33

677 51 20
                                    

Happy reading

Jangan lupa puter lagu di mulmed yaa-!!

***

Pukul lima subuh, Gabi terbangun dari tidurnya. Dia teringat hari ini sekolah dan dia tidak berada di rumahnya. Gabi melangkah keluar kamar setelah mencuci muka.

Gabi mencium aroma masakan yang sangat lezat. Pasti Mami sedang memasak di dapur. Tanpa berlama-lama lagi, Gabi melangkahkan kaki nya ke sana.

“Pagi, Tante,” sapa Gabi cukup canggung.

Mami yang sedang memasak, pun, menoleh dengan ekspresi sedikit kaget. “Pagi... kok udah bangun?” tanya Mami sambil mematikan kompor.

“Kebiasaan bangun subuh, Tan,” jawab Gabi.

“Ooohhh.”

“Eh, iya, tolong bangunin Al, ya? Dia kalo bangun suka kesiangan, nanti kalian telat lagi. Kan, harus ke rumah kamu dulu,” ucap Mami.

“Iya, Tante.” Gabi melangkah ke ruang keluarga, dimana Revan tidur.

Tidurnya sangat pulas sekali, Gabi jadi tidak enak membangunkannya. Tapi, kalau tidak dibangunkan, mereka bisa telat.

“Andra.” Gabi menepuk pelan pundak Revan, tapi cowok itu tidak bergeming sama sekali.

“Andra.”

“Andra, bangun.”

“Udah mau setengah enam, nih. Ntar telat ke sekolahnya.”

“Andraaaa.” Gabi terus saja menggoyangkan tubuh Revan agar cowok itu mau bangun. Dasar kebo!

Revan menggeliat pelan saat Gabi terus saja merecoki tidur nyenyaknya. “Apaan, sih?” tanya Revan dengan suara khas orang bangun tidur. Bukannya bangun, dia malas menutupi wajahnya dengan selimut membuat Gabi kesal.

“Andra, bangun! Mau sekolah nggak, sih?!” kesal Gabi.

“Nggak.”

“Andraaaa!!”

“Berisik, Bi. Udah, bolos aja,” ucap Revan masih menutup wajahnya.

“Nggak! Ayo, cepetan bangun!” Gabi menarik paksa tangan Revan agar bangun. Beberapa kali menarik, akhirnya berhasil juga. Cowok itu terduduk di sofa dengan wajah bantalnya.

“Andra, udah setengah enam, lho... gue belum mandi, belum pake seragam, belum nyiapin semuanya. Ntar kalo telat gimana?” cerocos Gabi membuat Revan terkekeh.

“Tiap hari aja lo di sini, Bi. Jadi alarm pagi buat gue,” ucap Revan masih terkekeh.

“Dih, ogah!” tolak Gabi mentah-mentah. “Buruan siap-siap!” Gabi kembali menarik tangan Revan sampai lelaki itu berdiri tepat di hadapannya.

“Kok malah bengong, sih?!” kesal Gabi saat Revan malah memperhatikannya. “Buruan, Andraa!!”

“Gemes gue sama lo.” Revan mengacak-acak rambut Gabi dan menarik gadis itu kepelukannya.

“Ndraaa!!” Gabi berusaha mendorong tubuh Revan, tapi tidak bisa. Pelukannya terlalu erat.

“Bentar doang.” Revan mengusap-usap rambut panjang Gabi dengan lembut dan meletakkan  dagunya di puncak kepala Gabi.

“Lo kenapa, sih?” heran Gabi.

“Nggak pa-pa.”

Beberapa menit kemudian, Revan masih belum juga melepaskan pelukannya. Gabi hanya takut keliatan oleh Mami dan juga takut telat.

GR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang