1 minggu kemudian...
Seperti biasa, Tera kuliah dengan jadwal biasanya. Sementara Satria sibuk bekerja dari pagi sampai malam. Meskipun begitu, Satria tidak pernah lupa untuk mengabari Tera dan berkunjung ke rumahnya di waktu tertentu.
Satria memang bukan tipekal pria romantis, tapi dia adalah orang pertama yang slalu ada untuk Tera, kapanpun gadis itu butuh.
"Kaga ada si Satria, hidup terasa hampa. Mana jarang pula dia ke apartemen gua" cerocos Raka.
"Cowok tuh cari duit, sibuk kerja. Bukan ngabisin duit orangtua" cibir Adel.
"HEI BEB JANGAN SALAH, GINI GINI AA KERJA LOH"
"Kerja apaan?"
"Ngejar-ngejar kamu hehe"
Adel memutar bola matanya malas, sementara Tera masih asik saja dengan laptop-nya. Ia sedang mengerjakan artikel tugas yang di minta oleh dosen'nya, jika sudah fokus pada mata kuliah, maka gadis itu tak ingin mendengarkan ocehan siapapun sebab fokusnya hanya pada tugas.
Bisa di bilang, Tera yang dulu pemalas sekarang menjadi sangat rajin. Semua itu karna Arkan, lalu sekarang yang menjadi semangatnya adalah Satria.
Kemarin, Tera dan Satria habis berkunjung di makam Arkan. Tera menceritakan banyak hal prihal Satria pada Arkan, keduanya bercanda di samping kuburan Arkan, seolah-olah Arkan-pun ikut larut dalam candaan mereka. Memang terlihat seperti orang tak waras, tapi Tera nyaman untuk slalu berkunjung ke makam Arkan dan bercanda layaknya Arkan masih tetap berada di sekitarnya.
"Ter, gua mau nanya deh" tanya Raka.
"Hm"
"Lu udah moveon dari Arkan?"
Tera yang semula fokus pada layar laptop kini melirik Raka dengan tatapan tajam. "Gue gak akan pernah moveon dari dia!"
"Kasian Satria kalau lu terus-terusan inget dia Ter?"
"Satria gak masalah. Gue cuman udah moveon dari masa kebersamaan gue sama Arkan, sementara sama Arkan'nya sampe kapanpun gue gak akan lupain dia"
"Tapi lu cinta gak sama Satria?"
"Of course . how can I not love him, while he is always there for me?"
"Sampeyan ngomong apa?"
Bola mata Tera berputar malas. Berbicara dengan Raka sama saja seperti berbicara dengan orang bodoh. Jadi lebih baik ia kembali fokus mengerjakan tugasnya.
"Emang Arkan siapa sih?" tanya Adel pada Raka.
"Dia itu pacarnya Tera dulu, bahkan mereka mau menikah" bisik Raka yang masih bisa Tera dengar.
"GUE DENGER!"
"Hehe, gapapa kan Ter gua ceritain sama bebeb Adel?"
"Serah!"
Raka menceritakan semuanya pada Adel, tentunya atas izin Tera.
Kini Adel mengerti, pantas saja Tera tidak mudah berbaur dengan orang asing, terutama setiap pria yang mendekatinya slalu ia tolak mentah-mentah, rupanya Tera pernah mengalami patah hati di tinggalkan kekasihnya ke akhirat. Hanya Satria yang kuat mengejar Tera dengan caranya sendiri, hingga kini Tera benar-benar bisa membuka hatinya untuk Satria.
"Ter, sorry gue mau tanya nih, Satria kan sama kaya lo indigo, nah kalau indigo kan bisa liat kegiatan sehari-hari, itu si Satria suka liat lo mandi gak?"
Raka melongo dengan pertanyaan Adel, begitupun dengan Tera. Pertanyaan konyol macam apa begitu?
"Ya kagalah! Penglihatan seorang indigo itu bukan CCTV, yang kalau di letakin dimana aja bisa liat semuanya. Gue ataupun Satria itu manusia bukan Tuhan, jadi penglihatan gue sesuai takarannya, gak sebanding sama Tuhan yang tau segalanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO 2 ✓
HorrorINDIGO 2 - Genre : Horor Romance ________ Cerita ini merupakan cerita lanjutan dari INDIGO yang pertama. untuk yang belum membacanya, silahkan baca terlebih dahulu, lalu melanjutkannya ke cerita ini ya! Peran utama masih sama, Tera Ervania. Hanya sa...