38

726 48 3
                                    

Jangan lupa vote and comment-😼💗

Happy reading-!!

***

Revan keluar dari kelas IPA 4 diikuti Irgie, dia harus pindah ke kelas ini agar tidak menyontek kepada Daniel, katanya. Padahal, Revan sama sekali tidak berniat melakukan hal itu, walaupun semester-semester lalu dia begitu, tapi kali ini tidak.

“Gila! Bisa-bisanya gue masukin ke kelas ini! Muridnya pendiem semua anjir!” kesal Irgie karena harus dimasukkan ke kelas yang berisi murid teladan walaupun bukan kelas unggulan.

“Itu cara supaya lo nggak ribut mulu,” cibir Revan yang melangkah menuju kantin.

“Ya, tapi nggak harus masuk kelas itu juga! Kaya orang bisu gue,” dengus Irgie benar-benar kesal karena tidak bisa mengobrol. Tidak seperti murid-murid di kelasnya yang terkenal berisik dan tak bisa diam.

“Mau ngajak lo ngobrol, tempat duduknya jauh banget.” Revan dan Irgie memang diletakkan di tempat yang jaraknya jauh. Irgie di depan paling ujung—depan meja guru—dan Revan diujung pojok paling belakang—di deretan yang sama dengan Irgie.

“Males gue ngobrol sama lo.”

“Yaelah, lo mah gitu sama temen sendiri.”

“Revan!” keduanya menoleh saat Arfan melambaikan tangannya di meja paling pojok. Ada Daniel dan Liora juga di sana.

“Gimana ulangan lo pada?” tanya Arfan saat Revan dan Irgie sudah duduk di sampingnya.

“Gampang,” jawab Revan.

“Gampang apaan?! Pusing gue sama soalnya,” dengus Irgie.

“Pasti gara-gara banyak soal ceritanya, kan? Gue juga pusing sama tuh soal gituan,” ucap Liora ikut nimbrung.

“Bener! Mana nama bokap gue dibawa-bawa lagi,” kesal Irgie yang membuat Revan dan Arfan tertawa.

“Emang nama bokap lo siapa?” tanya Liora kepo yang langsung mendapat teguran dari Daniel. “Gak sopan,” tegurnya.

“Ya, kan, gue penasaran. Irgie juga mancing-mancing jiwa kepo gue banget!”

“Slamet nama bapaknya,” ucap Revan menahan tawa melihat wajah masam Irgie.

“Ppffftt, beneran?” tanya Liora menahan tawa.

“Beneran, lah, masa gue boong,” ucap Revan terkekeh pelan.

“Tapi, nama bokap lo terkenal kok,” ucap Liora dengan polosnya.

“Waah, jelas, lah! Anaknya aja terkenal masa bapaknya enggak!” ucap Irgie merapihkan jambulnya dengan super-duper percaya diri.

“Najis,” komentar Daniel yang sedari tadi diam.

“Udah, pesen makan sana,” titah Revan kepada Irgie dan memberikan uang berwarna biru.

“Bayarin gue juga, kan?” tanya Irgie tersenyum culas.

“Iya, sana buruan! Kaya biasa, ya!” titah Revan tak ingin memperpanjang karena dirinya sudah lapar.

Irgie mengacungkan jempolnya dan pergi dari sana.

“Gabi mana, Ra?” tanya Revan yang baru sadar jika tidak melihat gadis itu sedari tadi.

“Tadi katanya mau ke perpus,” jawab Liora disela-sela kunyahannya.

Revan membulatkan mulut menjadi huruf 'O' dan mengangguk-anggukan kepalanya saja. “Gue pergi dulu, ntar balik lagi,” pamit Revan dan langsung pergi begitu saja.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang