14

815 59 50
                                    

Sorry gengs, ku lupa up😩

Pi reading ya💗

***

Beberapa hari ini lomba 17 Agustus sudah dimulai. Murid-murid serentak memakai baju olahraga agar memudahkan kegiatan lomba. Hari ini jadwalnya basket putra, voli putri, dan catur putra-putri.

Gabi berdiri di pinggir lapangan basket sambil bersidekap dada melihat para pemain yang sedang melakukan pemanasan. Yang bermain adalah kelas XI IPS 5—kelas Revan— dan XI IPS 3—kelas Fadil—

Revan menatap kearah Gabi, Gabi menyadarinya tapi gadis itu diam saja, enggan menatap wajah Revab saat ini.

Beberapa menit kemudian permainan dimulai, Revab mendribble bolanya dengan sangat lincah. Lelaki itu membawa bola ke ring lawan, karena kesulitan, Revan melempar bolanya kepada Daniel yang langsung disambut baik oleh lelaki itu. Daniel terus menghindar dari lawan, lalu lelaki itu men-shoot bolanya dengan sangat baik. Suara teriakan para cewek-cewek tidak terhindarkan saat ini walaupun cuaca sangat terik-teriknya. Apalagi Laura, gadis itu paling bersemangat sampai loncat-loncat tidak jelas.

“Gab.” Gabi tersentak pelan, gadis itu terlalu serius memperhatikan Revan tadi. “Kenapa?” tanya Gabi kepada Ardi yang memanggilnya.

“Voli putri kelas kita mau tanding, tapi kekurangan satu pemain,” ucap Ardi. “Lo bisa main nggak?” tanya Ardi.

Gabi berfikir sebentar, kemudian mengangguk. “Ini nggak pa-pa gue tinggal?” tanya Gabi melirik pemain basket.

“Nggak pa-pa, masih banyak OSIS lain yang nganggur,” ucap Ardi tersenyum tipis.

Mereka berjalan ke lapangan voli yang hanya berjarak beberapa meter saja dari lapangan basket. Di sana tak kalah ramai, malah banyak sekali cowok-cowok di sini dari pada di lapangan basket.

“Gabi yang gantiin Rina,” ucap Ardi kepada tim voli kelasnya. “Lho, bukannya—”

“Gue nggak pa-pa,” sela Gabi cepat. Sudah tahu kata apa yang akan keluar dari mulut gadis itu.

Mereka bersiap-siap bermain, melakukan pemanasan kecil. Sebelum akhirnya peluit dibunyikan dengan nyaring. Masing kapten melakukan suit, pemenangnya adalah tim Aurora, maka dari itu mereka lebih memilih lapangan.

Bola di servis oleh Sisi dengan bagus, bola disambut tim lawan, lalu dipukul oleh Gabi sampai pada akhirnya tim Gabi mendapatkan satu poin.

Permainan terus berlangsung dengan sangat panas, cuaca yang panas dan juga pertandingan yang panas. Jika di sana ada Aurora yang paling hebat, maka di tim Gabi, ada Gabi dan juga Sisi.

Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa bermain di bawah sinar matahari yang sangat panas ini membuat kepala mereka pusing. Apalagi tim Sisi yang langsung menghadap matahari sedangkan tim Aurora membelakangi matahari, jadi mereka tidak terlalu kesulitan memukul bola.

“Loss!” teriak Sisi lalu memukul bolanya dengan keras ke area lawan. Bola dipukul lagi, Gabi mengoper ke arah Cika yang menjadi touser dan gadis itu langsung men-smash nya dengan baik.

Tahan Gabi, tahan,” ucap Gabi dalam hati. Menyemangati dirinya agar tetap kuat.

“Gabi, hidung kamu berdarah!” heboh Cika yang kebetulan posisinya menghadap Gabi yang tepat berada di belakangnya.

Gabi me-lap hidungnya dan melihat darah di tangannya.

Dugh!

Semuanya histeris saat bola yang diservis oleh Aurora mengenai kepala Gabi yang menyebabkan gadis itu pingsan. “Gabi, bangun!” ucap Sisi menggoyangkan lengan gadis itu.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang