16

808 45 7
                                    

Cover baruu🐱

Pi reading teman-teman💞

***

Makan malam keluarga Gabi memang berbeda dengan makan malam keluarga lain. Jika keluarga lain akan bercanda gurau atau sekedar mengobrol, maka keluarga Gabi tidak. Hanya kesunyian yang mendominasi.

“Nilai kamu turun,” ucap Ayah, tiba-tiba.

Kan, selalu saja nilai yang dipermasalahkan.

“Yah,” tegur Bunda agar suaminya itu tidak membahas hal itu di saat makan begini.

“Kenapa bisa turun, Gabi?” tanya Ayah menatap Gabi yang sedang menunduk dan mencengkram erat sendok makannya.

“Kebanyakan main kamu di sekolah? Atau kamu sudah pacaran? Makanya kamu lalai dalam belajar?” tanya Ayah secara beruntun.

“Jawab!” gertaknya saat Gabi tak kunjung membuka suara. Mama hanya bisa diam saja, dia tidak bisa membela Gabi, dia takut kepada suaminya.

Gabi memejamkan matanya sebentar, menghadapi sang Ayah memang harus sabar. “Soalnya sulit, Gabi nggak bisa jawab,” ujar Gabi jujur. Memang begitu, soal kimia kemarin cukup sulit baginya, ditambah lagi dia banyak pikiran dan menjadikannya tidak fokus.

“Kenapa nggak bisa? Kamu nggak belajar?”

“Belajar, Yah, cuman soalnya sulit,” ucap Gabi menatap sang Papa yang juga menatapnya.

“Tidak ada soal yang sulit asal kamu mau mempelajarinya.”

Gabi diam, tidak bisa membalas ucapan sang Ayah lagi. Dia memang selalu kalah dalam hal berdebat.

“HP kamu Ayah sita,” ucap Ayah membuat kepala Gabi mendongak begitupun Bunda. “Yah, jangan dong, nanti Gabi nggak bisa berhubungan sama temen-temennya,” ucap Bunda memohon.

“Justru itu! Teman-teman kamu itu yang bawa pengaruh buruk buat kamu.”

Gabi terdiam, bisa bahaya kalau sampai handphone nya di sita. Pasti Ayah nya tidak sekedar menyita, tapi juga menggeledah isinya. Kalau sudah begitu, otomatis pesan-pesannya dengan Rafael akan dibaca, dan hubungan mereka akan terbongkar. Gabi belum siap jika harus kena amarah lagi.

“Yah, jangan gitu lah. Biarin Gabi megang HP-nya, biar kalo ada apa-apa dia nggak susah.”

“Sehabis makan kasih handphone nya ke ruang kerja, Ayah.” lalu Ayah berdiri dari duduknya dan melangkah menjauh.

Gabi pasrah, setidaknya masih ada waktu untuknya menghapus semua isi yang ada di handphone itu.

“Maaf, ya, Gabi, Bunda nggak bisa bantu kamu. Ayah kamu orangnya sangat keras kepala sekali,” ucap Bunda merasa bersalah.

“Nggak pa-pa, Bunda nggak salah kok,” ucap Gabi tersenyum tipis, sangat tipis malahan.

“Gabi ke kamar dulu ya, Bun,” pamitnya tanpa menyelesaikan makannya.

“Makanannya nggak dihabisin, Gab?” tanya Bunda menunjuk piring Gabi yang masih cukup banyak.

“Nggak, Bun, Gabi kenyang.”

***

Gabi mengunci rapat pintu kamarnya. Dia mengambil ponsel yang terletak di atas nakas, banyak sekali notifikasi dari WhatsApp. Ada pesan dari Revan, Liora, dan grup-grup sekolah lainnya.

Gabi menghapus semua chatnya dengan Revan dan juga dengan Liora tanpa membalas pesan-pesan mereka. Setelah itu, dia menghapus log panggilan yang kebanyakan panggilan dengan Revan. Rasanya tidak rela, tapi tidak ada pilihan lain.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang