36. Aroma busuk jarak jauh

14.2K 1.2K 90
                                    

Beberapa hari Nia sama Garsa ribut lagi. Cuek-cuekan. Nia sih yang cuekin lelaki itu gara-gara urusan acara Amanda. Nia malas mendengar ocehannya yang muter-muter itu saja tentang keinginannya tanpa mengindahkan saran dari Nia dan Bu Karmi. Memang pria itu mulai menyebalkan terkadang.

Garsa mulai menunjukkan belang baiknya setelah sidang pemeriksaan dan mediasi, hasilnya Nia masih ogah dibujuk untuk rujuk. Setelah Nia cuti liburan satu malam nan misterius, yang pastinya menunjukkan betapa stresnya dia. Beberapa hari kemudian Garsa udah bersikap menyebalkan lagi.

Nia yakin, malam ini Garsa bertingkah baik karena mau ada maunya. Selain karena mobil Amanda yang biasa Nia gunakan tidak bisa berfungsi dengan baik sejak kemarin. Boro-boro bisa dijalankan, dinyalakan saja sudah membuat emosi karena hanya bunyi ringikan seperti kuda yang terdengar. Nia tidak tahu rusak bagian apanya karena belum mengerti bagaimana bisa diservis sedangkan benda itu mau menyala saja tak bisa. Nia sudah melihat-lihat bengkel mobil di dekat perumahan, siapa tahu dia bisa mengunjungi ke bengkel mereka meminta mengecek mobilnya di rumah yang teronggok di garasi menjadi tak berguna. Gengsi mau minta tolong ke Garsa, sudah gengsinya masih gede, Nia terlalu bodoh dalam urusan mesin-mesin.

Tadi siang Garsa menjanjikan akan menjemput Nia yang akan pulang malam itu lebih larut sebab ada acara terlebih dahulu di luar kantor. Terpaksa Nia mengandalkan Garsa. Pria itu juga lagi baik menawarkan diri mau menjemputnya.

Garsa sempat mengomel kenapa Nia tak bilang ada acara hari itu sampai larut malam. Untung saja Garsa menghubungi Karel menanyakan kenapa Nia tak membalas pesan dan menjawab telepon. Ternyata Nia masih berada di luar rumah bersama teman-temannya.

"Belum pulang, Nia?" Sosok pria berkemeja lengan pendek berwarna hitam sambil menenteng jaket kulit muncul di sebelah Nia.

Pria muda itu ikutan duduk di kursi sebelah Nia. Di kursi bagian luar kafe tempat mereka baru saja mengadakan acara. Biasa teman-temannya atas ajakan Bu Tarti, Supervisor Dept. Accounting yang sohib lengket sama Bu Heni, Supervisor Dept. IT, ngajak anak-anak satu linenya kumpul main bersama.

Sudah jadi tradisi beberapa bulan sekali kalau kerjaan kantor tak ada masalah besar atau kesibukan akan mencari hiburan sendiri dengan mengadakan pertemuan lalu saling bertukar pikiran. Kalau mengandalkan kantor agenda pertemuan paling hanya diadakan saat gathering, acara anniversarry, atau syukuran para atasan direktur. Pekerja bawahan harus mencari kesenangan sendiri agar bisa membuat pekerjaan dan hubungan antar teman juga menjadi semakin lengket.

Pria itu adalah Dipta. Walau beda Dept, pria itu anak kesayangan Bu Heni yang pastinya bakalan diajak pergi kumpul. Tak usah heran mereka masih bisa jadi bertemu di acara yang sama setelah sekian lama berpisah.

"Aku masih nunggu jemputan. Kamu nggak pulang?" tanya Nia memandanginya cemas karena tak ada tanda Dipta mau pergi dari tempat itu

"Aku temenin ngobrol ya sambil nunggu." Pria itu mengulum senyum lemah. "Setiap tahun kita kalo kumpul di sini, sekarang yang rasanya paling beda ya, Ni?"

Nia menaikkan sebelah alis menatapnya curiga. "Ta," selanya cepat.

Nia tak mau dalam hatinya menjadi gelisah gara-gara kepikiran kenangan masa lalu. Karena, yang susah melupakan ini yang jelas tak terbiasa jika disenggol kenangan lama. Apalagi kenangan masa lalu itu seperti menaburkan luka Nia semakin sakit. Semakin larut dalam penyesalan.

"Tapi kamu kayak nggak berbeda. Berubah sih jauh lebih dewasa dan makin menarik sekarang." Dipta memandangi Nia penuh sorot kagum yang sudah lama sekali tidak ditunjukkan.

Nia langsung bergidik, mengapa nada suara cowok muda itu seperti sedang menggodanya. Apakah dia sudah mengeluarkan aura keibuan setelah setahunan menjadi ibu tiri atau aura janda wanginya sudah mulai keluar menggoda mata para lelaki?

CompromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang