23.Penasaran

2.5K 339 19
                                    

Raka mengajak Adel ngedate malam ini, ya itung-itung malem mingguan untuk sesama jomblo. Hanya sekedar ngedate di taman sambil jilat ice cream, tapi rasanya Raka seperti berada di surga sebab yang ada di sampingnya adalah orang tercinta.

"Del, gua se-sebenernya mau ngomong sesuatu nih" ucap Raka agak gugup. Jika mengejek orang ia paling keras suaranya, tapi jika mengatakan cinta, entah mengapa suaranya seperti orang sariawan.

"Ngomong aja kali, ngomong apa?" tanya Adel yang tetap sibuk konsentrasi dalam menjilat ice cream rasa stowberry'nya.

"Sebelumnya gua mau nanya dulu Del, menurut lu, gua orangnya gimana si?"

"Baik, care, homoris, agak lucu sih kaya monyet di ragunan"

"Berdosa kamu Del!"

"Ya kenyataannya gitu"

"Gua ganteng gak?"

"Mayan. Kalau di bandingin sama kudanil lagi ngaca sih, ya tetep gantengan lo"

"Astagfirllah. Ya iyalah lah Del, kudanil kan hewan, ya kali gantengan dia! Intinya Del, gua cuman mau bilang kalau gua...."

Mata Adel tertuju pada seorang pria yang sedang membeli bakso di sebrang jalan, ia sangat mengenal pria itu, dan itu Rafael. Lebih mengerikan lagi, hantu itu ikut berdiri di belakang Rafael.

"RAFAEL"

"Bukan Del, gua Raka, bukan Rafael. Lu suka sama dia?"

"Bakso"

"Oh, lu laper?"

"RAKA, ITU RAFAEL LAGI BELI BAKSO" tunjuk Adel ke sebrang jalan. Otomatis Raka mengikuti arahannya, namun wajahnya biasa saja karna kesal keberadaan Rafael membuatnya gagal mengatakan cinta pada Adel. "Ayo kita kesana!"

Adel menarik tangan Raka, memaksa Raka untuk ikut bersamanya menghampiri pria itu. Tapi untuk apa?

Dengan sangat terpaksa Adel harus pura-pura membeli bakso juga dan Raka hanya mengikuti saja.

Adel sejak tadi tak mau melirik pada hantu itu, ia hanya ingin tahu seperti apa sebenarnya sikap Rafael. Apakah ada hal yang mencurigakan dalam dirinya, atau tidak.

Rafael duduk di meja berhadapan dengan Adel dan Raka.

"Sedikit saja kau tersenyum padanya, maka senyuman itu tidak akan kau dapatkan lagi seumur hidupmu"

Ancaman itu membuat Adel menelan salivanya susah payah. Saat Rafael melirik padanya, dengan sangat terpaksa Adel tak sama sekali tersenyum, apalagi Raka. Ia sangat kesal dengan Rafael yang mengganggu acara tembak menembaknya.

Rafael sih santai saja, ia memfokuskan matanya pada layar ponsel sambil menunggu pesanan datang.

Tak lama pesanan datang secara bergantian, pertama pesanan Rafael lalu kemudian Adel dan Raka.

Baru saja Adel mau membuka mulut untuk mulai berbicara tapi hantu itu sudah berdiri di belakangnya lalu berbisik...

"Sekali saja kau bertanya, atau bahkan mengajaknya bicara, maka aku akan membuatmu bisu sampai akhir hayat"

Dengan sangat terpaksa Adel tidak sama sekali mengatakan apapun pada Rafael.

"Sebenernya kita ngapain sih disini?" bisik Raka.

"Makan bakso'lah" dusta Adel. Padahal tadinya Adel mau mengenal Rafael lebih dekat, kelihatan'nya juga Rafael itu anak baik-baik bahkan tadi ia tersenyum pada Adel dan juga Raka. Sayangnya Adel tidak bisa tersenyum balik padanya, sebab ancaman itu membuat Adel harus bungkam seribu bahasa.

....

Pagi harinya, Adel menceritakan kejadian sebenarnya pada Raka dan juga Tera. Sontak keduanya terkejut dengan aduan Adel. Mereka sangat penasaran, sebenarnya siapa hantu itu?

"Ter, apa lo ngerasa hantu itu jahat?" tanya Adel.

"Dia bisa jahat, bisa enggak. Menurut gue, dia posesif aja. Kaya misal setiap cewek yang deketin Rafael tuh dia gak suka gitu. Gue belum tau dia siapa, tapi pasti dia berhubungan dengan Raf----" belum sempat Tera meneruskan perkataannya, Rafael datang menghampirinya dan duduk di sampingnya.

Tidak, itu bukan Rafael. Tera dapat merasakan hawa tak enak saat berada di samping sosok yang menyerupai Rafael.

Sosok itu berbisik pada Tera, "Tidak perlu ikut campur. Atau aku akan ikut campur pula dengan urusanmu"

Setelah mengatakan itu sosok tersebut pergi begitu saja.

"Kenapa Ter?" tanya Raka tak mengerti, begitupun dengan Adel. Karna sejak tadi keduanya tak melihat siapapun, meskipun Adel dapat melihat makhluk gaib, tapi sepertinya makhluk tadi sengaja hanya memperlihatkannya pada Tera saja, sebab gadis itulah yang ia tuju.

Wajah Tera mendadak pucat. Di sisi lain ia tidak mau jika sampai dirinya dalam bahaya, sementara di sisi lain ia cukup penasaran juga.

Sebenarnya ada apa? Dan hantu itu siapa?

Meskipun Adel dapat melihat makhluk tersebut, tapi Adel bukanlah indigo. Ia hanya dapat melihat wujudnya, bukan apapun yang bersangkutan dengan makhluk tersebut.

Di balik rasa penasaran, terselip sebuah rindu. Melihat wajah Rafael, Tera jadi merindukan Arkan. Maka ia berniat untuk pergi ke makam Arkan nanti sepulang kuliah.

Sudah hampir 2 minggu Tera tak berkunjung kesana, di karena'kan ia sibuk dengan tugas yang menumpuk.

"Tera, kamu harus sukses ya? Bahagiain orangtua kamu, dan aku"

Mengingat ucapan Arkan yang dulu tidak pernah lupa menasehatinya untuk rajin belajar, membuat Tera tersenyum kecil seraya merindukan wajah pria itu.

"Hem" suara deheman itu membangunkan Tera dari lamunannya. Saat Tera menoleh, rupanya itu Rafael, dan Tera cukup terdiam lama menatao Rafael.

"Lu sakit?"

"Hah? Enggak. Itu anu... Lo sejak kapan disini ya?"

"Barusan. Ngeliat lu ngelamun bikin gua jadi pengen mampir aja, boleh kan gua duduk disini?"

"Boleh. Lagian ini kursi bukan punya gue"

"Oiya Ter, malem ada acara gak?"

"Kayanya ada, sorry ya gue duluan" Tera segera melangkah pergi.

Tera hanya tak ingin terlalu dekat dengan orang asing. Meskipun wajah Rafael nyaris begitu mirip seperti Arkan, tetap saja keduanya bukan orang yang sama.

Satria idiot🤗 : jaga hati.

Melihat isi chat Satria, ia jadi curiga, jangan-jangan Satria tahu bahwa ada seseorang yang mirip Arkan?

Iya. Lo juga!

Satria idiot🤗 : *Sendpick*

Tera membulatkan matanya sempurna. Satria mengirimi foto gadis SMA yang benar-benar mirip dengan lamunan'nya waktu itu.

Dia cewek yang naksir sama lo?

Satria idiot🤗 : Iya.

Usir ajasih!

Satria idiot🤗 : Pelanggan. Lagian dia gak ganggu. Cuman suka mandangin gua aja dari jauh.

Lo gak risih?

Tak ada balasan. Tera menghentakan kakinya kesal, bagaimana bisa gadis SMA itu terus mengejar Satria tanpa lelah? Padahal Satria sudah menolak mentah-mentah kehadirannya?

Sepertinya lamunan Tera sewaktu itu adalah firasat buruk. Jika gadis itu terus di biarkan, maka perlahan pergerakan'nya akan menjadi langkah rusaknya hubungan Tera dan Satria.

Gue harus yakin kalau Satria gak mungkin khianatin gue.

INDIGO 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang