clear

5.1K 614 40
                                    

Dalam kehidupan keluarga, yang namanya pertengkaran kecil adalah hal yang biasa. Saking biasanya, Junkyu tidak lagi heran. Tidak lagi perlu repot-repot menghabiskan tenaganya untuk mengoceh memarahi, karena dia juga mana sanggup marah dihadapan kedua bocah yang kelewat menggemaskan.

Sekali lagi, istilah action speak louder than words itu benar, dalam berbagai konteks apapun.













Seperti hari ini, seperti biasa Junkyu meninggalkan kedua anaknya di ruang tamu sementara ia berusaha menyiapkan makan malam. Haruto belum pulang, dan ia memasak sambil mencuri dengar suara anaknya di ruang tamu.

Jika mendengar jeritan, "Aaaaaaa.." milik Junghwan, Junkyu masih akan fokus memasak, tak ada yang perlu di khawatirkan.

Jika mendengar jeritan, "Andee, anii.." milik Doyoung, setidaknya Junkyu harus sedikit waspada.

Dan jika keduanya berteriak bersamaan, pilihannya adalah lihat sekarang atau nanti menunggu tangis keduanya terdengar. Akhirnya Junkyu meninggalkan dapur dan pergi menengok ke ruang tamu.

"Andee, ani.. naa hungii..."

"Ajajajaaaa... naaaaa"

Junkyu hanya bertolak pinggang, melihat keduanya sedang memperebutkan mainan mobil berwarna merah. Keduanya sudah dibelikan masing-masing, tapi tetap saja yang diperebutkan yang berwarna merah.

Secara tenaga Doyoung lebih kuat, sehingga dia terduduk memeluk mobil mainannya. Sementara Junghwan yang tidak mau menyerah, berdiri menghampirinya lalu menarik pipi sang kakak.

"Andee.. ande.." sementara Doyoung menggeleng keras, hanya menggeleng tapi Junghwan jatuh terduduk di karpet karena keseimbangannya oleng.

Junkyu menghela nafas berat, setelahnya Junghwan akan memasang wajah sedih dihadapan Junkyu lalu menunjuk mainan mobil di tangan Doyoung. Meminta sang bunda untuk bantu merebutkan mainan yang ada di tangan Doyoung, yang tengah di dekapnya erat-erat.

Ketika Junkyu hanya berdiri diam, tak menggubris keduanya, Junghwan mana mau menyerah? Dia akan kembali berdiri lagi menghampiri Doyoung dan menarik pipi sang kakak lebih kuat lagi, kalau sudah begini Doyoung akan marah dan parahnya mungkin sampai pada tahap akan mendorong adiknya.

Secara logis, Doyoung tidak salah.. itu mainan miliknya, dan ia tidak mau berbagi. Dia yang lebih tua disini dan Junghwan lebih muda. Bagi beberapa orangtua, cara terbaik untuk menengahinya pasti dengan membujuk sang kakak untuk mengalah pada adiknya. Tidak peduli siapa yang salah siapa yang benar, kakak harus belajar mengalah. Meskipun begitu, Junkyu tidak akan menyalahkan siapapun, tidak juga membenarkan siapapun.

Sebelum anaknya bertengkar lebih jauh lagi, cara terbaik yang akan Junkyu lakukan adalah mengambil alih pusat permasalahan. Sementara kedua anaknya sibuk saling menarik pipi masing-masing, Junkyu akan mengambil mobil mainan milik Doyoung.

"naaaaaa..."

"ndaaaaaa yongii..."

Keduanya protes, meminta untuk sang bunda memberikan mainan kepada salah satu dari mereka.

Tapi Junkyu akan melempar mainannya, hingga rusak. Bagi Junkyu, siapapun dan apapun yang menjadi sumber ketidakberlangsungan keharmonisan keluarganya harus dienyahkan. Jika kedua anaknya tidak mau berbagi, maka konsekuensinya tidak ada yang akan dibagi.

Dan kalau sudah begini, keduanya hanya akan saling berpandangan sedih dan Junghwan akan menangis lebih dulu. Meskipun begitu, kakaknya akan mengusap punggung adik kecilnya.








....






Ketika baru membuka pintu apartemen, Haruto bisa mendengar suara brakk dari arah ruang tamu. Haruto hanya akan tertawa kecil, sambil menggeleng.. sementara ia dengan santai melepas sepatunya.

Haruto mati-matian menahan tawanya, melihat kedua anaknya memasang wajah sedih, dan Junkyu memasang wajah marah yang sama sekali tidak menyeramkan menurutnya. Hingga sesuatu menusuk indra penciumannya.

"Sayang, bau apa?"

"Oh, iya aku lagi masak!!"

Junkyu melebarkan matanya kaget, menepuk keningnya pelan lalu bergegas berlari ke dapur. Sementara kedua anaknya berlari menghampirinya.

"Yahh.. bil yongii.."

"Yaahh hiks.."

Haruto hanya tertawa kecil lalu menarik keduanya ke dalam pangkuan. Membersihkan sisa air mata di pipi si bungsu dengan lengan kemeja.

"YAHH BILL YONGII SAKK!!" Si kakak berucap lebih keras, karena ucapan yang sebelumnya sama sekali tidak digubris sang ayah.

"Iya-iya nanti beli lagi." Ucapnya, matanya memperhatikan kedua pipi anaknya yang memerah akibat pertengkaran kecilnya. Lalu mengusapnya lembut.

"dua.." ucap Doyoung kemudian menunjukan kelima jarinya. Haruto tertawa kecil sebelum mencium pipi keduanya bergantian.

"Iya, nanti ayah beliin 10."

Soal mainan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika dihancurkan oleh sang bunda, cukup minta dibelikan lagi oleh ayah. Dan masalah selesai.













To be continued



Family Time!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang