mati listrik

5.5K 635 96
                                    




Idenya punya jejeexrutoo , aku cuma bantu nulisin sama ngembangin alur. Satuu duluu, satu lagi nyusull yaa, mian kelamaan, aku mau pusing dulu..

Enjoy guys!!






....






Waktu itu sore hari, hujan turun deras sejak pagi. Tidak ada masalah dengan hujan, di dalam rumah tetap akan terasa hangat. Hari ini Haruto tentu saja bermalas-malasan, tidak pergi bekerja. Saat itu Haruto baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Tiba-tiba seisi rumah menjadi gelap. Sore hari ditambah hujan tak berkesudahan membuat langit di luar sana sangat gelap, tak sedikitpun memberikan secercah cahaya untuknya melangkah mengambil pakaian.

"HARUU!! HARUTOO!!"

"Yaahhh!! ayaahh!!

Suara istri dan anaknya berteriak terdengar sampai kamar, Haruto hanya bergumam membalasnya. Tangannya meraba-raba meja, mencari ponsel. Begitu ponsel di dapatkannya, Haruto langsung beranjak menuju lemari, baru juga selesai memakai celana boxer, suara pekikan keras kembali terdengar, kali ini diiringi suara tangis bersahut-sahutan.


"Iyaa-iyaaa, sebentar.." jawabnya setengah berteriak, mengabaikan rasa dingin yang ada dia langsung bergegas keluar.



Haruto mengarahkan lampu di ponselnya untuk menuntun jalannya. Di ruang tamu dia mendapati kedua anaknya tengah meringkuk di pangkuan Junkyu. Keduanya.. tidak, tapi ketiganya menangis.

"Ayahh.. ayahh.. huhuhu.."

"yaa..yaa..huu.."

"Kenapa, hm." Haruto duduk, kedua anaknya sudah menjulurkan tangan sedari tadi, membuat Haruto menarik keduanya ke dalam pangkuan.

"Udah terang, ngga papa." Haruto menunjuk ponselnya yang mengeluarkan cahaya. Tangan besarnya memeluk kedua anaknya, bibirnya mengecup ringan helaian rambut keduanya bergantian, sekarang mereka menjadi lebih tenang.

"dah.. rang.. yah.."

"hmm.."

"..di.. lap.. yongi.. atutt.. yaah.." ucap si sulung, sudah mulai bertenaga untuk mengoceh.

"..ap.. yaaa... app.." timpal si bungsu, mengikuti ucapan sang kakak.

"Sekarang gak pa-"




Duar!!





Suara petir terdengar sangat lantang memecah kesunyian.





"Uhhh Haruu!!"





Sebelah lengannya dicengkram erat. Haruto hampir lupa masih memiliki bayi yang lain. Haruto melepaskan cengkraman Junkyu di lengannya, berganti merangkul dengan sebelah tangannya. Tangannya mengusap lembut wajah Junkyu, yang masih sedikit basah karena sembap.



Duarr!!




Kali ini Junkyu refleks melingkarkan tangannya di pinggang Haruto, semakin merapatkan tubuhnya.

Haruto mencoba menenangkan Junkyu yang gemetar. Lengan kanannya memeluk kedua anaknya yang masih berada dipangkuannya, sambil mengusap kedua dadanya bergantian. Sementara langan kirinya digunakan untuk merangkul erat istrinya, sambil mengusap kepalanya lembut.

"Ngga papa hey.. ada aku.." ucap Haruto, merasakan tangan Junkyu yang semakin memeluknya pinggangnya erat.

Kali ini Doyoung memberanikan diri beranjak dari pangkuan Haruto, berjalan ke arah Junkyu, mendudukan diri disana sambil memeluk pinggang Junkyu.



"..nda papa ndaa.. da yongi.."






...






Hujan deras sejak kemarin menyebabkan pemadaman listrik. Kata petugas apartemen, tunggu sebentar lagi dan listrik akan kembali menyala. Namun sudah 4 jam berlalu, masih belum ada tanda-tanda listrik akan menyala. Sisa cahaya penerangan mereka berganti dengan ponsel Junkyu, karena batre milik Haruto sudah habis. Tidak ada lilin, dan Junkyu tak membiarkan Haruto sedetik pun melangkah menjauh darinya.

Kedua anaknya sudah mengantuk, sambil bernyanyi kecil Junkyu menepuk pelan pantat Doyoung yang berada di pangkuannya.

"twinkle twinkle little star~
how i wonder what you are
up above the world so high
like a diamond in the sky~"

Haruto melirik Junghwan dalam pangkuannya, yang sudah sepenuhnya terlelap dengan kepala bersandar di dadanya.

"pindah ke kamar yuk." Haruto menarik pelan pipi istrinya sembari menunjuk Junghwan dengan matanya.

"Okai.." jawab Junkyu. Haruto beranjak lebih dulu, baru melangkah maju mengambil ponsel di meja..

"Haru tungguinn.."

Jaraknya saja kurang dari satu meter, tapi Junkyu menjerit lebih dulu.

"Iyaaa~" Haruto mengulurkan tangannya, meraih jemari Junkyu.

Dengan sebelah tangan menggendong si sulung, Junkyu berucap, "kakak berat banget sii.."

"Anii ndaa, anii.." balasnya menggeleng semakin melingkarkan tangan kecilnya dengan erat di leher Junkyu. Haruto tertawa kecil melihatnya, berjalan perlahan bergandengan tangan dengan cahaya flash dari ponsel.












Haruto beranjak duduk dari kasur, setelah kedua anaknya tertidur. Tapi Junkyu ikut bangun menahan tangannya.

"Sayang kamu seneng banget kan liat aku ga pake baju.. sebentar aku mau ngambil kaos di lemari." Jawab Haruto membuat Junkyu merengut. Kepedean bener, keliatan juga engga.. kan gelap.

"Apasiih.. kan takutt.."

"Ke lemari doang sayang sebentar.." Haruto berjalan ke arah lemari, mengambil sepotong kaos, setelah memakainya lalu kembali ke kasur.




Iyaa, daritadi dia bertelanjang dada. Salahkan saja Junkyu yang tidak membiarkannya pergi barang sedetik.






To be continued




Astaga bikin cerita kek gini dusta bgt gaasii.. harusnya kan ruto yang nangis :v


Btw makasii yaa atas feedbacknya dalam bentuk apapun, vote komen atau ngasi ide cerita supaya cerita ini ga berentii wkwkw

Ada beberapa lagi sebenernya yg req cerita, kadang aku lupa.. jd kalo kalian req ga aku tulis2, ya teror sajaa..

Masi byk utang cerita ya.. tapi utang kerjaan jg byk bgt, jd maap kalo updetnya ga jelas :"

Sekian, bye selamat malam selamat tidur

Family Time!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang