resep

1.7K 164 19
                                    

Kalau ditanya gimana cara buat anak yang super lucu, cakep, dan gemesin, Junkyu juga bingung. Hidung mungil yang mancung mah jelas karena Ayah Bundanya mancung-mancung, terlebih Haruto. Kalau pipi gembul macem mochi itu mungkin turunan dari Junkyu. Tapi kalau bulu mata yang lentik, Junkyu akan percaya diri bilang itu turunan dari Haruto. Karena menurut dia, mata suaminya yang keturunan Jepang itu jauh lebih cantik dari miliknya. Memang pada dasarnya terlahir dari bibit unggul.

Tapi kalau Haruto yang ditanya, dia bakal jawab, "pake tepung beras ketan merk mawar, gula, sama susunya yang banyak biar lembut, tapi ini mah selera sih." Yang berakhir bahunya dipukul sama Junkyu. Dikira anaknya mochi apa.

"Haha, kalo gitu mah gampang dong ya."

"Iya kan emang gampang bikinnya, nanti kita juga mau nambah lagi jadi kesebelasan," lanjut Haruto.

Junkyu cuma bisa geleng-geleng aja lah denger omongan Haruto.






...






Tadi pas pergi ke supermarket, Haruto mampir ngambil tepung beras ketan. Katanya sih dia mau bikin mochi. Oh, Junkyu pikir cuma guyon. Tapi pas sampai rumah dia beneran main ke dapur. Junkyu berdiri menyandarkan tangannya di meja, matanya mengawasi suaminya sesekali juga melongok ke anak-anaknya di ruang tamu sana.

"Bener itu takarannya segitu?" tanya Junkyu yang sekarang berdiri di samping Haruto, bertanya dengan was-was.

"Kenapa sih kamu ga percaya banget sama aku." Haruto melirik singkat istrinya sambil menoel pipinya dengan jarinya yang penuh tepung.

"Mencurigakan soalnya," balas Junkyu. Karena terlalu asik mengawasi suaminya, dia tidak menyadari anak bungsunya merangkak ke dapur. Maniknya membola ketika Junghwan tinggal beberapa langkah.

"Eh astagaa, sayaangku." Junkyu buru-buru berjongkok, mengangkat anak bungsunya ke dalam gendongannya. Haruto menoleh sekilas sambil tersenyum bangga.

"HWAANIII!!" si kakak berlari masuk ke dapur, matanya jelas mencari-cari keberadaan adiknya. Tapi begitu menyadari adiknya dalam gendongan sang bunda, sementara di sebelah mereka sang ayah sibuk dengan adonan tepung, fokus si kakak jadi pecah, tak lagi pada sang adik.

"AYAAAAH!!" Dia menubrukan diri di kaki Haruto, berjinjit meskipun tetap tak sampai.

"macak apaa tu?"

"Kembaran kakak," balas Haruto, sebelah tangannya terulur menguyel pipi anak sulungnya. Oh!! Rasanya, sensasinya, teksturnya mirip sama tepung yang baru dia uleni.

"Heh, muka kakak jadi cemong!" Protes Junkyu.

"Gapapa, belum mandi ini."

"emong yaaah."

"Iyaa emong, sana mandi. Nanti abis mandi makan masakan ayah," kata Haruto, mengusir secara halus. Junkyu jadi melirik jam, beneran udah sore. Dari tadi dia asik sendiri nontonin Haruto.

"Ayo deh, mandi dulu," ajak Junkyu. Anak sulungnya tanpa protes pun mengekori langkahnya.

"Oh iya, APAR di lemari bawah ya Ayah," ujar Junkyu lagi sebelum benar-benar melangkah keluar dari dapur.





"Sumpah, siapa emang yang mau bakar rumah?!"






...






Haruto baru saja mencoba mochi prakaryanya dalam sekali suap, tapi guratan kebingungan yang nampak di wajahnya. Junkyu jadi ikut bergerak menjajalinya penasaran.

"Enak kok," kata Junkyu sejujur-jujurnya.

"Iya enak, tapi kenapa lebih kenyel yang ini ya." Tangan Haruto terulur menguyel sebelah pipi Junkyu, sampai sang empu mengaduh sakit. Junkyu menatap suaminya sengit, tapi laki-laki itu hanya tertawa gemas sambil tangannya berganti mengusap pipi Junkyu dengan lembut.

"Enak ga kak masakan ayah?" tanya Haruto, si kecil dengan mulut yang masih penuh ngangguk aja.

"Kunyahnya pelan-pelan ya kak," kata Junkyu yang diangguki si kakak.

Ngomong-ngomong, Junghwan ga ikut makan mochi ya. Meskipun sudah bisa mengunyah, pun dibuat dengan bentuk yang kecil-kecil, Haruto sama Junkyu ga mau ambil resiko kalau sampai anaknya tersedak makanan yang lengket itu. Dia sekarang makan buah, yang tadi dipotong kecil-kecil oleh Haruto.

"Tapi kok asin ya," kata Junkyu ragu-ragu, takut lidahnya yang salah. Soalnya tadi mochi yang dia makan pertama rasanya seperti mochi pada umumnya, tapi sekarang kok jadi asin.

"acin!" ujar si kakak dengan mata menyipit. Haruto coba menjajali mochi di tangan kakak yang masih tersisa setengah.

"Iya sih, asin." Haruto mengangguk setuju.

"Lagian kenapa deh dipakein garem."

"Ngide aja biar gurih."

"Aneh banget mochi kok gurih."

"Iya maap. Yaudah lah, emang aku jagonya bikin mochi hidup doang."

Junkyu cuma menggeleng, lalu kembali menyuap mochi buatan suaminya itu. Asin emang, tapi rasanya gak seburuk itu kok, patut diapresiasi. Pandangan Junkyu maupun Haruto tidak lepas dari kedua putranya, bergantian. Tiba-tiba si kakak mengambil mochi di piringnya, lalu mengarahkan ke telinganya.




"Mulutnya dimana coba?" tanya Haruto.




"..mochi-mochi hehe.."





Kkeut




Jujur ini pas udah tanggung jalan nulis baru engeh, emangnya anak kecil boleh makan mochi apa. Jawabannya gak boleh guyz, ini nanggung aja :(

Di cerita ini kan kakak umurnya masih sekitar 3 taun ya, tapi tetep aja keknya ga boleh sih. Jadi ceritanya gak boleh ditiru. Jujur w takut aja sih, kalo-kalo ada yang baca trus ngasih makan anaknya mochi😭🙏. Tapi aku tau yg baca cerita ini pinter-pinter, dan masih pada kecil segini🤏🏻

Oh ya btw, mochi mochi = alo alo

Family Time!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang