15

850 47 27
                                    

Aku kembali•ᴗ•

Seneng banget part kemarin di kasih banyak komen(bagi aku), terima kasih🥰

Jangan lupa vote dan comment nya, cantik!

Pembaca ku dari askot/kabupaten/provinsi mana nih?

Happy reading teman-teman🌹💗

***

“Lo dingin banget sama gue? Atau perasaan gue aja?” Revan memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Gabi seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ditahan olehnya.

“Gue bikin salah ya, Bi?” tanya Revan membuat Gabi semakin terdiam. Revan selalu saja bisa membaca isi pikiran Gabi.

“Nggak,” jawab Gabi singkat dan kembali melanjutkan makannya.

“Tapi—”

“Gabi.” keduanya sama-sama menoleh. Ada Aurora yang berdiri bersama Sisi di sampingnya. “Maaf ganggu kalian ngobrol,” kata Sisi tersenyum canggung.

“Nggak pa-pa.” Gabi menatap keduanya bergantian, menunggu apa yang akan mereka ucapkan.

“Gue minta maaf ya, Gab. Gue nggak sengaja tadi,” ucap Aurora merasa bersalah. “Gue mukul bolanya terlalu kenceng kayanya, sampe lo aja pingsan.” Aurora meringis pelan ketika mengingat kejadian tadi.

“Lo nggak salah kok, Ra. Gue nya aja yang lemah. Bola pukulannya lo nggak terlalu kenceng,” ucap Gabi tidak ingin membuat gadis itu semakin merasa bersalah.

“Gab—” Baru saja Revan hendak berbicara, Gabi memotongnya lebih dulu.

“Ada yang mau diomongin lagi?” sela Gabi menatap dua gadis itu yang sepertinya—kebingungan.

Aurora dan Sisi menggeleng, lalu berpamitan pergi keluar. Setelah mereka benar-benar pergi, barulah Revan bersuara kembali. “Gue nggak suka lo nganggap diri lo lemah kaya tadi,” kata Revan.

“Itu kenyataan.”

“Lo kuat, nggak lemah. Gue aja salut liat lo yang bisa nge-handle semua tugas dengan baik. Padahal gue tau, tugas lo nggak bisa dibilang mudah.”

“Biasa aja.”

Revan diam. Tidak ada gunanya berdebat dengan gadis ini, dia terlalu pintar untuk membuat lawannya kehabisan kata-kata.

Ceklek

Gabi menoleh ketika pintu UKS dibuka. Ternyata Ardi.

“Udah mendingan, Gab?” tanya Ardi berdiri di samping brankar.

“Udah.”

“Sorry.” Gabi melirik lelaki itu yang sedang menatapnya. “Buat?” tanya Gabi tak paham.

“Ya, karena, gara-gara gue nyuruh lo main, jadi gini,” ujar Ardi.

“Bukan salah lo.”

Ini kenapa pada menyalahkan diri masing-masing? Padahal sudah jelas jika ini salah Gabi. Gabi mimisan, lalu dia berhenti bergerak, tak lama setelah itu bola datang dan menghantam pelipisnya, dan Gabi pingsan. Lalu, di mana letak kesalahan mereka?

“Tetep aja gue ngerasa bersalah.”

Gabi diam, terserah saja.

Eum, lo udah makan?” tanya Ardi seolah-olah tidak menganggap keberadaan Revan di ruangan ini.

Gabi mengangguk singkat.

“Mau ke kelas nggak? Biar bareng aja,” tanya Ardi masih mempertahankan senyumnya.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang