Rafael Alexander, berbicara tentang pria itu membutuhkan waktu lama untuk mengenalnya. Sebab sikap, prilakunya terbilang rahasia, tidak seperti yang oranglain kira.
Pria tampan yang nyaris memiliki wajah percis seperti Arkan ini mendadak jadi seleb di kampus akibat fisiknya yang luar biasa memikat banyak gadis sekitaran, terkecuali Tera.
Jujur saja, meskipun wajah Rafael seperti Arkan, namun entah mengapa Tera tidak sama sekali tertarik. Ada dua kemungkinan, yang pertama karna Tera tak merasa nyaman, yang kedua karna ia menjaga hatinya untuk Satria seorang. Atau justru mungkin keduanya.
"Lu Adel?" tanya Rafael duduk di samping Adel.
Adel diam saja, ia melirik sekitaran takut-takut hantu itu datang lalu mencekiknya.
"Hei, bisa jawab kan?"
Adel memberikan isyarat agar telinga Rafael sedikit mendekat dengannya, lalu kemudian ia berbisik. "Iya, kenapa?"
Aneh sekali menurut Rafael gadis di sampingnya ini, mengapa hanya mengatakan kenapa saja harus sampai bisik-bisik? Perasaan jika Rafael perhatikan, koridor kampus sedang sepi.
"Temennya Tera?"
Lagi-lagi Adel berbisik, "Iya"
"Gak usah bisik-bisik kali, gak ada siapa-siapa"
"Bu-bukan gitu, aduh gimana ya susah jelasinnya. Lo mau apa nanya kek gitu?"
"Minta nomer Tera boleh?"
Jangan-jangan Rafael suka sama Tera?
"Maaf Rafael, siapapun pasti marah kalau nomernya di kasih ke orang asing tanpa izin. Jadi gue gak mau, Tera marah sama gue cuman gara-gara gue kasih nomernya ke lo"
"Oke ga masalah, thanks ya" pria itu segera beranjak pergi.
Adel mendengus sebal, bisa-bisanya Rafael menyukai Tera, sementaraa dirinya menyukai pria itu.
Mengapa setiap kali Adel menyukai seseorang, pasti Tera adalah hambatannya? Apakah Adel harus membenci Tera kembali, sementara Tera sudah banyak membantunya dan Adel nyaman berteman dengannya?
Tapikan Tera udah punya Satria, jadi Rafael'nya gue gak akan ada kesempatan buat deketin Tera deh! Hehe.
....
Satria rupanya datang ke kampus untuk menjemput kekasihnya. Tera senang karna Satria slalu menyempatkan waktu untuk bersamanya walaupun hanya sebentar saja di waktu istirahat saat bekerja.
"Pake helm'nya" Satria menyodorkan helm itu pada Tera, dengan manja'nya Tera meminta agar Satria memasangkannya. Pria itu lantas menurutinya.
"Sat, lo kan istirahat dua jam, bisa gak sih satu jam'nya kita ke danau dulu buat sekedar ngobrol?"
"Bisa"
Tera tersenyum senang mendengar jawaban Satria, ia segera menumpangi motor milik kekasihnya itu.
Seperti biasa setiap kali berboncengan pasti Tera memeluk Satria erat.
"SATRIA, GUE CINTA SAMA LO" teriak Tera.
Setelah berbulan-bulan bersama Satria, akhirnya keceria'an Tera kembali. Ia sadar bahwa seharusnya ia tidak slalu berada dalam zona masalalu, lagipula Satria begitu sabar menghadapinya, ia juga tidak keberatan berkunjung ke makam Arkan lalu mendengar curhatan gadisnya sendiri di samping kuburan pria yang sempat membuatnya jatuh cinta begitu dalam.
Tidak ada rasa cemburu dari Satria untuk Arkan, sebab sebesar apapun Tera mencoba menggapainya tetap tidak mungkin. Dan akhirnya buah dari kesabaran itu, Tera dapat mencintainya sepenuh hati.
"Sat, lo kok diem aja? Sariawan? Oh iya gue tau, lo kan es batu, mana bisa bilang cinta sama gue!" cerocos Tera yang kemudian turun dari motor karna sudah sampai di tempat tujuan.
Satria-pun turun dan menyimpan helm'nya di atas spion, bersamaan dengan helm yang Tera pakai.
Setelah itu....
Cup!
Satria mencium pipi Tera secara tiba-tiba, lalu menggengam tangannya mesra dan mengatakan, "Cinta yang sesungguhnya di genggam bukan di katakan"
Tera tercengang dengan ucapan Satria, rupanya pria itu cukup bijak juga.
"Tapi gue beneran cinta kok Sat sama lo, bukan karna gue jadiin lo pelampiasan. Suer gue cinta sama lo"
"Gua tau"
"Tapi percaya gak?"
"Enggak"
"Ih kok gitu?"
"Cium, baru percaya"
"WHAT? DASAR ES BATU MESUM!"
"Yaudah gua gak percaya"
"Bodoamat gak di percaya sama lo, yang penting di percaya Tuhan"
Satria terkekeh dengan jawaban Tera. Gadis itu memang pintar menjawab, dan slalu menang dalam ajang perdebatan dengannya.
Keduanya duduk di tepi danau, mendadak Tera melamun diam menatap lurus ke arah depan.
"Mau ke kedai gak?" tanya Satria memecah keheningan. "Ter?"
Tera diam saja.
"KATAKAN PADANYA, JANGAN PERNAH MENCOBA MENDEKAT JIKA TIDAK SIAP MATI"
Setelah mengatakan itu, makhluk itu keluar dari tubuh Tera, lalu menghilang entah kemana.
Jadi tadi Tera sempat kerasukan?
"Sat, kok kepala gue pusing ya?" keluhnya
"Kita pulang sekarang"
Sebelum pulang, Satria slalu membelikan gadisnya makanan, dan Tera tidak pernah menolak. Bentuk perhatian Satria, adalah yang paling romantis dari sekedar kata i love you baginya.
"Makasih ya, bisa gak mulai sekarang manggilnya aku-kamu?" tanya Tera.
"Bisa sayang"
"Ih bikin ngefly aja pake sayang-sayang gitu, mana bingkisan kebab aku!" tagihnya.
Satria menyodorkan bingkisan kebab berukuran jumbo, kesukaan Tera.
"Aku kerja lagi, kamu jangan lupa istirahat abis makan kebab"
"Iya beybih"
Satria tersenyum mendengar panggilan sayang yang Tera lontarkan untuknya.
Dengan segera pria itu memakai kembali helm-nya dan menumpangi motornya seraya melajukannya cepat.
Tera merasa ada yang Satria sembunyikan soal kenapa tadi kepala Tera mendadak pusing setelah dirinya merasa ada di ruangan gelap tanpa satupun orang, samar-samar juga tadi Tera mendengar kata MATI. Tapi yasudahlah mungkin hanya perasaannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 2 ✓
TerrorINDIGO 2 - Genre : Horor Romance ________ Cerita ini merupakan cerita lanjutan dari INDIGO yang pertama. untuk yang belum membacanya, silahkan baca terlebih dahulu, lalu melanjutkannya ke cerita ini ya! Peran utama masih sama, Tera Ervania. Hanya sa...