"ABI, SI DEDE NANGIS. SUSUIN DULU," teriak Tera di dapur.
Tera tadi meninggalkan sejenak Gibran di kamarnya, ia kira Gibran tidur nyenyak, tidak tahu'nya setelah ia tinggalkan ke dapur malah menangis.
Yang di maksud susui oleh Tera adalah, berikan susu botol, tapi Satria sepertinya tidak paham, padahal sudah tersedia di atas meja kamarnya Gibran.
"Susuin? Emang susu gua ada air asi'nya? Gede aja kaga" dengan bodohnya Satria mengangangkat Gibran lalu kemudian menempelkan mulut Gibran pada bagian putingnya.
"Oeeee....oeeee....yayayyaya...oeeeee..."
"Kok nambah nangis sih de? Kan udah abi susuin? Kenapa? Susu abi kurang hot? Ya maap, abi'kan cowok"
"OEEEEE...OOEEEEEE.."
"Anjir malah makin kenceng, si Tera bisa nyerocos nih. Gua harus berusaha biar asi gua keluar" Satria menekan dadanya lalu menyodorkan-nyodorkan puting'nya. "Ayo jagoan'nya abi jangan rewel ya, nanti umi gak kasih jatah ke abi kan bahaya"
Gibran malah semakin menangis, lalu Tera buru-buru menuju kamar. Ia terkejut dengan Satria yang seolah sedang menyusui Gibran.
"KAMU NGAPAIN SATRIA?" teriaknya lalu kemudian mengambil Gibran dari gendongan suaminya itu.
"Ampun mi, aku cuman ngasih dia susu tapi asi aku gak keluar" jawab Satria frustasi.
"Apaan sih kamutuh otaknya kebanyakan di pake buat hafal lirik lagu sih! Yang aku maksud susuin itu, ya itu akukan buat susu botol Sat, kamu ini pea banget"
Tera segera mengambil botol susu yang ada di atas meja, lalu membiarkan bayi berumur 2 bulan itu menyusu. Barulah bayi'nya itu diam dan memejamkan kembali matanya.
Satria jadi malu, ia menggaruk tengkuk'nya sambil cengar-cengir tidak karuan.
Ckck! Dasar bapack-bapack konyol, pikir Tera.
Biar kata sudah memiliki satu anak, tapi Satria ini masih tampan loh, begitupun dengan Tera yang tubuhnya tetap oke meskipun sudah melahirkan.
Rumahtangga keduanya cukup sangat baik, ada satu hal yang baru Tera ketahui di balik sikap dinginnya Satria, yaitu sikap manja'nya yang benar-benar membuat Tera geleng-geleng kepala.
....
Waktu semakin berputar cepat, hingga kini Gibran yang dulu masih suka pup di celana, pipis di celana, dan masih meminum susu, sekarang sudah berumur 5 tahun. Ia sudah bisa melihat makhluk gaib dengan jelas, yang pertama kali ia lihat adalah Upi, si kuntilanak berdaster merah putih, karna tewas saat hari kemerdekaan Indonesia.
"Kakak Upi, Giblan mau celita.." ucapnya gemash sekali, sampai-sampai Upi ingin mencubitnya. Ya hanya saja Upi tak dapat menyentuhnya.
"Cerita apa? Kau pasti mau bercerita karna tadi kau bertengkar dengan Filla akibat berebutan boneka? Lagipula ya Gibran, kau inikan anak Laki-laki, mengapa suka sekali boneka? Anak Laki-laki itu harusnya main robot!"
"Aku melebut boneka dali Filla, kalena boneka itu aneh. Telkadang aku melihat boneka itu ada di telas, kadang pula ada di atas meja, lalu pindah lagi ke kamar neneknya Filla. Matanya melah menyala, tapi Filla bilang tidak"
"Masa sih? Kenapa aku tidak tahu?"
"Memangnya kamu halus tau ya?"
"Gibran, aku ini harus melindungi kamu dari marabahaya apapun"
"Kata umi sama abi, ada Allah yang lindungin Giblan"
"Itupun aku tau. Tapi melewati aku! Aku inikan kakak yang baik untukmu. Oh ya, soal boneka tadi, nanti aku cari tahu, kamu jangan terlalu memikirkan. Kalau begitu aku pergi dulu" Gibran mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 2 ✓
HorrorINDIGO 2 - Genre : Horor Romance ________ Cerita ini merupakan cerita lanjutan dari INDIGO yang pertama. untuk yang belum membacanya, silahkan baca terlebih dahulu, lalu melanjutkannya ke cerita ini ya! Peran utama masih sama, Tera Ervania. Hanya sa...