14.Rencana menghancurkan setan

3K 379 46
                                    

"Lo gak kuliah? Guekan udah bilang Sat, ada nyokap gue yang bisa jagain. Ngapain coba lo lebih mentingin gue dari pada masa depan lo?" cerocos Tera.

"Siapa?"

"Kok nanya siapa? Ya elu lah."

"Yang nanya. Udah makan dulu, bawel!" Satria menyodorkan sendok berisi bubur untuk Tera makan. Sementara gadis itu memanyunkan bibirnya kesal dan tak mau menerima suapan dari Satria, "Makan dulu sayang" di sebut sayang, maka dengan senang hati Tera menerima suapan'nya.

Satria terkekeh dengan sikap gadisnya. Tera memang sangat menggemaskan, semakin hari Satria semakin sayang saja pada author. Eh salah, maksudnya pada Tera.

Sudah 1 minggu Tera sadarkan diri, tapi belum di perbolehkan pulang ke rumah karna luka di kepalanya masih membutuhkan perawatan.

"Camer lagi hamil lagi" ucap Satria tiba-tiba setelah selesai menyuapi Tera makan.

"HAH? NYOKAP GUE BUNTING?"

"Iya"

"Lo tau dari mana?"

"Tau aja"

"Satria, lo tuh ya gue udah sadar masih aja sikapnya membagongkan! Jelasin kek, lo kata siapa?"

"Nyokap lu bilang sama gua, mangkannya gua gak tega kalau semisal nyokap lu jagain lu disini 24 jam."

"Gue gapapa kali gak ada yang jaga, kan ada suster. Lo pasti gak kuliah-kuliah kan? Bolos terus karna gue disini? Kerjaan lo gimana?"

"Kuliahlah, kerja doang kaga"

"Tukan, masa lo di pecat lagi gara-gara gue?"

"Gak masalah"

Hanya demi Tera saja, pria itu merelakan pekerjaan'nya asal bisa menjaga Tera sepenuhnya. Bahkan tanpa Tera ketahui, Satria sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya.

Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk Tera tahu, sebab kondisi gadisnya belum stabil.

"Ehem, pacaran teros" sindir Raka yang tiba-tiba datang bersama Adel yang melangkah di belakangnya.

Adel nampak gugup saat sorotan mata tajam dari Satria mengarah padanya.

"Hai Ter, maaf ya gue baru sempet longok lo. Soalnya Raka bilang, jangan-jangan terus. Jadi baru sekarang, Tera maafin gue, ini semua karna gue" Adel berdiri di samping Tera yang terbaring lemah.

"Gapapa kali santai. Emang sebenernya gimana si Del, lo bisa kan ceritain sama gua?"

"Gak perlu!" sarkas Satria. "Mending lu balik dari sini" usir Satria menatap tajam Adel tak suka.

"Sat jangan gitu dong, guakan kesini sama Adel niatnya mau longok cewek lu, bukan mau cari ribut" ucap Raka.

Satria tak menjawabnya, pria itu memilih keluar dari ruangan untuk sekedar merokok. Jujur saja, Satria benar-benar tidak suka dengan kelakuan Adel, ia sangat muak apabila gadis itu ada di hadapannya.

"Jadi sebenernya masalahnya apa? Kenapa Satria sampe sebenci itu sama lo?"

Adel melirik pada Raka seolah meminta pendapat apakah dirinya harus bercerita atau tidak, Raka mengangguk seraya memberikan isyarat memperbolehkannya.

"Tapi lo janji Ter, jangan benci sama Adel" ucap Raka.

"Oke"

Adel mulai menceritakan semua kejadian itu. Ia menangis saat pada bagian dimana ia sengaja bertengkar dengan Tera saat itu hanya untuk menempelkan darahnya pada rambut bekas seseorang yang sudah tak bernyawa.

Tera cukup terkejut bahkan sangat terkejut dengan pengakuan Adel. Ia ingin marah, tapi untuk apa? Amarah tidak akan membuat semuanya kembali membaik.

"Kita harus ambil langkah buat musnahin setan itu. Rambut yang lo ambil, udah lo kembaliin?" tanya Tera.

"Udah Ter, tapi kenapa setan itu masih ngejar gue juga? Bahkan ngejar lo"

"Itu bentuk dari diri lo sendiri tadinya, dan lo udah menjanjikan itu. Dia bisa celakain kita demi tujuannya, lo gak bisa lari dari tanggungjawab Del, lo harus memperbaikinya"

"Gimana caranya Ter?"

"Setelah pulang dari rumah sakit, kita selesaiin ini bareng-bareng. Nanti gue pancing setan itu buat dateng, lo yang bersangkutan pegang tasbih kuat-kuat dan terus baca doa, jangan goyah. Kita semua bakalan bikin dia bener-bener jadi abu dan gak akan kembali mengganggu"

Adel menyetujui, dan pastinya Raka juga ikut bersama Satria. Mereka akan menghadapi bersama setan itu.

.....

Hari bergulir silih berganti. Kini Tera sudah kembali ke rumah, keadaannya sudah mulai pulih. Ia pulang ke rumah di jemput kedua orangtuanya, dan Satria yang masih setia menemaninya.

"Tante, om, Satria gak bisa lama. Satria ada panggilan kerja hari ini," izin Satria pada kedua orangtua Tera.

"Allhamdulillah, Satria makasih banyak ya kamu udah nemenin Tera dari pertama kali dia di rumah sakit, sampe sekarang pulang. Makasih banyak, tante gak tau kalau gak ada kamu, siapa yang bakalan jaga Tera, karna tante sedang hamil" ucap Karin.

"Iya Sat, makasih banyak ya kamu udah sangat setia jagain Tera" timpal Ervan.

"Sama-sama om tante, kalau begitu Satria pulang dulu. Nanti bilang aja sama Tera, kalau Satria ada makul ya tante, om. Soalnya Satria belum bilang sama Tera kalau Satria berhenti kuliah"

Kedua orangtua Tera mengangguk paham.

Alasan Satria berhenti kuliah bukan karna ia mementingkan Tera, tapi karna memang keuangan'nya tidak mencukupi untuk itu.

Lagipula baginya kuliah atau tidak bukanlah hambatan bagi kesuksesan seseorang. Jadi, ia masih bisa bekerja sesuai kemampuan'nya, sebab tanggungjawab seorang pria adalah bekerja. Apapun itu yang jelas Satria yakin bahwa gadisnya tidak akan memandang dirinya miskin atau kaya.

Sebelum sampai di kedai tempat barunya bekerja, Satria mengirimi Tera pesan chat terlebih dahulu.

Sebelum sampai di kedai tempat barunya bekerja, Satria mengirimi Tera pesan chat terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cpt sembuh.

Tera👙 : Jangan suka kirim foto deh, menuhin memori gue aja.

Lihat saja betapa menyebalkannya gadis itu. Seandainya saja bukan gadis yang Satria sayangi, pasti sudah Satria buang ke rawa-rawa.

Orang ganteng bebas.

Tera👙 : Belajar dulu aja sat! Jgn bnyak gaya.

Sun dulu

Tera👙 : Ogah.

Sayang

Tera👙 : 😗😗😗

Jamet

Tera👙 : Gue tarik lagi ya emot ciumnya. Liat aja!

Satria tersenyum melihat balasan chat Tera. Setelah itu ia memasukan kembali ponselnya pada saku, dan memakai helm kembali lalu melanjutkan perjalanannya menuju tempat barunya bekerja.

Semangat hidupnya sudah kembali, dan hidup Satria mulai ber-energi. Ia harus semangat untuk bekerja, sebab pria itu sudah berjanji akan menikahi gadisnya setelah gadisnya lulus kuliah.

INDIGO 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang