50 hari kemudian .....
Beberapa hari setelah resmi bercerai.
💍💍💍
Karel baru saja muncul dari atas lalu menyatu bersama yang lain dan bersuara ketika melihat Nia sedang membongkar plastik paket berisi baju-baju buat Ghani. Beberapa buah baju membuat Nia kesemsem saking lucunya membayangkan Ghani yang akan memakainya.
“Ghani masuk PAUD mulai bulan depan loh, Ma. Itu baju apaaa?”
"Ini baju buat Ghani ke TPA. Kalo PAUD kan biasanya ada seragam dari sana, Rel." Penjelasan Nia membuat Karel manggut-manggut.
Masih pagi sekitar jam 7, Nia sudah muncul di rumah Laksaka. Nia sedang melebarkan baju koko warna ungu tua lalu memasangkannya di luar tubuh Ghani yang pasrah dijadikan percobaan kegemasan wanita itu. Bahkan anak kecil itu belum mandi di hari Sabtu yang memang biasanya bikin malas-malasan. Nia menyadari, bukan tanpa sebab Ghani belum mandi pagi. Bukan tidak diurus oleh Bu Karmi, karena anak itu sudah bisa mandi sendiri. Tapi, ketularan kakak-kakaknya tentu saja yang hari Sabtu malas jika menjalankan pola yang terlalu rajin. Bu Karmi setelah datang dan menyambut Nia, tadi langsung buru-buru ke pasar karena belanja untuk masak makanan permintaan Nia.
Anak kecil itu menatap Nia tanpa banyak protes lalu berbinar ketika melihat baju lain yang warnanya hijau. "Aku suka baju ini!! Bagus, kayak daun!" seru Ghani keras.
"Warnanya cerah banget yang ini," sahut Nia.
"Ma, kenapa Ghani harus ke TPA?" tanya Ghani si bocah cilik sambil duduk di depan Nia.
"Biar kamu bisa baca doa kalo ketemu setan, Dek," celetuk Karel yang lagi rebahan di sofa ruang tamu.
"Maass, aaaah!!" seru Ghani heboh. Lalu mata bulat jernihnya mengarah pada Nia. "Mama dan Papa bilang kalo setan itu nggak ada. Aku nggak akan bisa ngeliat setan. Kok setan bisa muncul dan ketemu aku?"
"Mas Karel jangan nakutin Ghani!!!" seru Nia melotot padanya lalu si anak sulung itu tertawa tanpa rasa bersalah. "Ghani belajar dulu dari di TPA. Gimana setelah masuk TPA, seru, ‘kan?"
"Asal aku nggak dibawa pergi jauh sama Uti." Tatapan anak itu bagai ketakutan dan sedih. "Mama tau nggak, gimana aku pergi ngaji selama ini. Huuh. Mama sibuk nggak pernah ada di rumah."
"Enggak akan dibawa pergi selama ada kakak, Papa, dan Bu Karmi di sini. Ghani pergi ke TPA setiap hari Senin sampai Jumat jam setengah empat sore kan, dianterin sama Bu Karmi. Mama tau kok, hehehe. Tempatnya deket taman yang kita sering liat ibu-ibu senam, deket banget kan?"
Ghani menganggukkan kepala. "Tapi kenapa bukan Mama yang ngajarin aku? Mama juga ke mana aja, baru pulang ke rumah!" Bibir anak kecil itu menggerucut kesal. Untungnya anak kecil itu tidak melampiaskan amarah dengan gebukan atau tonjokan seperti anaknya Aisla.
Nia jadi merenung. Bagaimana mengatakannya bahwa dia sangat kurang ilmunya untuk mengajarkan orang lain tidak bisa. Masih ragu, kalau mengajarkan hal yang salah bagaimana? Belum lagi, dirinya kan sudah resmi bercerai dengan Garsa sejak beberapa hari lalu. Setelah satu bulan menjalani persidangan lanjutan setelah mediasi keduanya menolak untuk rujuk. Selama proses perceraian Nia sudah pulang ke rumahnya tetapi belum berpamitan jelas pada anak kecil itu. Selalu bilangnya ingin menginap di rumah nenek.
"Hah, Ghani kamu takut dibawa sama Uti Dewi? Memangnya dia serem?" Dista muncul dan duduk di sebelah Karel. Sepertinya cewek itu sempat denger ocehan protesan Ghani yang membahas Nia baru pulang ke rumah itu.
"Jangan takut, ada kita yang akan menahan kamu." Anak perempuan itu bicara lagi lalu tertawa menyebalkan dengan suara cemprengnya saat melihat sekilas kartun di TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Compromise
General FictionRated 18+ Nia harus menepati janji pada keluarganya, kan kasihan adik laki-lakinya tidak bisa menikah jika dia masih berutang janji. Janji untuk segera menyusul Elyn, adiknya, yang sudah menikah beberapa tahun lalu meloncatinya. Nia putus sama Dipta...