"Sudah ku katakan untuk tidak mendekat, tapi kau melangkah terlalu jauh."
Suara tak asing itu membuat Adel ketakutan, padahal tadi di kelas nampak ramai, mengapa sekarang berubah sepi? Bahkan lampu'nya-pun mati, terutama langit mulai gelap.
"PERGI! JANGAN GANGGU GUE!!"
"Aku tidak akan menggangu, apabila kamu tidak memulainya. Sudah ku katakan, jangan mendekatinya, tapi kau melangkah maju dan membiarkan nyawamu terancam"
"SEBENERNYA LO SIAPA HAH?"
Hantu itu memperlihatkan wujudnya tepat di hadapan Adel, sontak Adel langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan'nya.
"Gue mohon, jangan ganggu gue. Gue cinta sama Rafael hiks..."
"MUNDUR ATAU MATI"
"GUE GAK AKAN PERNAH MUNDUR!!!"
"Baiklah, nanti kau akan tau akibatnya" makhluk itu kemudian menghilang dari hadapan Adel, lalu kelas kembali seperti semula.
"Adel, are you okay?" tanya Miss Fanda.
"I'm fine miss" Adel kembali meneruskan aktifitas belajarnya.
Ia jadi bingung sendiri, yang tadi itu lamunan atau kenyataan? Mengapa tiba-tiba keadaan normal kembali? Padahal tadi Adel tidak sedang tidur di kelas, apalagi sampai melamun.
Aneh. Pikirnya dalam hati.
.....
Rafael sengaja mendekati Adel, demi bisa dekat dengan Tera juga. Buktinya saat ini, pria itu menghampiri Adel ke parkiran, sebab disana ada Tera.
"Hai Ter," sapa'nya pada Tera.
"Oh hai" jawab Tera santai.
"Rafael, kamu kok kesini? Bukannya kamu katanya masih ada makul?" tanya Adel.
"Nggak kok udah selesai. Kamu pulang naik apa Del?" tanyanya balik.
"Oh aku bawa mobil, aku biasa pulang sama Tera. Kenapa?"
"Aku lupa bawa mobil, boleh bareng kamu?"
Alasan! Padahal sebenarnya Rafael sengaja tidak membawa kendaraan hari ini, sebab ia sudah merencanakan hal ini.
"Eh kalian aja berdua, gue bisa naik taxi online kok, atau ojol. Oke" ucap Tera merasa tak enak jika harus berada di tengah-tengah keduanya.
"Beneran lo gapapa Ter?" tanya Adel.
"Gapapa kali santai aja, udah lo berdua aja ya"
Oke, kali ini gua gagal. Lain waktu gua pasti bisa dapetin lu Tera!
Tera segera pamit pergi, ia sebenarnya merasakan hal tidak wajar setiap kali melirik pada Rafael. Pria itu terlalu misterius dengan segala rahasia yang masih tertutup.
Penglihatan Tera tak dapat sampai kesana, ia tak bisa melihat sebenarnya siapa Rafael. Tapi belakangan ini Tera mengkhawatirkan Adel.
"Jauhi temanmu darinya"
Tera yang berdiri di halte sepi, mendengar suara itu ia melirik ke samping kanan'nya dan suara itu berganti di samping kiri'nya.
"Atau kalian akan MATI"
Tera terkejut saat tiba-tiba makhluk itu kini berada di hadapannya. Kemudian ia mundur perlahan, "Se-sebenernya lo siapa?"
"Tidak penting aku siapa, tapi jauhi temanmu darinya. Atau kalian semua akan MATI!"
Setelah mengatakan itu, makhluk itu menghilang begitu saja. Tera merasa bahwa itu bukan sebuah ancaman, melainkan sesuatu yang memang harus di lakukan. Tera tak merasakan makhluk itu jahat, tapi seperti ada masalalu yang menyakitkan ketika Tera menatap matanya.
Sebenarnya siapa dia? Dan apa tujuannya slalu ada di belakang Rafael?
Teka-teki apa ini? Mengapa semuanya slalu menyangkut pada Tera?
Sat, kamu lagi kerja ya?
Satria idiot🤗 : Kenapa?
Pulang kerja, aku tunggu di rumah ya. Ada yang mau aku omongin.
Satria idiot🤗 : Iya. Kamu dimana?
Halte. Nunggu taxi hu lama😪
Satria idiot🤗 : Maaf, aku lagi kerja si, kalau gak kerja aku jemput.
Gapapa beybih, kamu kerja aja ya. Luvyu❤️❤️❤️😗
Satria idiot🤗 : Mau yang beneran.
Dasar es balok mesum!
Selesai itu Tera segera menumpangi taxi yang sudah datang menjemputnya.
Sebenarnya nanti malam Tera mau menceritakan prihal Rafael, siapa tahu saja Satria mampu menembus penglihatannya. Sebab Tera belakangan ini banyak pikiran soal orangtuanya yang mendadak sering kali bertengkar, entah apa penyebabnya.
Usia kandungan Karin sudah memasuki 4 bulan, tapi Ervan sepertinya jarang sekali memiliki waktu untuk isteri dan calon anaknya, lalu Karin slalu marah soal itu, hingga terjadi pertengakaran di antaranya.
....
Baru saja sampai rumah, Tera sudah melihat bunda'nya menangis. Gadis itu segera duduk di samping bunda'nya.
"Assalamulaikum bun. Kok bunda nangis?" tanya Tera cemas.
"Walaikumsalam. Eh, ini bunda kelilipan aja Tera, kamu udah pulang? Tumben cepet banget?" bohong. Padahal Karin menangis karna ada sesuatu yang ia pendam sendirian.
"Iya Tera sengaja pulang cepet, biar bisa temenin bunda. Bunda mau kemana hari ini? Gimana kalau kita jalan-jalan bun? Ke mall, atau kita ke tempat wisata? Dede bayi'nya ngidam apa?"
"Ngidam kangen sama ayah'nya"
Tera diam. Ia mengerti bahwa sang ayah sedang sibuk bekerja, bukan karna melupakan keluarga, tapi demi kebutuhan dan juga untuk biaya nanti sang isteri melahirkan. Tapi Karin terlalu egois untuk itu, entah bawaan bayi'nya atau memang Karin yang memang memiliki watak egois.
"Ayah kan kerja bun. Gimana kalau kita ke tempat kerja Satria? Dede bayi biasanya suka banget kalau ketemu pacar Tera"
"Gak mau Tera, bunda maunya jalan-jalan sama ayah kamu"
"Bunda, ayah'kan kerja, buat kita. Buat kebutuhan kita, buat biaya kuliah Tera, buat bunda ke salon, buat bunda shoping, pokoknya buat semuanya fasilitas yang di butuhkan. Kalau ayah sekarang gak kerja, gimana sama kehidupan kita?"
"Tapi ayah kamu terlalu sibuk kerja, sampe lupa sama isterinya"
"Ayah gak lupa sama bunda, setiap pulang kerja ayah slalu cium bunda, slalu ajak bunda ngobrol. Ini pasti bawaan adeknya Tera nih manja banget" Tera mengusap lembut perut bunda'nya yang sudah mulai membesar.
Karin tersenyum, lalu ikut mengusap perutnya sendiri. "Tera, kamu mau namain dia apa? Bunda maunya dia pake nama dari kamu"
"Kalau cowok Marvel, kalau cewek Alya. Lucu kan bun?"
"Lucu, kamu berharap adik kamu cewek apa cowok?"
"Apa aja yang penting sehat"
Obrolan keduanya berlanjut sampai larut. Jika sudah berbincang antara ibu dan anak pasti tak merasakan kecepatan waktu, terutama Tera begitu dekat dengan bunda'nya, jadi akan slalu nyambung dan berlarut-larut.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 2 ✓
HorrorINDIGO 2 - Genre : Horor Romance ________ Cerita ini merupakan cerita lanjutan dari INDIGO yang pertama. untuk yang belum membacanya, silahkan baca terlebih dahulu, lalu melanjutkannya ke cerita ini ya! Peran utama masih sama, Tera Ervania. Hanya sa...