5. Empat peri-peri kecil

23.7K 1.8K 74
                                    

Setelah acara makan bersama berdua dengan Garsa, hubungan mereka malah semakin dekat.

Nia merespon baik pesan yang selalu pria itu kirimkan, semakin manis dan serius. Sangat jelas terlihat keinginan dalam menjalin hubungan dengan wanita itu. Nia yakin cowok itu bukan hanya sekadar iseng-iseng berhadiah saja padanya. Garsa juga mendekatkan diri pada Mama, bahkan Sandy. Pria itu pernah mengantar Nia pulang dan menemui Mama dan Sandy di rumah. Di hari Minggu selanjutnya dia datang berkunjung ke rumah Nia untuk lebih akrab ngobrol dengan Sandy. Nia yang tak pernah mendapat perlakuan laki-laki serius jadi panik dan takut. Mengapa berhadapan dengan orang yang sudah serius menjadi gugup dan resah tak jelas?

Tindakan usaha Garsa untuk menunjukkan keseriusannya bukan hanya sampai berkenalan dengan keluarga Nia. Tetapi juga sudah sampai sangat sakral. Bukan hanya menyatukan dua keluarga antar orang tua tetapi juga hubungan antar Nia dengan keluarga kecil Garsa.

Malam ini Garsa menjanjikan akan membawa anak-anaknya untuk berkenalan dengan Nia. Sebelumnya tidak pernah bertemu langsung atau berkirim pesan chat dengan mereka. Namun, anak lelakinya Garsa yang sudah besar pernah muncul saat sedang melakukan video call dengan Nia. Garsa pernah mengirimkan foto mereka bersama dan memperkenalkan nama-nama anaknya. Nia sudah berusaha menghapal, agar nanti saat bertemu dia sudah tak salah menyebut nama-nama mereka. Pasalnya nama mereka mirip-mirip dan asing. Namanya sangat bagus-bagus.

"Malam Ni," sapa Garsa tersenyum lebar muncul di depan gerbang.

"Malam, Mas." Nia menghampiri dengan langkah riang, perempuan dengan baju dress selutut warna putih dengan rambut panjang tergerai itu sudah tak sabar ingin menemui anak-anak Garsa secara langsung.

Malam ini Garsa menjemput di rumahnya, saat Nia baru masuk ke dalam mobil tentu saja langsung mendapat perhatian penuh dari para anaknya. Mereka ber-empat duduk bersama di kursi tengah seolah tak ada yang memisahkan. Karena malam dan cahaya dalam mobil kurang jelas, belum bisa melihat wajah mereka. Yang Nia sadari raut wajah mereka tampak tak tertarik lama-lama amat dengan kemunculan dirinya, namun sorot matanya milik mereka tak bisa ditipu.

Nia tahu jika mereka seperti diam-diam menilai dan mencurigainya. Apakah mereka takut kalau Nia sangat menyebalkan, galak, dan akan menyiksa mereka? Bayangan imej sebagai ibu tiri apa sudah seburuk itu?

"Hai kalian," sapa Nia tersenyum lebar pada mereka dan diberikan respon yang tak seru.

Hanya ada satu anak yang membalas dengan cengiran lebar. Si anak yang memiliki tubuh paling tinggi dan lumayan berisi. "Malam, Tante Nia."

"Kalian nggak sempit duduk bersama-sama di tengah?" tanyanya heran.

Saat di dalam mobil mulai ingin berjalan, Garsa sempat memperkenalkan dengan gaya non formal. "Anak-anak, ini Tante Nia. Kita akan makan bersama malam ini. Iya Ni, nggak ada yang suka duduk di belakang katanya bikin pusing." Jelas Garsa sambil terkekeh dan fokus mengendalikan mobilnya.

Nia jadi ikut menahan senyum, buyar sudah lamunan dugaan kalau anak-anak itu saking kompaknya sulit dipisah. Mata bulat Nia melempar pandangan pada sosok-sosok yang lain.

Ada sesosok anak cowok berwajah tirus dengan kacamata. Matanya bagai lebih kecil dari milik saudaranya yang lain, seperti terlalu lelah dengan kacamata tebalnya. Ada anak cewek yang memperhatikan jalanan. Di sebelah anak yang paling ramah tadi ada anak kecil yang menempel erat pada Kakaknya.

Sepertinya anak-anak Garsa yang lainnya tipikal yang pendiam. Nia mewajari itu, dia sendiri tipe yang pertama kali bertemu akan diam terlebih dahulu, lalu selanjutnya mulai bar-bar berani mengganggu.

CompromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang