Cie double up cie... HAHA
Happy reading temen-temen-!!💞
***
Lagu Tie Me Down mengalun indah di dalam mobil, membuat Gabi bernyanyi kecil juga mengikuti liriknya. Gadis itu menatap jalanan yang masih belum terlalu padat, dan udara pun masih belum terlalu berpolusi.
Brummm cikit cikit brummm ngiikk (anggap aja suara mobil mogok ya temen-temen)
“Duh, mobilnya habis bensin, Non,” ucap Mang Asep dengan wajah paniknya.
“Kok bisa, Mang? Emang tadi pagi nggak di cek dulu?” tanya Gabi.
“Nggak, Non, nggak sempet. Mamang kan tadi kesiangan, jadi buru-buru,” ucap Mang Asep dengan wajah bersalahnya.
Gabi menghela nafas pelan. “Yaudah, Gabi naik taxi aja.”
“Nggak pa-pa, Non?”
“Nggak pa-pa, Mang,” ucap Gabi lalu turun dari mobil. “Nggak pa-pa kan, Gabi, tinggal?” tanya Gabi dari luar.
“Nggak pa-pa, Non. Non pergi aja ke sekolah, takutnya telat. Mamang biar naik ojek aja buat beli bensinnya,” ucap Mang Asep dari dalam.
“Ini uangnya, Mang.” Gabi menyerahkan dua lembar uang merah, tapi ditolak oleh Mang Asep. “Nggak usah, Non, pake uang Mamang aja,” tolak Mang Asep secara halus.
“Nggak. Ini mobil Gabi, jadi Gabi yang harus beli bensinnya.”
“Ambil, Mang, Gabi mau nyari taxi,” paksa Gabi.
Dengan berat hati, Mang Asep mengambil uangnya. “Makasih, ya, Non. Hati-hati di jalan,” ucap Mang Asep yang diangguki oleh Gabi.
***
Gabi berdiri di trotoar sambil melirik kanan-kiri, siapa tahu ada taxi ataupun bus yang lewat. Jalan kaki? Tidak deh, cukup dulu saja dia melakukan itu, capek.
Tin!
Gabi menatap motor yang berhenti tepat di depannya. Cowok itu membuka helm-nya dan menyugar rambutnya ke atas. “Nunggu siapa?”
“Taxi.”
“Tumben nggak dianter?”
Gabi diam, malas meladeni.
“Bareng aja, daripada lo telat,” ucap Ardi yang masih duduk di motornya.
“Nggak.”
“Nggak pa-pa, lah, Gab. Nunggu taxi pasti lama.”
“Nggak. Lo pergi aja.”
“Nggak lah, masa gue ninggalin lo sendiri di sini.”
Beberapa menit berlalu, Gabi melirik jam di ponselnya yang menunjukan pukul 06.45, artinya sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
“Nggak ada taxi yang lewat, nih. Bareng gue ajalah, Gab,” ucap Ardi mencoba membujuk gadis itu.
Gabi berfikir sebentar, tidak ada salahnya juga, sih. “Oke.”
Ardi tersenyum lebar, lalu memasang helm-nya kembali. “Ayo naik.” Gabi memegang pundak Ardi, lalu duduk di jok belakang dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GR [SELESAI]
Fiksi RemajaRevandra menjadikan Gabriella sebagai ratu. Perempuan yang dia sayangi setelah Mami dan Adiknya. Semua hal tentang Gabi, dia tahu. Tapi Gabi, dia tidak tahu apapun tentang Revan. Masalah demi masalah mereka lewati bersama di hubungan mereka. Sampai...