7. Hari pertama

19.7K 1.5K 47
                                    

⚠️ warning mengandung konten 🔞  ⚠️


💍💍💍

Jika ditanya apa perbedaannya saat belum dengan sesudah menikah ialah, kini Nia tidur berbagi kasur dengan seseorang. Kasurnya menjadi sempit. Sebelum tidur dia berpikir tidak bisa lagi tidur semaunya guling ke sana-kemari atau tidur melintang di tengah-tengah kasur. Biasanya dia bisa tidur dengan muter-muter tergantung di mana titik dingin kasur yang enak dan bikin nyaman terlelap. Kalau hanya berada di satu tempat hawanya menjadi hangat dan tidak enak. Membosankan.

Meski selama mulai tidur tanpa disadari Nia sudah berguling semakin menempel pada Garsa untuk mencari posisi kasur yang enak dinginnya membuat makin tidur nyenyak.

Di tengah tidur Nia merasakan ada yang mengelus pipinya, dia refleks membuka mata. Wanita itu merasa posisinya aneh. Mengapa kepalanya berada di dekat paha Garsa. Mengerjapkan mata bulatnya mendapati Garsa tiduran dengan posisi normal sedangkan dia sudah berposisi melintang di tengah kasur dengan kepala sudah berada di dekat paha Garsa.

"Ni, kamu tidurnya kayak jarum kompas ya, muter-muter. Aku mau ngasih bantal di kepalamu, takut kamu kebangun." Garsa terkekeh tanpa terlihat pria itu terganggu atau masih ngantuk berat padahal beberapa hari terakhir ini agenda mereka sangat membuat kecapekan.

"Eh, maaf-maaf, Mas," ucap Nia sambil membangunkan tubuhnya sembari menahan malu. Wanita itu kembali pada posisi yang seharusnya. "Aku ganggu tidurmu ya, masih jam 3 pagi. Astaga!" pekik Nia tertawa lemah.

"Tidur lagi," kata Garsa sambil memeluk Nia.

Acara pernikahan kemarin selesai pada pukul 7 malam, baru tiba di rumah pukul 11 malam. Mereka menyelenggarakannya di gedung serbaguna, itu atas permintaan Garsa dan Nia setuju juga.

Tadi malam Nia pulangnya ke rumah Garsa, karena di rumahnya masih padat barang-barang bekas pengajian dan menjadi tempat perkumpulan pada sanak saudara dari Mama dan Alm. Papa. Kamarnya dipakai menginap para saudara dari Mama. Semenjak merencanakan mau menikah, sudah diatur selanjutnya Nia akan mulai tinggal di rumah Garsa, jadi di hari Kamis malam, sebelum Nia dipingit, dia sudah menitipkan baju-bajunya ke rumah Garsa.

Sedangkan para saudara Garsa berkumpulnya di rumah Tante Yuyu. Di rumah Garsa tidak ada acara apa-apa, sebab semuanya seperti pengajian dan kelompok besanan diambil dari tetangga Tante Yuyu. Garsa baru tinggal di lingkungan itu sekitar 3 tahunan dan tidak kenal banyak dengan tetangga. Tetangga sekitar yang didata dalam undangan hanya yang masih satu deretan, berupa Keluarga Pak RT dan tetangga kanan-kiri yang sering Garsa temui di jalanan. Kata Garsa blok belakang rumah belum tentu mengenal dirinya.

Di pagi hari ini, Nia baru selesai mandi dan rapi pukul 9. Nanti jam 10 dia ingin pulang ke rumah. Bukan. Bukan karena Nia trauma menikah dan berhadapan sama keluarga itu, melainkan karena mau membongkar kotak amplop dan mencatatnya dalam buku hutang tamu. Tapi perkiraannya, tidak akan terlalu banyak hutang tamu kenalannya yang datang, mengingat teman-temannya sudah pada menikah. Nia sudah pernah datang ke acara mereka. Nia sudah memperkirakan ya tidak terlalu banyak tamu-tamu yang harus dia kembalikan suatu saat nanti, misalnya para karyawan junior di kantornya yang belum menikah dan salah satunya adalah ... Dipta.

"Sayang, kamu jadi ke rumah Mama?" Garsa yang sudah duduk di meja makan sedang ngopi dan ngunyah kue bolu segera bicara melihat kemunculan Nia di ruang makan.

Nia menarik kursi untuk duduk. "Iya, Mas, aku mau ke rumah buat catat isi amplop." Nia mengedarkan pandangan di hadapannya ada makhluk-makhluk yang tak akan asing lagi sebab mereka akan berjumpa dengannya lebih sering dari sebelumnya. "Pagi kalian." Wanita itu memberikan senyuman hangatnya. Kecuali Karel, sisanya tampaknya tak peduli. Karel membalas tersenyum pada Nia.

CompromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang