Tidak pernah disangka hari ini akan tiba. Di hari Sabtu siang yang seharusnya menyenangkan digunakan untuk istirahat di rumah menjadi tak tentram. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan sosok kakak perempuan yang menyebalkan bernama Aisla. Kemunculannya di rumah sudah pasti mau ikut-ikutan dengan sengaja mencampuri urusan Nia.
Bisa ditebak Nia akan terjebak dalam persidangan bersama seorang Kakak yang reseknya level neraka. Usai makan siang bersama dengan Aisla, Mama, Elyn, sang adik perempuan, dan Sandy, adik laki-lakinya. Adalah waktu yang digunakan oleh Mama untuk berbicara dari hati ke hati.
Itu tak masalah jika Mama akan mengajaknya berbicara tentang hal yang tak mau Nia dengar apalagi bahas. Sudah topik pembahasannya menyebalkan ditambah orang yang ikut serta menyebalkan sekali. Saking menyebalkannya, Nia lebih terganggu dengan sosok Aisla daripada sama orang tua. Mama masih bisa mengambil hati Nia dengan pembicaraan damai dan manis. Aisla yang paling sering bertugas akan merusaknya. Dan, efek dominan Aisla di rumah juga sangat besar sampai sesekali mampu mempengaruhi Mama.
Nia sudah mendengar gosip-gosip, kabar tentang Sandy, adik laki-lakinya yang memiliki rencana mau menikah. Amat serius dalam merencanakannya dari jauh hari. Nia tidak menyangka bahwa rencana Sandy itu akan berpengaruh besar pada dirinya. Menambah kepusingan hidup yang semula sedang tenang-tenangnya.
“Nia, sama sekali belum ada bayangan buat nikah?” Di ruang tamu itu Mama memisahkan Nia hanya berdua saja berbicara empat mata.
Awalnya pembicaraan mereka sebelumnya seputar keseharian di tempat kerja dan hubungan Nia dengan pacarnya. Diinterogasi tentang pernikahan tadi bukan berarti Nia jomlo dan sendirian. Hanya saja kisahnya itu rumit.
“Ma, enggak apa-apa kalo Sandy maju duluan.” Nia yang tak memiliki jawaban pasti hanya bisa menjawab begitu.
“Nyuruh adikmu maju lagi? Kamu sendiri kapan majunya? Nggak mau menikah kenapa sih?” Sosok wanita berwajah menyebalkan muncul ikutan duduk untuk nimbrung dalam pembicaraan itu.
Kalau ditanya seperti itu Nia juga tak tahu jawabannya. Usia Nia sudah 31 tahun, nyaris 32 tahun. Selama hidup kisah cintanya biasa saja. Sejak lulus kuliah di usia 22 tahun selalu memiliki pacar yang kisahnya tak berakhir bagus amat. Namun, wanita itu tak memiliki trauma atau masalah serius.
Nia baru merasakan hubungan yang paling serius beberapa tahun ini, baru 2 tahunan menjalin hubungan dengan Dipta, seseorang yang sudah dikenal selama 3 tahun. Pria itu satu kantor dengan Nia dari Dept. IT, Hotel Management System. Dia adalah pria yang lebih muda dari Nia. Usia mereka terpaut sekitar 5 tahun. Mereka cocok akan banyak hal. Dipta mengerti beberapa pandangan hidup Nia yang tak dimengerti kebanyakan orang. Omong-omong, mereka sudah membayangkan bagaimana hidup berumah tangga. Sialnya, hanya membayangkan bagaimana mereka akan hidup bersama tanpa sungguh-sungguh merencanakan keuangan dan mental.
“Belum siap,” jawab Nia seadanya.
“Mananya yang belum siap? Kalo nggak didorong atau diusahakan ya nggak akan pernah siap!” seru Aisla menggebu. “Kamu tahu nggak, orang yang mati sebelum menikah itu rugi. Kamu malah menyia-nyiakan kesempatan untuk menikah! Bodohnya jadi cewek.” Itulah kata-kata ajaib Aisla yang entah dari mana pemikiran seperti itu.
Orang yang sudah mati, jika meminta mau dihidupkan kembali tentu tidak ada yang meminta untuk mau menikah atau menikah lagi (bagi yang sudah pernah), Nia mendecih dalam hatinya. Mending memilih beribadah melakukan hal yang lebih bisa bermanfaat besar menyelamatkan diri sendiri di akhir zaman nanti.
Jangan suruh Nia membela diri, karena percuma berdebat dengan orang yang sudah mempercayai pemikirannya selalu benar dan harus benar. Dengan emosi memuncak tetap ditahan Nia berusaha diam terlebih dahulu, lantas dia memperhatikan raut wajah Mama menjadi memucat, seolah ikut kesal karena Aisla akan membuat pembicaraan ini menjadi berujung keributan. Mama tak seperti Aisla. Mama sangat pintar berbicara baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Compromise
General FictionRated 18+ Nia harus menepati janji pada keluarganya, kan kasihan adik laki-lakinya tidak bisa menikah jika dia masih berutang janji. Janji untuk segera menyusul Elyn, adiknya, yang sudah menikah beberapa tahun lalu meloncatinya. Nia putus sama Dipta...