26

762 55 106
                                    

Double up nih🥵

Komen kalian mood banget😍😍 sering-sering komen yaa-!! Yang absurd juga gapapa HAHA

Oh iya, link ch ada di bio aku yaa temen-temen-!!

Happy reading ✨🤍

***

“Cincin? Buat siapa? Lo mau tunangan?” tanya Gabi yang wajahnya langsung berubah 180°. Senyuman dan wajah menggemaskannya hilang digantikan dengan wajah datar dan dingin seperti biasa.

“E-enggak, Bi, bukan gitu,” ucap Revan berusaha memegangi tangan Gabi, tapi gadis itu menepisnya.

“Terus?”

“Y—ya, nggak gitu, Bi, gue nggak tunangan,” ucap Revan gelagapan karena tatapan Gabi sudah mulai tidak bersahabat.

“Terus Laura yang beli cincin?”

“I-iya, dia.”

“Kenapa nggak beli sendiri aja? Harus sama lo? Manja banget sih.”

“Bi, jangan ngomong gitu, Laura nggak manja,” ucap Revan berusaha selembut mungkin agar Gabi tidak salah paham.

“Ya, terus apa kalo nggak manja? Masa kemana-mana harus sama lo? Emang dia nggak punya temen?”

“Dia sahabat gue dari kecil, walaupun dia friendly, tapi dia nggak punya temen akrab yang bisa diajak kesana-kemari, jadi wajar kalo dia bergantung sama gue. Dia juga anak satu-satunya wajar kalo manja.”

“Gue juga anak satu-satunya, tapi nggak manja, tuh,” ucap Gabi sedikit menaikan nada bicaranya.

“Lo sama dia beda, Bi.” Revan masih bisa menahan suaranya agar tidak tinggi.

“Sama, Ndra! Sama-sama perempuan, apa bedanya?!”

“Lo dari kecil di didik buat jadi mandiri, sedangkan Laura enggak, orang tua nya nggak perduli sama dia.”

Gabi diam, ada benarnya juga sih ucapan Revan. “Udah, gue nggak mau debat. Ayo balik ke ruangan lo, gue mau pulang, udah sore,” ajak Revan hendak merangkul pundak Gabi, tapi gadis itu lagi-lagi menepisnya.

“Biasanya juga lo main sama malem. Bukan karena udah sore, tapi karena ada Laura di rumah lo, iya kan?” tanya Gabi menatap Revan datar.

“Huft. Iya, karena ada Laura gue pulang cepet. Kasian kalo sendirian di rumah,” jujur Revan.

Gabi mengalihkan pandangannya ke depan. “Udahlah, lo pulang aja, gue bisa sendiri,” ucap Gabi.

“Enggak lah, Bi, masa gue biarin pacar gue jalan sendirian sih? Lo juga masih sakit, nanti kenapa-kenapa.”

“Gue baik-baik aja. Kasian Laura kalo sendirian di rumah lo,” ketus Gabi.

“Bi, jangan keras kepala bisa?” tanya Rafael pelan.

“Nggak bisa, gue emang gini dari dulu.”

“Jangan keras kepala ya? Biar gue anter ke ruangan lo, gue temenin sampe lo tidur, apa perlu gue nginep?” tanya Revan dengan lembut tepat di hadapan Gabi.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang