Chapter 35 - KERJA

1.1K 177 3
                                    

Jam Istirahat, sesaat semua mahasiswa mulai pergi ke kantin kampus yang telah menyediakan makan gratis untuk semua murid disana sejak Direktur sekolah baru muncul. Para Mahasiswa yang hanya bisa berkuliah dengan bantuan beasiswa kadang harus menghemat uang mereka dengan tidak makan hanya untuk bertahan hidup walau harus menahan lapar karena banyaknya biaya yang kadang harus mereka keluarkan. Namun untuk hari ini dan seterusnya mereka sudah bisa ke kantin dengan hati lega dan makan makanan yang enak dan bergizi.

Araya yang harus memeriksa setiap aktivitas di kampus yang di biayai tentu saja harus ke kantin untuk melihat para anak-anak itu makan dengan baik. Kemunculannya yang tiba-tiba membuat seluruh kantin menjadi tenang dan mata semua orang tertuju pada sosoknya.

Dekan mengarahkan gadis itu area makanan tersaji. Dia diberikan nampang makanan dan mulai berjalan di belakang murid lain untuk mengambil makanan. Dia tidak menyerobot antrian bahkan saat orang lain dengan senang hati membiarkan dia lewat.

Beberapa menit kemudian barulah Araya mengambil posisi meja di bagian jendela dan duduk. Beberapa guru dan Dekan juga mengambil kursi dan duduk di meja itu. Hal yang belum pernah terjadi di kampus tersebut.

Araya menyantap makanannya dengan tenang dan elegan layaknya bangsawan Eropa. Bulu matanya yang lentik bergetar saat merasakan bumbu khas dari Negera ini.

"Ini enak."

Dekan dan Koki bisa menghela nafas lega saat mendengar pujian dari mulutnya.
"Kami mengutamakan nutrisi yang banyak untuk para mahasiswa di kampus ini agar mereka bisa belajar dengan baik."

"Bagus."

Setelah makan, Araya di arahkan ke lorong kampus lalu ke perpustakaan, Taman, ruang kelas, gedung olahraga. Sesaat dia sampai di gedung olahraga ada beberapa mahasiswa yang sedang melakukan olahraga di dalam sana.

Dekan melihat salah satu murid terbaik ada disana dan segera memanggilnya.
"Aldo, tolong kemari."

Aldo yang berkeringat sehabis bermain basket tiba-tiba di panggil langsung berbalik ke belakang. Dia langsung terkejut saat bertemu sosok di depannya. Buru-buru dia melemparkan botol airnya ke temannya dan berlari ke arah gadis dan dekan itu.

"Ha-Halo." Sapanya gugup.

Semua orang disana langsung terkejut dengan tindakan Aldo yang terkenal cuek dan dingin pada siapapun, terlihat gugup. Bahkan pada Dekan kampus saja dia terlihat acuh, tetapi saat berhadapan dengan gadis itu dia jadi sangat diam.

"A..Aldo bisa kamu antarkan Nona Araya untuk memeriksa bagian Kampus yang lain. Saya ada urusan dulu dengan para guru." Ujar Dekan.

"Te..Tentu, Pak." Jawab Aldo gugup.

Dekan berbalik ke samping gadis itu dengan wajah bersalah. "Nona Araya, saya mohon maaf harus pergi terlebih dahulu karena terjadi hal mendesak."

Araya mengangguk mengerti. "Tidak apa, Pak."

"Kalau begitu saya pamit dulu. Ini Aldo salah satu mahasiswa terbaik dan dia juga paling hafal seluruh area kampus ini."

"Baik."

Sesaat Dekan telah pergi dari sana. Araya memeriksa jam tangannya dan masih ada beberapa menit sebelum dia harus pergi. Gadis itu melirik ke arah pemuda yang sudah tumbuh menjadi lebih tampan dari sejak mereka bertemu.
"Halo, Nak."

Aldo terkejut dengan nada yang begitu akrab baginya.
"Halo Nak?"

"Kita ke rumah sakit sekarang!"

"Jangan tutup matamu!"

"Hei! Tetaplah sadar nak!"

"Namaku? Ara."

Aldo langsung menutupi wajahnya karena rona merah muda yang muncul dan rasa panas di bagian wajahnya.
"Saya akan mengantar anda, Nona Ara."

Keduanya keluar dari gedung tersebut dan berjalan bersama. Semua orang yang berada di lorong tentu saja terkejut dengan pemandangan di depan mereka. Pria yang paling terkenal cuek dan dingin menjadi sangat patuh dan malu di samping perempuan yang harusnya pergi bersama Dekan tadi.

"Aldo." Panggil seorang Pemuda yang hampir setinggi dengan Aldo yaitu 179cm dengan rambut sedikit panjang.

"Kai." Balas Aldo tanpa melihat temannya itu.

Kai juga melihat gadis di samping temannya itu dan langsung mengenalinya sebagai Orang yang tadi di podium.

"Ha-Halo saya Kai Smit." Ujarnya dan menyodorkan tangannya bersalaman dengan sikap kaku.

Araya menerima uluran tangan itu dan tersenyum ramah padanya.
"Halo."

"Apa anda sedang melakukan pemeriksaan? Bolehkah saya juga ikut?" Tawar Kai tiba-tiba.

"Tidak!" Tolak Aldo dengan tegas.

Araya terkekeh dengan kedua bocah di depannya. "Kalian berdua masuk jurusan apa?"

Kai lebih dulu menjawab. "Saya masuk Bisnis karena kedua orang tua saya punya usaha di Jerman."

"Bisnis." Jawab Aldo singkat.

"Hmm..ku dengar setiap mahasiswa tahun ajaran akhir harus mendapatkan penilaian dari pihak ke tiga dari jurusan mereka, seperti Jurusan bisnis yang harus mendapatkan penilaian dari sebuah perusahaan atau tempat mereka bekerja."

Kai mengangguk cepat. "Betul sekali. Sekarang saja saya dan Aldo lagi mencari perusahaan yang ideal buat kami. Kalau di perusahaan orang tua, para dosen bilang kami akan mudah mendapatkan nilai nantinya, makanya di suruh perusahaan yang tidak punya hubungan keluarga."

Araya mengusap dagunya seolah sedang berpikir. "Kalau begitu datanglah ke Perusahaan ku Minggu depan nanti." Ucapnya sambil menyodorkan kartu namanya. "Tunjukkan saja kartuku pada Resepsionis dan mereka akan mengarahkan kalian ke ruanganku."

"I..ini bukankah ini namanya bantuan orang dalam?" Kai menatap kartu di tangannya gugup.

"Aturannya kan bukan keluarga kalian, saya cuma direktur di kampus kalian. Datang saja dan belajarlah dengan baik disana."

"Terima kasih." Ujar Aldo sambil menunduk dan memegang kartu di tangannya erat.




Bersambung...

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang