Setelah penolakan besar-besaran dari Nia dan Garsa. Bu Dewi memutuskan untuk kembali ke kotanya sekitar jam 12 siang. Tak ada keramahan di sisa waktu kunjungannya. Wanita itu mendiami mereka sibuk sendiri dan tak menghabiskan waktu dengan para cucunya. Menurut cerita Garsa, wanita itu pindah ke rumah orangtuanya setelah Amanda meninggal. Padahal semenjak menikah dan melahirkan Amanda hidupnya di Jakarta.
Sebelum pergi Bu Dewi berbicara sama Garsa, Nia mendengar mereka membahas tentang mobil. Mobil Amanda yang menjadi peninggalan di rumah itu dan digunakan oleh Nia. Oh, urusan duit ternyata. Nia berharap wanita yang muncul tiba-tiba itu, pasti hanya akan cari gara-gara sesekali. Selanjutnya pasti akan kembali melupakan keluarga Garsa lagi.
Usai wanita itu pergi pulang bersama supir pribadinya, Nia menyibukkan diri menjauh dari orang-orang. Di tengah aktivitasnya, Garsa menemui Nia yang sedang membereskan pot di halaman samping, pura-pura menutupi pikirannya yang kacau.
Pria itu duduk dengan posisi kedua lututnya tetap berdiri, di lantai pinggiran halaman samping.
"Ni, mobil itu diminta kembali sama Bu Dewi karena waktu itu Amanda yang mengeluarkan uang buat beli sebesar 60% harga belinya. Waktu Amanda meninggal, aku menahan mobil itu dijual sama Bu Dewi karena itu punya Amanda. Aku mikir-mikir dulu saat memperlakukan peninggalan Amanda. Tadi aku udah bilang akan bayar mencicil ke dia agar tetap bisa menjadi milik di sini. Milik kita."
Milik kita?
Nia mendesah panjang. "Aku juga akan bantu, mobil itu aku yang pake selama ini. Rusaknya gara-gara aku."
"Makasih, Ni." Jawaban Garsa yang itu membuat Nia lega, menandakan pria itu mulai mau berbagi kesusahan bersama.
Masalahnya kan ogah kalau sudah pisah bakal diungkit atau jadi masalah besar soal gosip yang memang benar kalau Nia yang cuma bisanya ngerusakin mobil tanpa ganti rugi biaya servisnya.
Kalau Garsa selalu baik dan menanggung masalah sendiri, Nia menjadi takut kalau lagi-lagi pria itu sedang berakting menempatkan dirinya pada posisi nyaman agar tak sempat memikirkan hal-hal lain. Lagian, itu bagai utang sewa selama beberapa lama menggunakan mobil punya orang lain. Biar urusan yang berhubungan dengan keuangan juga selesai.
Nia menjadi menahan menggelengkan kepala, apakah sebenarnya kedatangan asli Bu Dewi memang benar hanya untuk menelisik harta peninggalan Amanda di rumah itu? Dari gelagat Garsa sepertinya iya. Hanya saja pria itu tidak mau menjelekkan sang mertua. Jelas-jelas meminta uang pengeluaran Amanda untuk mobil itu dikembalikan. Nia merasa lega, kedatangan Bu Dewi sebenarnya bukan untuk Ghani, melainkan ingin menyenggol soal barang peninggalan milik Amanda.
"Ghani udah nggak apa-apa ya?" tanya Nia sambil menyapu sampah di bawah pot-pot yang terselip.
"Udah nonton kartun lucu sama Karel dan ketawa-ketawa sama yang lain juga."
"Nggak usah kepikiran dosa atau bersalah kamu habis melawan Bu Dewi. Kamu terpaksa melawan demi keamanan Ghani. Jadi, rasa sayangmu ke Ghani harusnya bisa mengalahkan rasa bersalah itu."
Garsa membuang napas dan mendecak. "Ni, melihat Bu Dewi lagi aku jadi teringat Amanda lagi."
"Oh ya?"
"Dulu saat masih SMA, aku kagum sama Amanda yang pintar, rajin, dan semangat. Dia punya mimpi. Kamu tahu kenapa aku harus menikahi dia tepat setelah wisuda kuliah?"
Nia berhenti menyapu sampah dan mendongak melihat pada Garsa. "Harus ya? Kamu terpaksa? Jelas alasannya ya karena kamu cinta mati sama dia dong?"
Wanita itu memperhitungkan kelahiran Karel itu tepat 10 bulan setelah pernikahan, jadi Garsa dan Amanda tak mengalami insiden perkawinan kecelakaan. Amanda hamil tepat setelah pernikahan mereka. Nia siap mendengar cerita lebih jelas tentang masa lalu suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Compromise
General FictionRated 18+ Nia harus menepati janji pada keluarganya, kan kasihan adik laki-lakinya tidak bisa menikah jika dia masih berutang janji. Janji untuk segera menyusul Elyn, adiknya, yang sudah menikah beberapa tahun lalu meloncatinya. Nia putus sama Dipta...