office

5.3K 586 84
                                    

Pagi-pagi sekali Haruto maupun Junkyu sudah repot berusan dengan kertas. Haruto sibuk dengan berkas kantornya, sementara Junkyu sibuk dengan berkas administrasi ke-pendudukannya.

"Haru kamu berangkat siang kan?" Tanya Junkyu tanpa menoleh.

"Hahh.. aku ada meeting pagi ini."

Sejenak Junkyu mengalihkan diri dari berkasnya, begitu juga Haruto. Mereka hanya saling diam beradu mata, lalu sama-sama beralih ke atas kasur, melirik kedua anaknya yang masih terlelap.

"Aku mau urus kartu keluarga, ini nama anak kamu salah."

"Harus hari ini banget, undur besok aja sih."

"Aku udah di email 2 kali, yang kemarin juga udah aku skip. Undur-undur aja terus sampe di deportasi."

"Jihoon-.."

"Jihoon pergi kan dari kemarin sekeluarga."

Haruto memijat keningnya untuk sesaat, sebelah matanya terbuka melirik jam di tangan. Tak lama ponselnya berbunyi, bersamaan dengan ponsel Junkyu yang juga berbunyi.

Haruto menghela nafas berat, menatap istrinya yang juga menatapnya dengan raut-raut cemas.





"..yaudah iya aku bawa ke kantor dua-duanya."











....








Mungkin saat ini Haruto sedang menjadi tontonan semua karyawan. Membawa satu bayi gembul di tangan, sementara satu gembul lagi menggandeng jari panjangnya. Keduanya masih setengah mengantuk. Doyoung mengikuti langkah besar ayahnya dengan tertatih, suara sepatunya menciptakan suara decakan yang menggema di penjuru ruangan. Dia mengerjapkan mata bulatnya, untuk pertama kali menginjakan kaki mungilnya di kantor sang ayah. Semua orang menatap kagum ke arah Haruto.

"Harutooo... -nim." Seorang wanita setengah berteriak, lalu kembali melembut, menyadari ini di luar ruangan dan reputasi atasannya dipertaruhkan di sini. Meskipun kenyataannya sebagian orang di kantor sudah terbiasa bersikap santai dengan Haruto. Dua orang wanita menghampirinya, satu sekretarisnya bersama rekannya.

"Sana-noona, rapatnya belum dimulai kan?" Tanyanya.

"Belum-belum 15 menit lagi, tidak ada waktu untukmu ke ruanganmu. Aku membawakan berkasmu.

"Aw.. terimakasih, aku titip malaikat kecilku yaa." Haruto mengedipkan sebelah matanya yang hanya dihadiahi guliran bola mata malas.

"Aiguu.. kiyowo.. siapa namanya?" Wanita yang berdiri di sebelah Sana berjongkok, melambaikan tangannya pada si kecil Doyoung.

"Ini Doyoungi, ini Junghwani." Balas Haruto menunjuk anaknya bergantian.

"Doyoungii annyeongg.." sapanya, membuat Doyoung bersembunyi dibalik kaki ayahnya.

"Doyoungi, main sama noona cantik duluu." Haruto mengusap kepala anaknya. Dia mendongak untuk menatap wajah Haruto yang tersenyum ke arahnya.

"Ayo sayang, beli es krim sama noona, Doyoungi mau apaa?" Bujuk wanita itu lagi, dengan satu anggukan yang diberikan ayahnya, dengan ragu dia melangkah berganti menggenggam jemari wanita itu.

Kali ini Sana yang mengulurkan tangannya ke arah Junghwan, dengan senyum yang terpatri di wajahnya.

"Junghwani ayoo.. sama noona.." Haruto mendekatkan anaknya, tapi Junghwan malah berbalik mencengkram leher Haruto erat-erat, tidak mau melihat kedua wanita dihadapannya.

"Aww.. Sana-noona menyeramkan, tidak seperti Mina-noona." Ucap Haruto, mengusap punggung Junghwani.

"Yakk aish!!" Mina disebelahnya hanya terkekeh geli, melihat temannya yang jengkel akibat ulah atasannya sendiri.

"Coba sini denganku, Junghwaniii..." Mina menjulurkan tangannya, namun Junghwan masih mencengkram leher Haruto, kali ini sambil menggeleng, menjerit seperti mau dibawa kabur penculik.

"Junghwani, itu sama kakak Doyoung, main sama noona cantikk.." Bujuk Haruto. Tapi anaknya kembali menjerit.

"Haruto, 5 menit lagi." Sana memperingatkan. Ini adalah rapat dewan direksi yang sangat penting, jika sampai dilewatkan mungkin ayahnya akan memotong gajinya.

Aturan yang paling tidak bisa dimaafkan dalam keluarganya adalah keterlambatan. Haruto mengusak rambutnya sebelum menghela nafas berat.

"Baiklah, aku bawa saja ke ruang rapat."

"Hah, kau gila ya?"

"Tidak apa-apa, kalau ayah melihat Junghwan aku jadi bisa beralasan. Noona berkasku." Dia mengambil berkas yang sedari tadi berada di tangan Sana. Dia melihat ke sekeliling, Doyoungi sudah menghilang entah dibawa kemana oleh Mina.

"Huh, baiklah. Semoga sukses!"







...









Haruto sampai di ruang rapat giri giri safe, tepat waktu, aman dan selamat. Dia masuk ke ruang rapat dengan nafas tersengal, dan tersenyum bodoh sembari membungkuk kepada setiap orang di dalam, fokus orang-orang saat ini yaitu pada bayi di gendongannya.

Ayahnya di sudut ruangan, menatapnya dengan alis terangkat.

"Haruto.."

"Ahh, sajangnim.. aku sudah mencoba menitipkan pada Sana dan Mina, tapi dia tidak mau dilepas haha.." Jelas Haruto diiringi tawa canggung. Junghwan dalam gendongannya terkekeh geli mendengar ayahnya kini berucap cepat dalam satu tarikan nafas.

Haruto berjalan ke mejanya, meletakan berkasnya di meja.

"babuuuba.." Junghwan menjulurkan tangannya pada kakeknya, tapi Haruto buru-buru membalikan tubuh kecilnya untuk duduk menghadapnya. 

Family Time!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang