16. Pesan: Jangan lupa kunci pintu

14.5K 1.3K 62
                                    

🔞 konten rada nsfw 🔞

💍💍💍

“Malam ini kita makan terong balado!!” Nia berseru riang sambil meletakkan piring berisi potongan terong berhiaskan irisan cabai merah di meja depan anak-anak itu.

Kehebohannya tak disambut baik oleh mereka. Reaksi mereka hanya menatap datar dan nyaris kesal saat melihat piring berisi terong kecoklatan dengan kulit ungu tua dengan cabai itu.

Nia menahan senyuman geli ketika mendapati wajah Dista makin sinis, cenderung langsung kesal melihat potongan terong balado itu. Gadis kecil itu pasti siap mengamuk. Sementara tatapan wajah Karel dan Genta datar, cenderung pasrah. Nia ingin langsung tertawa, tetapi berusaha ditahan dulu.

“Ma, aku nggak bisa makan pedes,” kata Ghani dari tempatnya mendongak pada wanita tinggi di sebelahnya. Tangannya sudah memegang sendok. Anak kecil itu raut wajahnya sudah lesu tetapi jadi tak napsu makan melihat makanan yang tak disukainya.

“Cuma ini?” tanya Dista. “Aku lebih pilih makan telur atau Indomie daripada terong aneh itu.”

“Eitsss, jangan sembarangan! Terong ini makanan favorite Mama, jangan dihina!” seru Nia sombong. Wanita itu memang sengaja lagi memancing keributan.

“Mama tadi masak lama banget cuma goreng terong balado ini?” cetus Karel dengan mata membelalak tak percaya. Cowok berwajah manis itu tidak banyak protes dari tampangnya tapi dari ucapannya jelas penuh sindiran keras.

“Ya udahlah, terong enak kok,” timpal Genta yang sudah mencomot potongan terong dengan sendoknya.

“Ma, aku mau Indomie aja,” ujar Ghani memegang tangan Nia lalu pasang wajah memohon.

Nia tersentak kaget, dia belum terbiasa dengan keterkejutan perubahan ini, sudah seharian Ghani memanggilnya dengan sebutan Mama.

“Jangan makan mie, Ghani. Nenek nanti marah,” tepis Nia.

Obrolan mereka berdua membuat semua kakaknya itu menatap penuh makna sekaligus heran. Seperti mempertanyakan tentang Nia yang mulai dipanggil dengan sebutan Mama oleh Ghani dan Nia yang dengan sadisnya menolak permintaan Ghani.

“Ma, terongnya kan pedes cabe. Ghani dibikinin telur atau goreng nugget aja.” Karel menyarankan.

"Nugget teross," cela Dista.

Karel mendesis pelan. “Masa sehari aku makan nugget tiga kali. Tadi siang udah makan pake nugget. Kamu tadi siang makan apa, Ghani?” tanya anak cowok itu menatap ke adiknya. “Kamu makan siang, 'kan?” Raut wajahnya seperti ingin menuduh bahwa Nia mulai berperilaku sebagai ibu tiri di sinetron.

“Aku makan nasi padang, Mama ngajak aku jalan-jalan naik motor belanja ke minimarket depan,” jawab Ghani polos.

Nia menjadi meneguk ludah ketangkap basah bahwa tadi siang memang sengaja makan bersama Ghani dengan beli makanan jadi. Sedangkan Genta dan Dista harus makan pake nugget goreng.

“Kok makan enak? Apa karena disogok nasi Padang jadi manggil dia dengan Mama?” tanya Dista penuh kecurigaan.

“Kok kita dibiarin makan pake nugget terus?” Genta terlihat sangat sakit hati. "Beliin ayam atau rendang daging kek."

“Enggak,” geleng Ghani. “Mama beliin karena kita udah berteman.”

“What?” Mata sinis Dista mendelik pada Nia.

Nia mengalihkan wajah, pasti anak itu sudah mikir makin yang buruk-buruk tentang dirinya.

“Mama bikin agar-agar di kulkas dan aku makan buah banyak. Aku makan bareng sama Mama pake rendang daging,” ujar Ghani pamer dengan cerianya.

CompromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang