Thanks for 12k readers-!!😻
Happy reading
***
Hari Minggu sore ini, Gabi berniat mengajak Revan untuk belajar bersama. Gabi tidak ada kerjaan juga, jadi belajar adalah hal yang dilakukannya ketika gabut.
“Halo?” sapa Revan disebrang sana.
“Sibuk nggak? Mau ngajak belajar bareng soalnya,” tanya Gabi.
Tidak ada jawaban dari Revan.
Gabi melihat layar ponselnya, sambungan teleponnya masih terhubung. “Halo?”
“Sorry, gue nggak bisa,” jawab Revan dengan yang tidak enak.
“Kenapa? Sibuk, ya?”
“Enggak. Cuman mau nemenin Laura di rumah sakit,” jawab Revan yang membuat semangat Gabi seketika hilang.
“Dia sakit?” tanya Gabi mencoba biasa saja.
“Iya.”
“Tapi, besok ulangan. Jangan lupa belajar, ya?”
“Iya, pasti.”
“Laura sakit apa?”
“Gue juga nggak tau. Udah dulu, ya? Gue mau jalan,” ucap Revan.
“Iya. Hati-hati,” ucap Gabi walaupun sedikit tidak rela rasanya.
Revan hanya berdehem saja dan langsung mematikan sambungannya.
***
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan menuju rumah sakit, Revan akhirnya sampai dan langsung mencari ruangan yang diberi tahu oleh Bunda Laura tadi. Ruangan nomor 407 yang berada di lantai dua.
Ceklek
Revan membuka pintu ruangan dan melihat Laura yang sedang terbaring di brankar dengan wajah yang pucat. Dia sendirian.
“Al... kok ke sini? Siapa yang ngasih tau?” tanya Laura terkejut. Gadis itu hendak bangun dari posisi rebahannya, tapi dengan cepat Revan menahannya.
“Tiduran aja,” titah Revan dan duduk di kursi.
“Siapa yang ngasih tau?” ulang Laura menatap Revan yang juga menatapnya.
“Nyokap lo,” jawab Revan. “Sakit apa?” tanyanya.
“Ooohh... nggak sakit apa-apa, kok. Cuman kecapekan aja,” jawab Laura yang tentunya berbohong. Dia tidak mungkin memberi tahu penyakitnya kepada Revan ataupun orang lain.
“Capek kenapa? Biasanya juga nggak pernah gini,” tanya Revan bingung.
“Sering, Al... Kamunya aja yang nggak tau.”
“Beberapa hari ini susah tidur, nggak nafsu makan, sama pusing terus. Terus tadi tiba-tiba aja pingsan,” cerita Laura yang tidak sepenuhnya jujur dan berbohong.
“Sekarang udah makan?” tanya Revan yang dibalas gelengan oleh Laura.
“Makan dulu, ya? Gue beliin di kantin,” tawar Revan.
“Nggak ngerepotin?” tanya Laura tak enak.
“Nggak. Tunggu bentar.” Revan mengusap kepala gadis itu dan keluar dari ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GR [SELESAI]
Roman pour AdolescentsRevandra menjadikan Gabriella sebagai ratu. Perempuan yang dia sayangi setelah Mami dan Adiknya. Semua hal tentang Gabi, dia tahu. Tapi Gabi, dia tidak tahu apapun tentang Revan. Masalah demi masalah mereka lewati bersama di hubungan mereka. Sampai...