7

928 67 7
                                    

Oiya, aku abis ganti nama Rafael menjadi Revandra Aldebaran. Gabi manggilnya Andra, kalo Laura manggilnya Al.

Satu lagi. Nama Irzan aku ubah jadi Arfan.

Semoga paham yaa...

Happy reading ✨

***

Gabi menelungkupkan kepalanya ke meja yang berserakan dengan buku-buku pelajaran. Dari tadi sore sampai malam ini, Revan tidak ada menghubunginya sama sekali, chat yang Gabi kirim tadi sore pun belum ada balasan hingga kini.

“Masa Andra marah gara-gara gue boncengan sama Ardi?” monolog Gabi sambil membuka roomchatnya dengan Revan.

Terakhir dilihatnya pun tadi sore, kira-kira kemana Revan?

Keadaan seperti ini membuat Gabi jadi overthingking.

***

Gabi mematikan mesin mobilnya, hari ini dirinya datang sedikit terlambat akibat kesiangan. Padahal sang Bunda sudah membangunkannya, tapi namanya juga Gabriella, sangat kebo jika sudah tidur.

Gabi keluar dari mobilnya, bertepatan dengan motor sport merah yang memasuki gerbang. Dia, Revan, berboncengan dengan seorang gadis yang sangat asing di mata Gabi.

Tatapan keduanya bertemu sebentar, tapi karena gadis itu—yang bersama Revan—memanggilnya, tatapan mereka terputus. Dan mereka berdua melangkah meninggalkan area parkir.

“Lebih milih sama yang berani go public, ternyata,” gumam Gabi tersenyum pedih.

Sepanjang koridor Revan terus saja mendengar bisikan-bisikan yang menyebut namanya. Revan tidak risih, tapi dia— pas sekali, yang Revan ingin sebut namanya, melewatinya begitu saja, dia—Gabi.

Ini pacarnya Revan?

Ini cewek yang Revan post fotonya di insta story kemarin?

Masa ceweknya sih? Beda banget sama yang di insta story

Pacaran udah berapa lama ya?

“Al, bisa anterin aku ke ruang TU kan?” tanya Laura—gadis tadi—sambil menggandeng lengan Revan. Nama Al sendiri, diambil dari nama belakangnya. Yaitu, Aldebaran.

“Bisa,” jawab Revan.

“Yaudah, yuk!” seru Laura tersenyum senang.

“Kok pada ngeliatin aku ya, Al? Aku tau kok aku cantik, tapi jangan diliatin terus,” ucap Laura merapatkan wajahnya ke bahu Revan.

“Jangan kaya gini Lau, nggak enak diliat sama murid lain,” tegur Revan menjauhkan kepala Laura dengan pelan.

“Berarti kalau berduaan boleh dong?” tanya Laura tersenyum jahil.

Revan hanya bisa membuang muka, terlalu muak rasanya. “Ciee salting,” goda Laura mencolek dagu Revan.

“Lau, jangan macem-macem,” ucap Revan melepaskan tangannya dari rangkulan Laura.

“Ish, kok kamu ngejauh sih?!” rajuk Laura memanyunkan bibirnya.

“Bukan mukhrim,” ucap Revan mengingatkan.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang