexi mendecak kesal dan berpindah ke depan sofa dan langsung berbaring di paha Araya. Gadis itu tidak menolak dan malah mengelus rambut Alexi sambil tetap menonton.

Atmosfer hangat di antara keduanya terlihat jelas oleh para pelayan yang sedang bersembunyi di sudut rumah. Mata mereka melotot dan berusaha menutup mulut mereka agar tidak mengeluarkan suara saking terkejutnya mereka dengan tindakan majikan mereka yang sangat manja.

••

Di siang harinya, Araya di antar ke kantornya oleh Alexi. Dia memaksa pria itu agar membiarkan dia pergi kerja karena akan di adakan meeting penting. Alexi hanya diam sambil mengembung kan pipinya tidak rela wanita itu pergi.

Sesampainya di depan gedung perusahaan mereka. Araya baru saja akan membuka pintu saat tubuhnya di tarik dan sebuah benda kenyal menempel di bibirnya.

"Aku benar-benar tidak ingin kamu pergi." Ucap pria itu dengan nada memelas.

"Aku harus kerja." Balas Araya tegas.

"Aku kaya raya dan seluruh asetku akan menjadi milikmu, makanya semua waktumu berikanlah padaku." Ujarnya dengan nada memohon.

Araya tersenyum dan menahan kepala pria itu hingga ciuman mereka semakin intens dan dalam.
"Um.."

Beberapa menit berlalu hingga keduanya berpisah. Araya masuk ke kantornya di bawah mata semua orang yang penasaran dan kaget dengan keadaannya yang lebih tepat mereka memandang bibir Wakil direktur yang bengkak dan merah seolah di lahap oleh hewan buas.

"Wakil kita pasti telah berkencan dengan seseorang."

"Ku tebak dia seorang rajin olahraga mungkin atlet dari merah dan bengkak dibibir nona Araya."

"Ck, pria itu pasti sangat kuat di ranjang. Di leher nona tadi terlihat jelas bekas kiss mark berwana biru."








Bersambung...

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang