31.Langkah awal

2.1K 304 8
                                    

"Del tunggu Del!" Raka mengejar Adel yang berjalan di koridor kampus.

"Ada apasih? Gue buru-buru nih, Rafael pasti udah nunggu gue"

"Lu bener-bener berubah Del, kan kita masih bisa temenan kaya dulu"

"Sayangnya gue gak bisa."

Raka terus mencoba mengalihkan, membicarakan banyak hal agar disana Tera segera pergi bersama Rafael.

Awalnya Adel tak menanggapi, tapi Raka berusaha menanyakan hal-hal yang membuatnya marah, seperti menanyakan apakah Rafael baik atau tidaknya untuknya, atau bahkan menanyakan hal privasi soal seberapa jauh mereka berhubungan.

"LO BUANG YA PIKIRAN KOTOR LO ITU! RAFAEL ITU BAIK, GAK NGERES KAYA LO. UDAH GANTENG, BAIK, DAN SAYANG PULA SAMA GUE."

"Lu pikir gua enggak?"

"Lo gak ganteng, otak lo ngeres. Jijik gue yang ada"

Jika oranglain yang ada di posisi Raka pasti ucapan Adel itu bisa merusak mental seseorang, namun sayangnya cinta Raka lebih kuat dari segala bentuk emosionalnya.

...

Di tempat lain, Tera menghampiri Rafael, tak butuh waktu lama ia langsung saja menawarkan diri untuk pulang bersama.

"Mau balik bareng?" tanya Tera berpura-pura ramah.

"Tera? Dari kapan disitu?"

"Baru aja sih. Pulang bareng mau?"

"Boleh, emang gak bareng cowok yang kadang suka jemput lu itu?"

"Oh justru gue yang harusnya nanya, emang lo gak bareng Adel?"

"Enggak, dia masih ada makul Ter" dustanya.

Tanpa menunggu lama, Rafael langsung meminta Tera masuk ke dalam mobilnya.

Di dalam mobil, ada Santi yang ikut menebeng. Ia tersenyum pada Tera lalu mengacungkan jempolnya seraya senang dengan langkah awal yang Tera lakukan.

Di mobil, Rafael membuka pembicaraan. "Ter lu udah punya pacar? Sorry, maksud gua, takutnya nanti pacar lu marah karna balik bareng gua"

"Enggak tenang aja, gue jomblo"

Maafin gue Sat.

"Ohaha, kenapa masih sendiri? Padahal cantik loh?"

"Cinta kan gak mandang fisik Raf. Ya gimana kalau sikap guenya aja ke cowok judes, siapa yang mau sama gue?"

Terlihat wajah Rafael yang gugup sebab berdampingan dengan Tera. Ia nampaknya benar-benar menyukai Tera, sebab sebelumnya ia tak pernah segugup itu.

"Tipe cowok lu kaya apa emang?"

"Ini kesempatan untukmu Ter, katakan sesuatu agar hatinya sedikit terbuka" usul Santi.

"Yang pasti sih ya, dia baik, gak nyakitin cewek, apalagi sampe lukain cewek. Gue benci banget tau cowok yang suka jahat sama cewek, main tangan, dan kasar"

Gua pembunuh Ter, kalau lu tau pasti lu udah jauhin gua saat ini.

Wajah Rafael berubah pucat, sepertinya ia mulai merasa tersinggung dan ingat dengan kejadian dimana ia membunuh Santi.

Rafael sudah membunuh 3 wanita dalam hidupnya, yang pertama ibu tirinya, yang kedua kakak perempuan'nya, dan terakhir Santi selaku mantan kekasihnya.

Yang ada dalam pikiran Rafael adalah, siapapun yang menyakitinya harus mati.

Tidak ada jejak pembunuhan, Rafael mampu menyembunyikannya saat ini, tapi tidak dengan nanti. Sebab Tera akan membongkar kejahatannya.

"Eh lo sayang gak sih sama hewan?"

Sayang banget, saking sayangnya gua kasih potongan tubuh manusia buat buaya.

"Hah? Oh, sayang dong. Guakan penyuka binatang" jawab Rafael mencoba santai.

"Wah berarti lo termasuk tipe gue. Eh maaf, gue lupa, lo kan udah punya Adel"

"Gapapa kali Ter santai."

"Lo punya binatang apa di rumah?"

"Buaya sama singa sih,"

"Mereka di kasih makan apa? Maaf ya banyak tanya, guekan gak begitu paham binatang buas begitu"

"Ya di kasih daging Ter. Gapapa santai aja"

"Daging apa tuh kira-kira?"

Mendadak Rafael jadi merasa panas dingin di tanya seperti itu. Ia mengingat banyak kejadian dimana ia melakukan hal kriminal dan sangat keji.

"Ya-ya, da-daging ayam atau i-ikan"

"Oh gitu. Hem, gue jadi pengen liat peliharaan lo deh"

"Nanti kapan-kapan gua ajak ke rumah ya?"

"Boleh sih, tapi Adel marah gak?"

"Lo tenang aja. Btw, gua boleh gak minta nomer hape lu?"

Dengan santainya Tera memberikan nomernya. Sebenarnya Tera tidak ingin melakukan hal gila ini, tapi Adel harus selamat.

Perlahan Tera akan mencoba agar pria itu bisa bertaubat dari kejahatannya, dan mengungkapkan apa yang pernah terjadi. Ia tak ingin sampai ada korban lagi, maka ia berjanji akan membongkar kebusukan Rafael dan menyeretnya ke pihak berwajib.

Sesampainya di depan rumah Tera, pria itu langsung pulang tanpa berniat mampir. Tera tahu bahwa Rafael mulai gerogi tak karuan.

"Kau jenius Tera! Perlahan dia pasti akan mulai menyadari kesalahannya, tapi ku mohon jangan sakiti dia"

"Gue gak pernah nyakitin cowok, tapi lo tau kan posisi gue ini udah punya cowok. Gue mau lanjutin misi ini demi Adel, dan juga terbongkarnya kasus pembunuhan yang udah dia perbuat. Santi, dia harus bertanggungjawab atas kesalahannya."

"Terimakasih Tera, aku tak salah memilih seseorang rupanya"

Tera hanya menanggapinya dengan senyuman lalu ia segera memasuki kediaman'nya.

Santi menghilang seraya mengikuti kemana Rafael pergi. Ia tak berniat tinggal bersama Tera, sebab tak betah berlama-lama diam di rumah yang penuh dengan lafaz Allah juga suara dzikir dari orang di dalam'nya. Jin ataupun setan tidak akan betah berlama-lama di rumah Tera, itulah sebabnya Cici begitu cepat pergi ke alam'nya.

INDIGO 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang