awal

16.4K 1.5K 461
                                    

Dulu ketika semasa sekolah, Junkyu memang sangat ingin menjajali lika-liku dunia kerja. Tapi begitu lulus kuliah, kekasihnya langsung mengajaknya menikah. Katanya soal pekerjaan yang Junkyu ingin kerjakan bisa dilakukan meskipun ia sudah menikah.

Saat itu ia cukup tersanjung dengan kesungguhan Haruto kekasihnya. Ditambah Haruto benar-benar bekerja keras mencari uang sendiri untuk biaya pernikahan mereka serta membeli apartemen sederhana sesuai permintaan Junkyu. Bukannya Junkyu terlalu materialistis, Junkyu hanya tidak mau Haruto menikahinya dengan bergantung uang orangtuanya.

Tapi pada kenyataanya, bagaimana ia bisa mencoba bekerja jika satu makhluk menggemaskan sudah di tangannya, belum lagi satu di perutnya.

Junkyu duduk di sofa sambil memperhatikan Doyoung yang sedang bermain dengan mainannya di karpet. Doyoung di usia 8 bulan sudah sangat aktif, dia mulai merangkak sana-sini, belum lagi ketertarikannya dengan hal-hal yang baru dilihatnya. Apa saja ingin dia masukan ke dalam mulut membuat Junkyu benar-benar harus ekstra menjaganya.

Junkyu baru bisa membersihkan rumah dan mencuci begitu doyoung tertidur. Dan sekarang anaknya sudah bangun, ia bahkan belum sempat memasak makan malam, juga tidak ada tenaga untuk itu.

Akhirnya ia memutuskan untuk menelpon suaminya.

"Haruto"

"Kenapa sayang?"

"Aku belum masak makan malam, Doyoung sudah bangun dari tidurnya." Si anak yang sedang bermain menoleh begitu mendengar namanya di panggil, lalu merangkak mendekati Junkyu.

"Yasudah aku belikan, kamu mau makan apa?"

"Aku mau sushi, humburger dan kentang goreng."

"Restoran jepang tidak menjual junk food sayang.."

"pa-pa-pa-pa.." ucap Doyoung ribut mendengar suara Haruto dari telepon. Junkyu segera mengangkat anaknya kedalam pangkuannya.

"Tapi aku mau semuanyaa.." kesal Junkyu.

"dan eskrim shooting star, dan corndog"

"Keempatnya tidak di jual di toko yang sama sayang.."

"Tapi akuu mauuu semuaanyaa..." rengek Junkyu.

"maa-naaa..." ucap Doyoung mengikuti Junkyu.

"sayang.." ucap Haruto kemudian terdengar menghembuskan nafas beratnya.

"YA SUDAH KALAU TIDAK MAU MEMBELIKAN." Ucap Junkyu final langsung memutus sambungan teleponnya.

"ma-ma-ma.. pa-pa.."

"Hari ini kita musuhan sama ayah oke.."

"pa-pa-pa" jawab doyoung sambil menjerit senang, masih belum mengerti apa yang di maksudkan Junkyu.

.

.

.

"Aku kenyang." Ucap Junkyu menunduk sambil memainkan sumpitnya.

"Iya, aku tahu.." ucap Haruto yang melihat Junkyu dari tadi sibuk memainkan makanannya.

"Yasudah jangan di paksa." Haruto beranjak berdiri, mengusak rambut Junkyu pelan kemudian membereskan sisa-sisa makanan mereka yang bahkan masih setengahnya. Haruto membelikan semua makanan yang Junkyu minta meskipun pada akhirnya tak sanggup di makan semuanya.

Junkyu juga beranjak menghampiri doyoung yang mereka tinggal bermain di ruang tengah. Terlihat kok dari ruang makan, makanya dibiarkan saja dia bermain sendiri selagi tidak rewel.

"mamama.."

"Ini bukan makanan sayang..." Junkyu mengeluarkan lego di mulut doyoung, lalu menangkup wajah anaknya, memperhatikan rongga mulutnya.

"Kenapa?" Tanya Haruto melihat Junkyu begitu serius memperhatikan isi mulut doyoung, khawatir anaknya menelan sesuatu.

"Haruto lihat, dia sudah tumbuh gigi." Junkyu mengangkat anaknya, kemudian menyerahkannya pada Haruto.

Haruto kemudian duduk di sofa memangku anaknya.

"Coba ayah lihat, aaa.."

"Aaaa..." Doyoung mengikuti seperti yang Haruto lakukan.

"Wahh.. sudah tumbuh 4."

"bababa bubububu" celoteh doyoung ribut, entah apa yang dibicarakannya.

"Anak ayah sudah banyak bicara ya.."

Junkyu hanya tersenyum kemudian ikut duduk di sebelah Haruto, menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.

"Tadi dia mencoba berdiri, tapi baru sebentar sudah jatuh.." cerita Junkyu.

"Oh ya.."

"papapapapa..babababa..." doyoung menjerit senang membuat Haruto dan Junkyu hanya tertawa melihatnya.

"Bicara apaa sihh.." kesal Junkyu mencubit pipi gembil Doyoung.

"Bilang ayahnya tampan.." jawab Haruto yang di balas cubitan keras di pipinya.

"Sakit ih sayang.."

"Kepedean abisnya"

"Kapan jadwal periksa kandungan lagi?" Tanya Haruto dengan tangan sibuk memainkan pipi gembul anaknya.

"Minggu depan, kamu bisa mengantarku kann.."

"Iyaa sayang."

"Aku sangat lelah seharian ini.." keluh Junkyu.

"Makanya sewa pembantu saja, hanya untuk membantumu bersih-bersih supaya tidak kelelahan."

"Tidakk mauu.." ucap Junkyu masih kekeh dengan pendiriannya. Matanya kemudian sibuk menatap televisi, sama sekali tidak mau melihat ke arah suaminya.

"Kenapa sih memangnya?"

"Kamu yang kenapa.. Kalau tidak mau membantuku ya sudah, aku bisa mengerjakannya sendiri.." kesal Junkyu, Haruto hanya bisa memejamkan matanya, kemudian menghembuskan nafasnya pelan kalau Junkyu sudah masuk mode seperti ini.

Bohong, alasan Junkyu sebenarnya tentu saja karena dia termakan cerita drama yang ada di televisi. Dimana sang suami berakhir selingkuh dengan pembantu. Junkyu tidak mau sampai terjadi hal seperti itu, makanya ia menolak ada orang lain di rumahnya.

"Bukan seperti itu.." ucap Haruto yang sama sekali tidak di gubris oleh Junkyu.

"Junkyu.." ucapnya sambil mencolek-colek dagu istrinya yang masih cemberut menatap televisi. Begini yang terjadi kalau Haruto membahas soal pembantu.

"Iya-iya, tidak sewa pembantu asal kamu tidak memaksakan diri sampai kelelahan." Junkyu pada akhirnya menoleh, tersenyum menatap suaminya. Dia tahu kok suaminya bermaksud baik dengan ingin menyewa pembantu.

Haruto mengusap pipi Junkyu lembut sebelum menarik tengkuknya mendekat, sementara sebelah tangannya yang lain menutup mata anaknya. Mencium bibir istrinya lembut, menyesapnya perlahan dan dalam.



"papapapa mamamama"




Mereka melepaskan tautan bibir mereka lalu tertawa bersama. Kemudian berlanjut mendengarkan celotehan si kecil doyoung.










To be continued





Masih bayi dulu yaa anak-anaknyaa, gedenya masih lama.. 15 tahun lagi 🙉

Family Time!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang